DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Tujuan 2
1.2.1
Tujuan Umum 2
1.2.2
Tujuan khusus 2
1.3
Manfaat 2
BAB II TUJUAN
PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Keperawatan Ibu Menyusui
3
2.1.1
ASI (Air Susu Ibu)
3
2.1.2
Komposisi ASI
6
2.1.3
Perubahan dalam kandungan ASI 10
2.1.4
Faktor-faktor yag mempengaruhi pemberian ASI
Eksklusif 10
2.1.5
Kontra Indikasi Pemberian ASI
11
2.2 Penyuluhan pada Komunitas Ibu Menyusui
13
2.3 Peran Perawat
26
2.4 Konsep Mastitis
28
2.4.1 Definisi Mastitis
28
2.4.2 Etiologi
29
2.4.3 Patofisiologi 29
2.4.4 Faktor Predisposisi
30
2.4.5 Manifestasi Klinis 31
2.4.6 Penatalaksanaan 31
2.4.7 Pencegahan
32
2.4.8 Pengobatan
33
2.4.9 Komplikasi
33
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Penerapan
Kasus
34
3.2 Pengkajian 35
3.2.1 Data Inti
35
3.2.2 Data Subsistem 35
3.2.3 Tabulasi
37
3.2.4 Analisa Data 37
3.2.5 Penapisan Masalah 38
3.2.6 Prioritas Masalah
Keperawatan 39
3.2.7 Rencana asuhan Keperawatan
Komunitas 40
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 46
4.2 Saran 46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada tahun 1991 mantan
Presiden Soeharto telah menyebutkan bahwa sasaran rencana Pembangunan Jangka
Panjang II adalah peningkatan kualiatas manusia dan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu dengan manusia berkualitas sehat, kuat dan cerdas kita dapat mempercepat,
memperluas, memperdalam pembangunan di segala bidang. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui
kegiatan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi balita dan pembinaan balita
agar setiap balita yang dilahirkan akan tumbuh sehat dan berkembang menjadi
manusia Indonesia yang tangguh dan berkualitas.
Agar dapat mempersiapkan
manusia yang berkualitas tersebut, maka kita perlu memelihara gizi anak sejak
bayi berada dalam kandungan. Bayi dan anak yang mendapat makanan yang bergizi
akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan terhindar dari berbagai
penyakit infeksi.Selain memperhatikan gizi bayi maka perlu memelihara gizi ibu
terutama masa hamil dan menyusui.
Bayi yang lahir dari ibu
yang gizinya baik selain dapat tumbuh dan berkembang dengan baik juga akan
memberi air susu ibu (ASI) yang cukup untuk bayinya. ASI merupakan makanan
bergizi yang paling lengkap, aman, hygienis dan murah. ASI juga meningkatkan
keakraban ibu dan anak yang bersifat menambah kepribadian anak dikemudian hari.
Itulah sebabnya ASI terbaik untuk bayi.
Dari berbagai study dan
pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat kecenderungan penurunan
penggunaan ASI dan mempergunakan pemberian ASI dengan susu fomula di
masyarakat. Dengan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan
peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu
buatan serta luasnya distribusi susu buatan terdapat kecenderungan menurunnya
kesediaan menyusui maupun lamanya menyusui baik dipedesaan dan diperkotaan.
Menurunnya jumlah ibu yang menyusui sendiri bayinya pada mulanya terdapat pada
kelompok ibu di kota-kota terutama pada keluarga berpenghasilan cukup yang
kemudian menjalar sampai ke desa-desa meskipun menyadari pentingnya pemberian
ASI tetapi budaya modern dan kekuatan ekonomi yang semakin meningkat telah
mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan
sebagai jalan keluarnya. Meningkatnya lama pemberian ASI dan semakin
meningkatnya pemberian susu botol menyebabkan kerawanan gizi pada bayi dan
balita.
Pada acara peringatan hari
ibu ke-62 di Jakarta 22 Desember 1990 telah dicanangkan gerakan nasional
peningkatan penggunaan ASI oleh mantan Presiden Soeharto. Dianjurkan agar
ibu-ibu paling tidak agar menyusui bayinya selam 4-6 bulan dan juga bahkan agar
kaum ibu memeloporinya. Perlunya pemberian ASI pada anak sudah menjadi masalah
nasional dan intemasional mengingat eratnya hubungannya dengan gizi anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep dasar keperawatan komunitas
pada Ibu Menyusui?
2.
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ibu Menyusui
dengan mastitis?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep keperawatan pada
komunitas kelompok Ibu Menyusui.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1.
Dapat mengetahui konsep dasar keperawatan
komunitas pada Ibu Menyusui.
2.
Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada Ibu
Menyusui dengan mastitis.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa
mampu memahami konsep keperawatan pada komunitas kelompok Ibu Menyusui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep
Dasar Keperawatan Ibu Menyusui
2.1.1 ASI (Air Susu Ibu)
ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia
dan paling cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air susu ibu mengandung antibodi bakterial dan
viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A yang relative tinggi. Bayi
yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti poliomyelitis dalam darah,
mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh
faksin virus poliomyelitis hidup yang telah di encerkan. Pengaruh tersebut akan
terlihat sangat menonjol pada periode neonatus, tetapi nampaknya tidak
mengakibatkan terjadinya gangguan pada imunisasi aktif, yang akan dikerjakan
jika bayi tersebut telah mencapai usia 2, 4 & 6 bulan. Telah pula dapat
diperlihatkan bahwa pertumbuhan virus-virus yang menyebabkan timbulnya
parotitis epidemica, influenza, vaksinia dan B encephalitis jepang dapat
dihambat oleh bahan-bahan yang terdapat dalam ASI. Antibody yang di telan yang
berasal dari kolostrum dan ASI dapat memberikan kekebalan saluran penceran
makanan lokal terhadap organisme yang memasuki tubuh melalui jalan tersebut.
ASI juga merupakan sumber laktoferin, yaitu protein air
dadih yang mengikat zat besi. Bahan ini secara normal, sepertiga jenuh dengan
zat besi serta mempunyai pengaruh yang menghambat atas pertumbuhan E coli dalam
usus. Tinja bayi yang mendapatkan ASI mempunyai pH yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pH tinja pada anak-anak yang mendapatkan air susu sapi kandungan bakteri yang terdapat pada tinja
bayi yang mendapatkan ASI terutama sakali adalah kelompok laktobasilus
berlawanan dengan kelompok koliform yang terdapat menonjol dalam tinja bayi
yang diberi makanan secara artificial. ASI mengandung suatu faktor pertumbuhan
yang akan memberikan kemudahan kepada pengkolonisasian usus oleh lactobacillus bifidus. Flora usus pada
bayi yang mendapatkan ASI dapat melindungi mereka terhadap isi infeksi-infeksi
yang disebabkan oleh beberapa jenis E coli.
Susu yang berasal dari seorang ibu yang mendapatkan
susunan makanan yang secara kuantitatif mencukupi serta berimbang secara
semestinya dapat memasok bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh bayi yang
bersangkutan kecuali mungkin vitamin D, setelah beberapa bulan dan fluorida.
Kendatipun penyediaan air minum umum mengandung cukup banyak flourida
didalamnya, namun sorang bayi yang mendapatkan ASI mungkin sekali hanya sedikit
sekali menerima flourida yang berasal dari
tubuh ibu nya, oleh karena itu bayi harus mendapatkan pemasukan fluoride
selama bulan-bulan pertama kehidupannya.
Persediaan cadangan zat
besi akan mencukupi untuk memenuki kebutuhan bayi selama 6-9 bulan pertama,
pada bayi yang cukup umur. Zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap
dengan baik oleh bayi, oleh karena itu bayi yang mendapat ASI mungkin tidak
memerlukan penambahan zat besi selama tahun pertama kehidupannya. ASI
mengandung cukup banyak persediaan vitamin C untuk dapat memenuhi kebutuhan
seorang bayi, dengan catatan bahwa ibu yang bersangkutan juga mendapatkan
vitamin C dengan secukupnya.
Menyusukan anak bayi sendiri hendaknya dapat dimulai
sedini mungkin setelah persalinan, begitu pula dengan keadaan ibu maupun bayi
yang bersangkutan memungkinkan nya untuk mendapatkan ASI dalam jarak waktu
beberapa jam setelah lahir. Frekuensi pemberian ASI masing-masing setiap 3 jam
pada siang hari dan setiap 4 jam pada malam hari. Namun banyak bayi merasa
lapar kembali 2 jam setelah diberikan ASI.
Faktor penting yang berpengaruh dalam pemberian ASI:
a.
Keadaan jiwa yang bahagia
dan santai
Kekhawatiran serta ketidak bahagiaan adalah cara yang
paling berpengaruh dalam menurunnya atau bahkan meniadakan sama sekali sekresi
buah dada.
b.
Keletihan
Menghindarkan keletihan juga sangat berpengaruh dalam
pemberian ASI, oleh karena itu seorang ibu yang baru saja melahirkan
membutuhkan latihan serta kegiatan fisik, sehingga dengan demikian ia akan
mendapatkan perasaan sehat dan kesejahteraan fisik.
c.
Kebersihan
Minimal dalam satu hari buah dada harus dicuci dengan
bersih. Kalau sabun yang digunakan mengering pada puting susu dan daerah areola
maka pemakaiannya harus dihentikan. Sama sekali tidak diperkenakan menggunakan
asam borat. Beberapa orang ibu akan merasa lebih nyaman, kalau mereka dapat
memakai bra yang benar-benar cocok siang dan malam. Batasan mangkok-mangkok bra
yang terbuat dari plastik hendaknya disingkirkan. Lapisan bra yang sifatnya
menyerap (yang dapat dibeli dipasaran) atau sapu tangan yang bersih dan dapat
ditempatkan dalam bra untuk dapat menyerap susu yang mesih terus keluar.
d.
Susunan makanan atau diet
Susunan makanan yang diberikan kepada ibu yang baru
melahirkan hendaknya mengandung cukup banyak kalori untuk dapat
mengkompensasikan yang disekresikan di dalam air susu maupun yang diperlukan
untuk menghasilkan susu tersebut. Tidak ada sesuatu bahan makanan yang perlu
disingkirkan dari susunan makanan ibu, kecuali bahan makanan yang bersangkutan
dengan jelas menyebabkan timbulnya gangguan pada bayi. Kalau masih
memungkinkan, maka seorang ibu yang sedang menyusui, sebaiknya tidak
mengkonsumsi obat-obatan, oleh karena banyak sediaan obat yang mempunyai
pengaruh buruk yang akan merugikan bayi.
Pengobatan yang menggunakan bahan-bahan seperti
antitiroid, lithium, bahan-bahan anti kanker, isoniazid dan fenidion merupakan
kontraindikasi untuk diberikan kepada para ibu.
Pemberian ASI harus
dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh karena :
a.
Asi yang pertama
(kolostrum) mengandung beberapa benda penangkis (anti-body) yang dapat mencegah
infeksi pada bayi;
b.
Bayi yang minum ASI jarang
menderita gastroenteritis;
c.
Lemak dan protein asi
mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran pencernaan ; asi
merupakan susu yang paling baik untuk pertumbuhan dan tidak mungkin bayi akan
menjadi gemuk berlebihan dengan asi (obese);
d.
Kemungkinan bayi menderita
kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit;
e.
Pemberian asi merupakan
satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan ibu dan bayi;
dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada
bulan-bulan pertama kehidupan;
f.
Asi merupakan susu buatan
alam yang lebih baik daripada susu buatan mana pun oleh karena mengandung benda
penangkis (kolostrum mengandungnya 15 kali lebih banyak daripada asi),
sucihama, segar, murah, tersedia setiap waktu, dengan susu yang sebaik-baiknya
untuk diminum.
2.1.2
Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk
bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai biologis tertentu, dan mempunyai
substansi yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang membedakan ASI dengan susu
formula. Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan sehingga ASI yang
keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya
cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI sudah diatur sehingga sesuai
dengan tuanya kehamilan.
Komposisi ASI:
a.
ASI mengandung protein dan
lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat.
jumlah yang tepat.
b.
ASI mengandung lebih
banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan laktosa merupakan zat yang
diperlukan bagi manusia.
c.
ASI mengandung vitamin
yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak memerlukan vitamin tambahan
d.
ASI mengandung zat besi
yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat besi yang dikandung, tetapi zat
besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi yang disusui tidak akan menderita
anemia kekurangan zat besi.
e.
ASI mengandung cukup air
bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
f.
ASI mengandung garam,
kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
Pengeluaran ASI dapat
dibedakan atas:
1.
Kolostrum
Dibanding dengan susu
matur yang akhirnya disekresi oleh payudara, kolostrum mengandung lebih banyak
protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetapi
gula lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung globul lemak
agak besar di dalam yang disebut korpustel kolostrum, yang oleh beberapa ahli
dianggap merupakan sel-sel epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan
oleh ahli lain dianggap sebagai fagosit mononuklear yang mengandung cukup
banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama kurang lebih lima hari, dengan
perubahan menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan dalam kolostrum.
Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan kepada neonatus
melawan infeksi enteric. Faktor-faktor kekebalan hospes lainnya, juga
immunoglobulin-immunoglobulin, terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu.
Faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperoksidase, dan lisozim.
Ciri-ciri kolostrum:
1)
Berwarna kuning jernih
dengan protein berkadar tinggi
2)
Mengandung imunoglobulin,
laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, D, E, K), lemak, dan
rendah laktosa.
3)
Pengeluaran kolostrum
berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna
putih.
Terdapat beberapa pengertian yang salah mengenai
kolostrum, yang diperkirakan ASI yang kotor, buruk sehingga tidak patut
diberikan pada bayi. Ternyata kolostrum sebagai pembuka jalan agar bayi dapat
menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung antibodi dan anti-infeksi serta
dapat menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi, untuk sap menerima ASI.
Memperhatikan perkembangan pengeluaran ASI, tiada ASI yang tidak berguna. Alam
telah mempersiapkan bayi untuk tumbuh kembang hanya dengan ASI sampai umur
empat bulan.
2.
ASI transisi (antara)
ASI antara, mulai berwarna puting bening dengan susunan
yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.
3.
ASI sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus
bayi, sehingga dapat meneima susunan ASI sempurna.
Produksi ASI selama 2
tahun
Umur Bayi
|
Produksi ASI
|
Sama dengan
|
Susu bubuk
|
||
ml/hari
|
kalori/hari
|
Susu sapi
|
Susu gula
|
Gram
|
|
0-6 bulan
|
850
|
600
|
1555,5
|
183
|
24.600
|
7-12 bulan
|
500
|
385
|
91,5
|
105
|
14.000
|
13-18 bulan
|
500
|
385
|
91,5
|
105
|
14.000
|
19-24 bulan
|
200
|
154
|
36,5
|
42
|
5.700
|
0-24 bulan
|
512,5
|
381
|
375
|
437
|
58.300
|
Catatan:
1)
Bayi dengan umur 0 sampai
4/5 bulan cukup dengan ASI saja.
2)
Setelah berumur 4 bulan
pemberian ASI memerlukan makanan tambahan berupa bubur susu atau nasi tim, buah
dan sebagainya, sehingga mencapai umur satu tahun sudah siap mendapatkan
makanan seperti orang dewasa.
3)
850 ml/hari, selama 6
bulan 153.000 ml dengan jumlah kalori 108.000 kalori. Sedangkan susu sapi
diperlukn 155.500 ml, susu gula 18.300 ml dan susu bubuk sebanyak 24.600 gram.
Kenyataannya, pemberian
ASI yang dikombinasikan dengan pemberian susu botol tidak dapat dihindari,
karea ibu-ibu bekerja di luar rumah sedangkan di tempat kerja tidak terdapat
fasilitas untuk memberikan ASI dan penampungan bayi.
Manajemen
Laktasi pada ibu yang bekerja:
1.
Beri pengertian ibu
tentang pentingnya ASI
2.
Jelaskan prosedur menyusui
yangbenar.
3.
Jelaskan berbagai faktor
yang dapat menghambat keluarnya ASI
4.
Libatkan suami atau
keluarga lain yang terlihat lebih dominan dalam keluarga agar memahami dan
dapat membatu istri untuk mempertahankan ASI.
5.
Jangan memberi makanan
tambahan apapun kepada bayi sebelum bayi berumur 6 bulan.
6.
Susui sesering mungkin
selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam sekali.
7.
Biasakan pada malam hari
untuk menyusui bayi. Porsi makan malam diperbesar.
8.
Porsi makan malam
diperbesar dan ibu tidak perlu takut untuk menjadi gemuk.
9.
Tambahkan susu satu gelas
untuk ibu sebelum ibu tidur.
10. Susui bayi pada pagi hari, dan keluarkan sampai payudara
kosong setap kali habis menyusui. ASI dapat disimpan di dalam kulkas atau
termos yang diberi es. Susu ini dapat diberikan kepada bayi di rumah ketika ibu
ada di kantor.
11. Cara menghangatkan ASI yang disimpan dalam lemari es
adalah dengan merendmnya dalam air hangat (suhu <50ºC).
12. Bangkitkan kepercayaan ibu bahwa ia dapat memenuhi
kebutuhan bayinya.
13. Bila ibu bekerja sampai sore maka di tempat kerja ibu
harus secara rutin memeras susu dengan tangan dan menyimpannya dalam botol
susu.
14. Pada malam hari usahakan bayi dapat menyusu sedkitnya 3x
15. Menu ibu menyusui harus dipenuhi.
16. Hindari stres.
17. Hindari penggunaan dot pada saat memberi ASI, gunakan
sendok kecil.
18. Bila puting susu lecet, pemberian ASI jangan dihentikan,
tetap disusui dan olesi luka dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui.
19. Segera konsultasi ke bidan atau dokter bila ada keluhan
selama menyusui.
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare
dibandingkan dengan bayi yang diberikan makanan buatan. Bayi tersebut juga
lebih sedikit menderita saluran pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang diberi
ASI menderita infeksi lebih sedikit karena :
a.
ASI bersih dan bebas
bakteria, sehingga tidak membuat bayi sakit.
b.
ASI mengandung antibodi
(zat kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri
infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi sampai bayi bisa membuat antibodinya sendiri.
infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi sampai bayi bisa membuat antibodinya sendiri.
c.
ASI mengandung sel darah
putih (leukosit) hidup yang membantu memerangi infeksi.
d.
ASI mengandung zat yang
disebut faktor bifidus yang membantu bacteria khusus, yaitu laktobacillus
bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi Laktobacillus bitidus mencegah bakteria
berbahaya lainnya tumbuh dan menyebabkan diare.
e.
ASI mengandung laktoferin
yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah pertumbuhan beberapa bakteria
berbahaya yang memerlukan zat besi.
2.1.3
Perubahan dalam kandungan ASI
Kandungan ASI tidak selalu
sarna, tetapi ada keragaman normal yang sering terjadi. ASI juga akan sedikit
beragam sesuai dengan diet yang dijalankan oleh sang ibu, tetapi perubahan ini
jarang menjadi masalah. Kadang-kadang seorang ibu mendapatkan bahwa makanan
yang tidak biasa dimakannya akan mengganggu bayinya, tapi banyak ibu dapat
terus makan makanan yang biasa saat menyusui. Bahkan bumbu yang keras, seperti
cabai, tidak akan mempengaruhi ASI atau mengganggu bayi.
Kandungan susu berubah
selama pemberian ASI :
a.
Susu awal
Susu ini muncul pada awal
pemberian, berwama bim dan encer. Susu ini kaya
akan protein, laktosa, vitamin, mineral dan air.
b.
Susu akhir
Susu ini muncul diakhir pemberian ASI. Kelihatannya lebih
putih daripada
susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 %
energi dalam ASI.
susu awal karena susu akhir mengandung lebih banyak lemak. Lemak ini membuat susu akhir kaya akan energi. Lemak memasok lebih dari 50 %
energi dalam ASI.
2.1.4
Faktor-faktor yag mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
yaitu:
a.
Umur
Ibu dengan usia antara
20-30 tahun merupakan usia produktif yang umumnya dapat mengahasilkan cukup ASI
dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih dari 30 tahun, sebab usia ini
merupakan resiko tinggi dan erat kaitannya dengan anemia gizi sehingga
berpengaruh pada produksiASI.
b.
Pendidikan
Pendidikan akan memberikan
kesempatan kepada orang untuk mebuka jalan pikiran dalam menerima ide-ide baru.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pemberian ASI terutama di
kota-kota besar. Biasanya ibu dengan pendidikan tinggi akan memberikan susu
botol lebih dini dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan lebih rendah. Di
satu sisi, ibu dengan pendidikan tinggi mengetahui bahwa tidak ada satupun susu
formula yang dapat menandingi ASI, namun di sisi lain ibu tersebut merasa tidak
berguna bila tidak mengamalkan ilmunya untuk bekerja sehingga hal ini akan
menyebabkan ibu tersebut akan enggan untuk menyusui bayinya.
c.
Pekerjaan
Adanya kecenderungan banyaknya ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI pada bayinya adalah karena banyaknya ibu-ibu yang bekerja.
2.1.5
Kontra Indikasi Pemberian ASI
Sekalipun upaya untuk
memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI tidak
dibenarkan.
a.
Faktor ibu
1)
Ibu dengan penyakit
jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu.
2)
Ibu dengan preeklampsia
dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang telah diberikan, sehingga
dapat mempengaruhi bayinya.
3)
Penyakit infeksi berat
pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya.
4)
Karsinoma payudara mungkin
dapat menimbulkan metastase.
5)
Ibu dengan psikosis,
dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat
membahayakan bayi.
6)
Ibu dengan infeksi virus.
7)
Ibu dengan TBC atau lepra.
b.
Faktor dari bayi
1)
Bayi dalam keadaan
kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.
2)
Bayi yang menderita sakit
berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI.
3)
Bayi dengan berat badan
lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi
mengancam.
4)
Bayi dengan cacat bawaan
yang tidak munkin menelan (labiokisis, palatognatokisis,
labiognatopalatokisis).
5)
Bayi yang tidak dapat
menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI. Pada kasus tersebut
untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan dengan dokter anak.
c.
Keadaan patologi pada payudara
Pada rawat gabung dapat
diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan
abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis payudara
yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan bayinya.
Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah:
1)
Infeksi payudara.
2)
Terdapat abses yang
memerlukan insisi.
3)
Terdapat benjolan payudara
yang membesar saat hamil dan menyusui.
4)
ASI yang bercampur dengan
darah.
Memperhatikan hal-hal yang
disebutkan di atas sudah wajarlah bila payudara yang sangat vital dipelihara
sebagaimana mestinya. Salah satu tugas utama wanita adalah memberikan ASI yan
merupakan tugas alami yang hakiki.
2.2
Penyuluhan pada Komunitas
Ibu Menyusui
a.
Perawatan Mamae
Kedua mamae harus sudah dirawat selama kehamilan
1)
Areola mamma dan putting
susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap
lemas, jangan sampai kelak mudah lecet atau pecah-pecah.
2)
Sebelum menyusui mammae
harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.
3)
Setelah areola mammae dan
puting dibersihkan, barulah bayi disusui
b.
Masalah Yang Sering Timbul
Dalam Masa Laktasi
1)
Puting Rata (Inverted or retracted nipples)
Untuk mengatasinya dapat
dilakukan dengan jalan menarik-narik putin sejak hamil (nipple conditionin
exercises). Harus terus menyusui agar puting selalu sering tertarik.
2)
Putting lecet (Sore or cracked nipples)
Dapat disebabkan oleh
teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara.
Infeksi monila dapat mengakibatkan lecet.
Penatalaksanaan:
1.
Teknik menyusui yang
benar.
2.
Puting harus kering.
3.
Pemberian lanolin dan
vitamin E.
4.
Pengobatan terhadap
monilia.
5.
Menyusui pada payudara
yang tidak lecet. Bila lecetnya hebat maka menyusui dapat ditunda 24-48 jam.
ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
Pencegahan:
1.
Jangan membersihkan puting
dengan sabun dan zat pembersih lain, hanya dengan air.
2.
Teknik menyusui harus
benar.
3.
Puting susu dan areola
harus kering setelah menyusui.
4.
Jangan memakai lapisan
plastik pada BH
Perawatan yang dilakukan
untuk mengatasi puting susu yang terasa
sakit, sebelum rasa sakit akibat lecet dan pecah-pecah terjadi adalah:
1.
Dianjurkan untuk
membiarkan putting susu terkena udara.
2.
Pengolesan dengan lanolin
murni.
3.
Dihindarkan dari pemakaian
sabun, alcohol serta tingtura benzoin.
4.
Sering-sering mengganti
lapisan pelindung yang dapat dibuang, yang membatasi mangkuk-mangkuk kutang
yang dipakai ibu
3)
Payudara bengkak (Breast engorgement)
Disebabkan karena
pengeluaran ASI tidak lancer karena bayi tidak cukup dan sering menyusu atau
terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan adanya gangguan let-down reflex.
Penatalaksanaan:
1.
Menyusui lebih sering
2.
Kompres hangat
3.
ASI dikeluarkan dengan
pompa, lakukan pemijatan tetapi akan menimbulkan rasa nyeri/ sakit
4.
Pemberian analgetika
4)
Saluran tersumbat (Obstructed duct/ Caked breast)
Terjadi statis pada
saluran ASI (duktus laktiferus) secara local, sehingga timbul benjolan local.
Penatalaksanaan:
1.
Terus menyusui, malahan
sebaikbnya menyusui dengan payudara yang sakit dahulu.
2.
Lakukan pemijatan (masase)
baian yang sakit.
3.
Kompres hangat.
Pencegahan:
1.
Meyusui yang sering.
2.
Memakai BH yang memadai
dan dapat menutupi/menyokong seluruh bagian payudara.
3.
Hindari tekanan local pada
payudara
5)
Infeksi payudara (Mastitis)
Suatu proses infeksi pada
payudara yang dapat menimbulkan reaksi
sistemik ibu, misalkan demam. Payudara tampak bengkak, kemerahan dan dirasakan
nyeri. Biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
Penatalaksanaan:
1.
Jangan berhenti menyusui,
teruskan dengan mulai menyusui atau dipompa, jangan melakukan masase/ pijat.
2.
Istirahat
3.
Kompres hangat/ dingin.
4.
Berikan antibiotika dan
analgetika.
5.
Minum banyak
6)
Abses payudara
Dapat terjadi sekunder
pada mastitis atau obstructed breast atau luka pada payudara yang terinfeksi.
Penatalaksanaan:
1.
Berhenti menyusui pada
payudara yang ada absesnya, ASI harus terus dipompa.
2.
Lakukan insisi abses
3.
Berikan antibiotika dan
analgetika
4.
Istirahat
7)
Reluctant nurser (Bayi
yang tidak suka menyusu)
Suatu keadaan di mana bayi
tidak suka/mau menyusu. Bayi yang enggan menyusu harus mendapat perhatian
khusus, karena kadang-kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang
membahayakan jiwa anak, misal anak yang sakit berat, tetanus neonatorum,
meningitis/ensefalitis,
hiperbilirubinemia, maka sebaiknya bayi dirujuk. Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah :
hiperbilirubinemia, maka sebaiknya bayi dirujuk. Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah :
a)
Bayi pilek, sehingga pada
waktu menyusu sulit bernapas.
b)
Bayi sariawan/moniliasis,
sehingga nyeri pada waktu mengisap.
c)
Bayi tidak rawat gabung,
yang sudah pernah minum dengan menggunakan botol dot.
d)
Bayi ditinggal lama karena
ibu sakit/bekerja.
e)
Bayi bingung puting
f)
Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek.
g)
Teknik menyusui yang
salah.
h)
ASI kurang lancar/yang
terlalu deras memancar
i)
Pemberian makanan yang
terlalu dini. Sebaiknya pemberian ASI eksklusif sampai bayi umur 4 bulan.
j)
Pancaran ASI terlalu kuat
sehingga mulut bayi terlalu penuh. Akibatnya sebentar-sebentar bayi akan
berhenti menghisap.
Penatalaksanaan
dengan jalan:
1.
Menyusui yang sering,
sehingga payudara tidak terlalu penuh yang menyebabkan pancaran ASI keras.
2.
Dapat pula payudara
dipijat sebelum memulai menyusui agar pancaran keras yang terjadi pada
permulaan menyusui sudah berkurang dahulu sebelum bayi dibolehkan menghisap.
3.
Dapat diusahakan untuk
menyusui dengan berbaring terlentang dan bayi ditaruh diatas payudara
k)
Nipple confusion (bingung
puting)
Pada bayi yang waktu menyusui diselang-seling dengan susu
botol sering mengalami kebingungan, karena anatomi puting susu dan dot sangat
lain. Pada menyusui si bayi harus menghisap dengan cukup kuat, pada dot susu
akan mengalir dengan isapan yang ringan. Hal ini menyebabkan bayi malas menyusu
pada ibunya. Dapat pula terjadi pada puting susu yang kecil atau rata. Pada
keadaan ini bayi tidak berhasil menangkap puting untuk dihisap, seingga tidak
suka menyusu.
Penatalaksanaan dengan
jalan:
Menghindari pemakaian dot
botol. Bila diperlukan pengganti ASI pakailah sendok atau pipet.
l)
Pada bayi yang mengantuk
kadang-kadang malas menyusu. Untuk mengatasi agar bayi jangan mengantuk atau
tertidur, buka selimut dan baju bayi supaya bayi terasa dingin dan terbangun.
Bila bayi mengantuk juga harus dibangunkan.
c.
Keuntungan Pemberian ASI
Keuntungan pemberian ASI
adalah sebagai berikut:
1)
Air susu ibu adalah bahan
makanan alamiah bagi bayi yang lahir dengan cukup umur, selama bulan-bulan
pertama kehidupan mereka.
2)
ASI mengandung enzim
khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih cepat dan mudah dicerna dan bayi
yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi yang diberi
makanan buatan
3)
Air Susu Ibu itu selalu
segar dan bebas dari segala macam bacteria yang menularkan, sehingga dengan
demikian kemungkinan akan terjadinya gangguan saluran pencernaan makanan
menjadi lebih kecil
4)
ASI selalu siap untuk
diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan.
5)
ASI tidak pemah basi atau
menjadi jelek dalam payudara, walau ibu tidak
menyusui bayinya selama beberapa hari. Beberapa hari ibu percaya bahwa ASI dalam payudara bisa basi, padahal hal ini tidak akan terjadi.
menyusui bayinya selama beberapa hari. Beberapa hari ibu percaya bahwa ASI dalam payudara bisa basi, padahal hal ini tidak akan terjadi.
6)
Menyusui akan membantu
menghentikan pendarahan setelah melahirkan.
7)
Menyusui berdasarkan permintaan
membantu mencegah kehamilan
berikutnya.
berikutnya.
8)
Menyusui baik secara
kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantu
terjadinya ikatan diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan dan mencintai satu sarna lain. Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat dini mungkin meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian hari.
terjadinya ikatan diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan dan mencintai satu sarna lain. Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat dini mungkin meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian hari.
9)
ASI murah, tidak perlu
dibeli
10)
Semua ASI khusus untuk
bayi, sedangkan susu buatan lainnya dapat digunakan untuk keluarga lain dan
tamu.
11)
ASI akan melindungi bayi
terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan anak sampai tahun kedua
kehidupan.
12)
Memberikan ASI sesuai
dengan tugas seorang ibu, sehingga dapat meningkatkan martabat wanita dan
sekaligus meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
13)
ASI telah disiapkan sejak
mulai kehamilan sehingga sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
14)
ASI mempunyai kelebihan
dalam susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansi spesifik untuk
bayi.
15)
ASI siap setiap saat untuk
diberikan pada bayi dengan sterilitas yang terjamin.
16)
ASI dapat disimpan selama
8 jam tanpa perubahan apapun, sedangkan susu botol hanya cukup 4 jam.
17)
Karena bersifat spesifik,
maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar dari beberapa penyakit tertentu.
18)
Ibu yang siap memberikan
ASI mempunyai keuntungan:
a)
Terjadi laktasi amenorea,
dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan.
b)
Mempercepat terjadinya
involusi uterus.
c)
Pemberian ASI mengurangi
kejadian karsinoma mamae.
d) Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi
lebih baik sehingga menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna.
19)
Bayi mengukur sendiri rasa
laparnya sehingga metode pembeian ASI
dengan jalan call feeding.
Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda
sebagai berikut :
1.
Bayi yang cukup ASI akan
kencing 6-8 kali dalam sehari
2.
Terdapat kenaikan berat
badan rata-rata 500 gram perbulan
3.
Bila menyusui sering, tiap
2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
4.
Bayi tampak sehat, warna
kulit dan turgor baik, anak cukup aktif. Beberapa ibu merasa bahwa dia tidak
cukup ASI, padahal sesungguhnya tidak ada masalah sama sekali dengan ASInya.
Mereka khawatir akan gejala-gejala yang tidak ada hubungannya dengan ASI atau
mereka tidak biasa dengan variasi normal yang terdapat pada bayi yang minum.
Apabila bayi tumbuh baik dan kencingnya cukup, tidak perlu ibu khawatir kalau :
1)
Bayi menyusui sering 8-12
kali perhari
2)
Bayi tampak lapar. ASI
dicerna lebih cepat daripada susu formula dan lebih sesuai untuk usus bayi yang
masih belum matur. Sehingga bayi yang minum ASI perlu menyusu lebih sering.
3)
Kebiasaan menyusui bayi
anda, kenaikan berat badannya dan pola tidurnya jangan dibandingkan dengan bayi
lain, karena tiap bayi adalah individu yang sunik dan terdapat variasi yang
luas, asalkan masih dalam batas-batas yang normal
5.
Bayi tiba-tiba meningkat
frekuensi dan lamanya menyusui. Bayi yang tidur saja pada minggu-minggu
pertama, sering secara tiba-tiba seolah-olah terbangun dari tidurnya dan
menyusu lebih Bering. Demikian pula pada bayi yang dalam masa pertumbuhan pada
masa ini mereka menyusu lebih sering dari biasa untuk mendapatkan lebih banyak
ASI untuk memenuhi kebutuhannya
6.
Bayi tiba-tiba menurun
lamanya menyusu, kurang 5-10 menit tiap payudara. Mungkin karena dia lebih
berpengalaman menyusu, sehingga mendapat ASI yang diperlukan lebih cepat.
7.
Bayi tiba-tiba tidak mau
menyusu. Kemungkinan karena hidung tersumbat karena pilek atau karena tumbuh gigi.
8.
Bayi tampak gelisah. Bisa
karena lapar atau keadaan lingkungan yang tidak nyaman, misal bayi kepanasan
karena selimut tebal
9.
Dari payudara ibu hanya
sedikit/sama sekali tidak ada ASI yang menetes
kalau lama disusukan. ASI yang menetes tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah ASI yang diproduksi.
kalau lama disusukan. ASI yang menetes tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah ASI yang diproduksi.
10.
Payudara ibu tiba-tiba
tampak lembek. Hal ini mungkin karena anak menyusu lebih kuat dan lebih sering
sehingga payudara tidak penuh.
11.
Refleks let dowm terasa
lebih kuat. Kadang- kadang beberapa ibu tidak merasa adanya refleks let down,
yaitu ASI yang keluar dengan deras pada
saat bayi menyusu
saat bayi menyusu
d.
Teknik Menyusui
Teknik pemeberian ASI
perlu diperhatikan secara seksama. Bayi harus dalam keadaan lapar pada saat dia
akan disusukan, pakaiannya harus kering, tidak terlalu dingin ataupun tidak
terlalu panas serta digendong secara nyaman dalam kedudukan setengah duduk.
1)
Pilih posisi yang paling
nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan, seperti kapas, air hangat, handuk
kecil yang bersih atau tisu, bantal untuk penopang bayi, selimut kecil, dan
penopang kaki ibu. Siapkan semua sesuai dengan kebutuhan.
2)
Baringkan bayi di atas
bantal denga baik sehingga posisi bayi saling berhadapan dengan ibu. Perut bu
berhadapan dan bersentuhan dengan perut bayi. Perhatikan kepala agar tidak
terjadi pemuntiran leher dan punggung bayi harus lurus (tidak membungkuk).
3)
Mula-mula masase payudara
dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi puting susu, tujuannya untuk menjaga
kelembapan puting. Kemudian oleskan puting susu ibu ke bibir bayi untuk
merangsang refleks hisap bayi (rooting refleks).
4)
Topang payudara dengan
tanga kiri atau tangan kanan dan empat jari menahan bagian bawah areola mamae
sampai bayi membuka mulutnya.
5)
Setelah bayi siap menyusu
masukan puting susu sampai daerah ereola mamae masuk ke mulut bayi. Pastikan
bayi menghisap dengan benar dan biarkan bayi bersandar ke arah ibu. Jaga agar
posisi kepala tidak menggantung, karena kondisi ini akan menyebabkan bayi sulit
menyusu dengan benar. Saat menghisap akan sering terlepas karena tidak ada
tahanan pada kepala. Mulut bayi tidak tertekan pada buah dada ibu.
6)
Pertahankan posisi bayi
yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat menghisap denga benar.
ASI keluar dengan lancar dan puting susu ibu tidak lecet. Bila posisi tidak
benar dan puting susu ibu lecet akan menjadi pintu masuk kuman yang
membahayakan ibu dan bayi.
7)
Susui bayi selama ia mau
dan berikan ASI secara bergantian pada kedua payudara sehingga mempertahankan
ASI tetap diproduksi seimbang pada kedua payudara.
8)
Bila menhadapi masalah,
segera cari bantuan petugas yang memahami tata laksana ASI sehingga segera
mendapatkan pemecahannya, karena bila produksi ASI mengalami penekanan,
produksinya akan segera berhenti dan sulit untuk dirangsang kembali.
9)
Setelah bayi selesai
menyusu, sebaiknya puting susu dan sekitarnya dibasahi oleh ASI dan biarkan
kering sendiri untuk menjags kelembapan.
10)
Setelah menyusui, bila
bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan meletakkan bayi telungkup kemudian
punggungnya ditepuk-tepuk secara perlahan atau bayi ditidurkan telungkup di
pangkuan dan tepuk punggung bayi.
Menyusui waktu malam
Beberapa ibu mencoba
menidurkan bayi mereka sepanjang malam tanpa disusui. Sebenarnya, akan lebih
baik hila ibu menyusui bayinya pada waktu malam hari selama diinginkan oleh
bayi, karena :
a.
Menyusui waktu malam
membantu menjaga pasokan ASI karena bayi
mengisap lebih sering,
mengisap lebih sering,
b.
Menyusui waktu malam
sangat bermanfaat bagi ibu pekerja, dan
c.
Menyusui waktu malam
sangat renting untuk menunda kehamilan
e.
Lama menyusui
Petugas kesehatan dahulu sering menasihati ibu untuk
menyusui dalam waktu sangat singkat, misalnya 2-3 menit pada beberapa hari
pertama. dan 5-10 menit hari-hari kemudian. Mereka percaya bahwa bila isapan
bayi yang terlalu lama bisa menyebabkan nyeri pada puting susu. Sekarang telah
diketahui bahwa lama menyusui tidak menjadi masalah mengisap dalam posisi
salahlah yang mennyebabkan nyeri pada puting susu. Oleh karena itu, harus
diperhatikan agar:
1)
Mulut bayi pas pada puting
susu dan kemudian biarkan bayi mengisap semuanya.
2)
Banyak bayi yang selesai
menyusu dalam waktu 5-10 menit, tetapi sering ada yang lama, mungkin sampai setengah
jam. Ini tidak menjadi masalah. Penelitian mutakhir memperlihatkan bahwa bayi
yang menyusu dengan lambat mendapatkan ASI sama banyaknya dengan bayi yang
menyusu dengan cepat. Bila ibu yang bayinya menyusu dengan lambat berhenti
menyusui sebelurn bayi selesai, bayi mungkin tidak mendapat susu akhir yang
kaya energi yang diperlukan untuk turnbuh dengan baik.
f.
Pemberian minum pada bayi
(bila bayi dengan berat lahir rendah)
Pada umumnya bayi lahir
rendah sudah harus diberi minum dalam waktu 2 jam sesudah lahir. Bila mungkin
berikanlah susu ibu yang dipompa (expressed breast milk) dan yang segar, oleh
karena ASI dari bank ASI mengandung nilai energi (energy value) yangrendah bila
dibandingkan dengan AS yang segar. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kadar
lemak di dalam susu dari bank ASI. Untuk bayi berat lahir rendah yang sehat
volume susu yang diberikan adalah sebagai berikut:
a.
Umur 1 hari : 60
ml/kg
b.
Umur 2 hati : 90
ml/kg
c.
Umur 3 hari : 120
ml/kg
d.
Umur 4 hari : 150
ml/kg
e.
Umur 10 hari : 180
ml/kg
f.
Umur 14 hari : 200
ml/kg
Untuk beberapa bayi terutama bayi kecil untuk masa
kehamilan mungkin lebih dari 200 ml/kg dan mungkin mencapai 250 ml/kg/hari.
Untuk bayi berat lahir rendah yang baru sembuh dari penyakit berat:
a)
Hari pertama : 20
ml/kg
b)
Hari kedua : 40 ml/kg
c)
Hari ketiga : 60 ml/kg
d)
Hari keempat : 80 ml/kg
e)
Hari kelima : 100
ml/kg
f)
Hari keenam : 120
ml/kg
g)
Hari ketujuh : 150
ml/kg
Pada bayi dengan berat di atas 1500 gram dapat dimulai
dengan 3 ml/kg/setiap 2 jam dan setiap kali bayi akan diberi minum, cairan
lambung harus dikeluarkan. Pemberian minum berikutnya dapat ditambah 1 ml-20 ml
setiap kali minum. Berikutnya mungkin dapat diberi minum setiap 3 jam. Bila
cairan lambung yang dihisap lebih dari 2 ml, maka jumlah susu yang akan
diberikan harus dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan sebelumnya.
Kegaalan pemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya berat badan yang
lebih dari 10% yang disebabkan oleh pencemaran kuman patoe atau susunan nutrien
yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.
g.
Susu Buatan
Memberi makanan buatan
(artificial feeding) dapat dilakukan apabila terdapat kontra indikasi untuk
menyusui, produksi ASI sangat kurang atau tidak ada, atau ibu tidak bersedia
menyusui oleh karena takut kehilangan daya tarik atau karena bekerja di luar
rumah. Oleh karena minuman buatan ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu,
maka seterusnya akan disebut pengganti ASI.
Pengganti ASI dapat dibagi
dalam berbagai jenis:
1)
Menurut rasa
1.
Manis, misalnya susu sapi
yang diencerkan sendiri, SGM, S 26, Almiron, Meiji manis, Morinaa manis,
Isomil, Enfamil, Vitalac dan lain-lain.
2.
Asam, misalnya Camelpo 2,
Eledon, Dumex, Cap Bendera asam. Pengganti ASI asam sesudah diencerkan lebih
tahan terhadap kontaminasi daripada yang manis.
3.
Menurut pH cairan
Diasamkan (acidified,
acidulated) dan tidak diasamkan (non-asidified, non-acidulated). Contoh dan
sifat serupa penganti ASI yang manis.
4.
Menurut kadar nutrien
a)
Rendah laktosa, misalnya
Almiron, Isomil, Sobee.
b)
Rendah lemak, misalnya
Eledon.
c)
Dengan lemak yang terdiri
atas asam lemak dengan rantai c 8-10 (middle chain triglycerides atau MC),
misalnya Portagen, terutama untuk bayi dengan berat badan lahir rendah.
5.
Menurut sumber protein
Dibuat dari kacang
kedelai, misalnya Sobee Isomil. Umumnya bahan makanan ini tidak tidak berasal
dari susu dan digunakan untuk bayi yang alergi terhadap susu ibu atau susu
sapi.
6.
Menurut maksud penggunaan
Dimaksudkan untuk makanan
bagi bayi dengan gangguan penyerapan atau kelainan metabolic bawaan (inborn
error of metabolism), misalnya Lofenalac untuk bayi dengan fenilketonuria,
Portagen untuk gangguan pencernaan lemak pada fibrosis sistika, Nutramigen,
Sobee, Isomil untuk bayi dengan galaktosemia, dan sebagainya.
7.
Penggolongan berdasarkan
komposisi nutrien
Adapted formula yang
mempunyai komposisi nutrien yaitu (contohnya Vitalac, S 26, Nutrilon) dan
complete formula yaitu formula lain yang mengandung lengkap nutrien (contohnya
SGM, Lactogen, Enfamil, Morinaga).
h.
Keburukan Pemberian
Makanan Buatan
1)
Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria tumbuh
sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.
Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria tumbuh
sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi.
2)
Infeksi
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih
sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih
sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan.
3)
Pemborosan
Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan
rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan.
Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan
rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan.
4)
Kekurangan vitamin
Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi.
5)
Kekurangan zat besi
Zat besi dari susu sapi
tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi makanan
buatan bisa terkena anemia karena kekurangan zat
besi.
besi.
6)
Terlalu banyak garam
Susu sapi mengandung garam terlalu banyak yang
kadang-kadang menyebabkan hipernatremia (terlalu banyak garam dalam tubuh) dan
kejang,
terutama bila anak terkena diare.
terutama bila anak terkena diare.
7)
Terlalu banyak kalsium dan
fosfat
Hal ini menyebabkan tetani
yaitu kedutan dan kaku otot (kejang-kejang).
8)
Lemak yang tidak cocok
Susu sapi mengandung lebih
banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI,
untuk pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam
linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak. Susu skim kering tidak mengandung lemak,
sehingga tidak mengandung cukup banyak energi.
untuk pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam
linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak. Susu skim kering tidak mengandung lemak,
sehingga tidak mengandung cukup banyak energi.
9)
Protein yang tidak cocok
Susu sapi mengandung
terlalu banyak protein kasein. Kasein ini mengandung campuran asam amino yang
tidak cocok dan sulit dikeluarkan oleh ginjal bayi
yang belum sempuma. Petugas kesehatan kadang-kadang mengajarkan ibu untuk mengencerkan susu sapi dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi, susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial sistin dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
yang belum sempuma. Petugas kesehatan kadang-kadang mengajarkan ibu untuk mengencerkan susu sapi dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi, susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial sistin dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
10)
Tidak bisa dicerna
Susu sapi lebih sulit
dicerna karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Juga karena
kasein membentuk gumpalan susu tebal yang sulit dicerna. Karena susu sapi
lambat dicema maka lebih lama untuk mengisi
lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu sapi bisa menderita sembelit, yaitlu tinja menjadi Iebih
tebal dan keras.
lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang diberikan susu sapi bisa menderita sembelit, yaitlu tinja menjadi Iebih
tebal dan keras.
11)
Alergi
Bayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak
masalah alergi, misalnya asma dan eksim.
Bayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak
masalah alergi, misalnya asma dan eksim.
2.3
Peran Perawat
Peranan petugas dalam
pendidikan kesehatan pada komunitas ibu menyusui Pendidikan kesehatan tidak
hanya berupa bimbingan pribadi tetapi juga pendidikan umum bagi masyarakat.
Petugas kesehatan harus mencoba mendidik
masyarakat mengenai cara menyusui dan apa yang harus dilakukan oleh si ibu. Akan
tetapi petugas kesehatan harus mengetahui masyarakat yang bagaimana di tempat dia bekerja dan harus diketahui pula apa yang telah dilakukan masyarakat untuk
kesehatan mereka sendiri termasuk kebiasaan pemberian makan basi bayi dalam keluarga/rnasyarakat yang bersangkutan. Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada masyarakat/keluarga dengan beberapa cara, antara lain:
masyarakat mengenai cara menyusui dan apa yang harus dilakukan oleh si ibu. Akan
tetapi petugas kesehatan harus mengetahui masyarakat yang bagaimana di tempat dia bekerja dan harus diketahui pula apa yang telah dilakukan masyarakat untuk
kesehatan mereka sendiri termasuk kebiasaan pemberian makan basi bayi dalam keluarga/rnasyarakat yang bersangkutan. Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada masyarakat/keluarga dengan beberapa cara, antara lain:
1.
Beritahukan kepada para
ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI dan manajemen laktasi. Pada klinik
pelayanan pranatal, kepada para ibu hamil diberikan :
a.
Informasi mengenai
keuntungan menyusui dan manajemen laktasi.
b.
Bimbingan khusus kepada
ibu hamil yang belum pernah menyusui dan ibu yang mempunyai masalah laktasi.
c.
Kalau memungkinkan
penyuluhan diberikan dengan menggunakan alat "audiovisual", alat
peraga, poster, atau diberikan semacam "leaflet".
2.
Bantulah para ibu
mengawali pemberian ASI dalam setengah jam pertama setelah melahirkan. Kepada
para ibu dalam setengah jam pertama setelah melahirkan diberi bantuan oleh
petugas untuk:
a.
Ibu dapat saling
bersentuhan dengan bayinya/mengawali pemberian ASI.
b.
Kepada ibu dengan bedah
besar (kalau ibu dan anak dalam keadaan sehat), harus diberikan kesempatan
untuk saling bersentuhan/mengawali menyusui dalam setengah jam setelah ibu
sadar dan selanjutnya dilakukan rawat gabung.
3.
Tunjukkan kepada ibu-ibu
bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan
laktasi walaupun mereka harus terpisah dari bayi mereka. Petugas yang terkait dengan peningkatan penggunaan ASI:
laktasi walaupun mereka harus terpisah dari bayi mereka. Petugas yang terkait dengan peningkatan penggunaan ASI:
a.
Memberikan bantuan kepada
semua ibu bagaimana cara menyusui yang benar, dalam waktu 6 jam setelah
melahirkan.
b.
Diperlihatkan kepada semua
ibu yang menyusui bagaimana cara meletakkan bayi dan melekatkan mulut bayi
dengan benar pada saat bayi sedang menyusu.
c.
Kepada ibu-ibu yang
menyusui diberi petunjuk bagaimana caranya mengeluarkan ASI secara manual,
apabila terpaksa ibu terpisah dari bayinya. Dengan demikian produksi ASI dapat
tetap dipertahankan dan ASI-nya dapat diberikan kepada bayinya.
d.
Ibu-ibu yang belum pemah
menyusui dan ibu-ibu dengan masalah laktasi, diberi bantuan khusus dan nasihat
mengenai di mana mereka dapat memperoleh bantuan kalau nanti masih ada masalah
setelah mereka pulang.
4.
Jangan beri makanan atau
minuman lain kepada bayi yang baru lahir selain ASI,
kecuali ada indikasi medis yang jelas. Petugas yang terkait dengan peningkatan penggunaan ASI:
kecuali ada indikasi medis yang jelas. Petugas yang terkait dengan peningkatan penggunaan ASI:
Tidak memberikan minuman lain selain ASI, kecuali atas
indikasi yang jelas. Misalnya: ibu dengan komplikasi persalinan yang berat
sehingga tidak memungkinkan pada saat itu untuk menyusui.
5.
Setelah melahirkan, ibu
dan bayi dirawat bersama dalam satu kamar selama 24jam sehari. Pemisahan hanya
dilakukan kalau ada indikasi medis yang jelas. Harus ada fasilitas rawat gabung
di rumah sakit /RSB/Puskesmas.
a.
Untuk bayi yang lahir
normal, bayi selalu bersama ibu.
b.
Untuk ibu/bayi yang
mengalami komplikasi, rawat gabung dilakukan setelah
kondisinya memungkinkan untuk rawat gabung
kondisinya memungkinkan untuk rawat gabung
6.
Anjurkan pemberian ASI
tanpa dijadwal (on demand). Kepada ibu-ibu yang menyusui dianjurkan memberikan
ASI bila bayi maupun ibu menghendaki, tanpa dijadwal. Karena pemberian ASI yang
tanpa dijadwal, disertai dengan tidak ada pembatasan mengenai lama maupun
frekuensi pemberian ASI, akan melancarkan produksi ASI.
7.
Jangan beri dot atau kempeng
kepada bayi yang sedang menyusu. Petugas yang
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI, dianjurkan tidak memberikan susu dengan menggunakan dot atau memberi kempeng (pacifier) kepada bayi yang baru belajar menyusu, karena dapat mengakibatkan bayi bingung puting. Bila bayi dirawat terpisah, ASI diberikan dengan sendok, pipet, atau sonde. Demikian
pula pemakaian susu formula atas indikasi medis, tidak diberikan dengan menggunakan botol dot.
terkait dengan peningkatan penggunaan ASI, dianjurkan tidak memberikan susu dengan menggunakan dot atau memberi kempeng (pacifier) kepada bayi yang baru belajar menyusu, karena dapat mengakibatkan bayi bingung puting. Bila bayi dirawat terpisah, ASI diberikan dengan sendok, pipet, atau sonde. Demikian
pula pemakaian susu formula atas indikasi medis, tidak diberikan dengan menggunakan botol dot.
8.
Harus ditekankan pula
kepada ibu-ibu agar sedapat mungkin memberikan ASI saja sampai anak berumur 4
bulan, setelah itu baru diberikan makanan tambahan.
9.
Menyuluh ibu-ibu yang
datang ke BKIA Petugas kesehatan harus selalu yakin bahwa menyusui merupakan
topik yang harus dimasukkan dalam penyuluhan di BKIA, diruang rawat jalan rumah
sakit, di puskesmas. Tidak perlu berbicara mengenai menyusui setiap minggu.
Sebaiknya menyusui merupakan salah satu topik dalam rencana pendidikan
kesehatan. Petugas kesehatan harus mencoba untuk berdiskusi dengan ibu bukan
berceramah.
10.
Beritahukan kepada ibu
bahwa kolostrum penting untuk bayi. Adanya kebiasaan masyarakat membuang
kolostrum (susu pertama) karena
anggapan kolostrum tersebut menyebabkan penyakit bagi si bayi padahal meningkatkan kesehatan. Kolostrum merupakan yang paling tinggi gizi dan
zat kekebalannya.
anggapan kolostrum tersebut menyebabkan penyakit bagi si bayi padahal meningkatkan kesehatan. Kolostrum merupakan yang paling tinggi gizi dan
zat kekebalannya.
2.4 Konsep Mastitis
2.4.1 Definisi
Mastitis
Peradangan
payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil,
malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita
temukan dengan mastitis (Prawiroharjo,1999).
Bilamana
pembesaran payudara hampir terjadi pada semua wanita pada dua sampai tiga hari
pertama setelah kelahiran, tetapi jarang akan menetap dan biasanya tidak
disertai dengan peningkatan temperature yang lebih tinggi . Kongesti cenderung
terjadi menyeluruh dengan pembesaran vena superficial (Friedman,1998).
Mastitis adalah infeksi
payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru pertama kali menyusui
bayinya. Mastitis hampir selalu umlateral dan berkembang setelah terjadi aliran
susu. (Bobak,2005). Mastitis adalah radang pada payudara soetjingnisah (1997).
Mastitis adalah abses atau nanah atau radang payudara.
2.4.2
Etiologi
Penyebab utama mastitis
adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1.
Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI
tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara
terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap
ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,
pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI
yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
2. Infeksi
Organisme yang paling
sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme
koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia
coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan
sebagai komplikasi demam tifoid
2.4.3
Patofisiologi
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan
tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera
dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel
epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas
jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh
dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar
sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu
melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke
kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen
(pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis
tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada
daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
2.4.4
Faktor
Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko
mastitis, yaitu :
1.
Umur
Wanita berumur 21-35 tahun
lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di
atas 35 tahun.
2.
Paritas
Mastitis lebih banyak
diderita oleh primipara.
3.
Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama
cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk
yang tidak diperbaiki.
4.
Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat
meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan
resiko.
5.
Gizi
Asupan garam dan lemak
tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis.
Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.
6.
Faktor
kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI
dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
7.
Stres
dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri
dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah
kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.
8.
Pekerjaan
di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis
ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam
pengeluaran ASI yang adekuat.
9.
Trauma
Trauma pada payudara karena
penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini
dapat menyebabkan mastitis.
2.4.5
Manifestasi Klinis
1. Nyeri
payudara dan tegang atau bengkak
2. Kemerahan
dengan batas jelas
3. Biasanya
hanya satu payudara
4. Terjadi
antara 3-4 minggu pasca persalinan
2.4.6
Penatalaksanaan
1.
Menyokong payudara dan kompres local.
2.
Berilah kompres panas bila menggunakan sower hangat /
lap basah pada payudara yang terkena.
3.
Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu yaitu dengan
posisi tiduran, duduk/posisi memegang bola.
4.
Pakailah baju dan Bh yang longgar.
5.
Istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.
6.
Banyak minum + 2 liter/hari.
Dengan cara tersebut diatas biasanya
peradangan menghiang setalah 48 jam. Jarang sekali menjadi abses tetapi bila
dengan cara-cara tersebut diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam maka
diberikan antibiotika selam 5-10 hari dan analgesic. (Soejianingsih,1997)
7.
Berikan kloksasin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari,
bila di berikan sebelum terbentuknya abses biasanya keluhannya kan berkurang.
8.
Ibu harus didorong menyusui bayinya walalaupun ada pus.
9.
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
(saiffudin,2002)
10. Bila
sudah terjadi abses.
Satu-satunya pengobatan adalah
melakkan drainase bedah melalui insisi radial di atas daerah yang berfekuensi.
Perawatan khusus harus diberikan selama pembedahan untuk menjamin drainase yang
adekuat dari semua lokasi pus pada payudara. Pemulihan yang cepat dapat
diharapkan jika drainase di lakukan dengan baik. (Fnedman,1998).
11. Kompres
dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri, berikan antibiotika dan obat
penurun panas. Istirahad yang cukup , minum banyak air putih, makan makanan
yang bergizi.
2.4.7 Pencegahan
Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan
usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan
puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak
dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu
yang menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak
atau luka pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamae yang
bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.
2.4.8 Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu
kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan
tindakan ini terjadinya abses sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi
disebabkan oleh Stapilococus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat
diberikan. Sebelum pemberian penicilin dapat diadakan pembiakan air susu,
supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui. Bila ada abses dan nanah
dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar
terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar
dengan jalannya duktus-duktus itu
2.4.9 Komplikasi
1. Galaktokele
2. Kelainan putting susu
3. Kelainan dalam keluarnya air susu
4. Penghentian laktasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Penerapan Kasus
Di Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung
Anyar Surabaya terdapat 47 orang Ibu menyusui yang terdiri dari : 21-25 tahun =
8 orang, 26-30 tahun = 19 orang, 31-35 tahun = 14 orang, 36-40 = 6 orang.
Berdasarkan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dalam praktek
perawatan komunitas pada Ibu menyusui terdapat Ibu menyusui dengan Puting rata
4 orang, Puting lecet 3 orang, Infeksi payudara (mastitis) 7 orang. Sebagian
besar Ibu menyusui bekerja sebagai karyawan swasta perusahaan, pemerintahan dan
sebagian kecil sebagai Ibu rumah tangga dan kepala keluarganya hampir
seluruhnya bekerja sebagai karyawan swasta perusahaan dan pegawai pemerintahan.
Mayoritas rumah milik sendiri dengan tipe
permanen dan lantai rumah terbuat dari tegel. Rata-rata di tiap rumah terdapat
jendel, di buka setiap hari dan pencahayaan di dalam rumah terang. Mayoritas
keluarga tidak memiliki halaman karena jarak rumah berdekatan dan bahkan
bersatu, adapun letak halaman di depan di manfaatkan sebagai taman. Di
Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya tidak terlalu banyak
tempat terbuka karena jarak rumah yang berdekatan dan juga tidak banyak tanaman
maupun pepohonan. Setiap hari, baik pagi, sore, maupun malam sebagian besar
warga bekerja sebagai karyawan swasta perusahaan dan pegawai pemerintahan
dengan system Dinas/shift. Pada umumnya Di Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan
Gunung Anyar Surabaya mempunyai tempat berkumpul di taman umum. Setiap sebagian
besar Ibu menyusui yang bekerja sebagai karyawan swasta perusahaan tetap
bekerja sehingga sangat sedikit waktu untuk menyusui anak mereka dan pada Ibu
menyusui yang bekerja sebagai ibu rumah tangga banyak terjadi masalah karena
cara menusui yang salah.Di wilayah ini warga menggunakan kendaraan pribadi,
angkutan umum,becak dan jalan kaki. Terdapat 1 Bidan Praktik, 1 Posyandu, 1
puskesmas, 1 TK, 1 SDN Rungkut, 1 Masjid,Terdapat beberapa Toko Sembako yang di
miliki oleh warga yang bisa di capai dengan berjalan kaki, 1 WC umum, dan pemakaman umum. Mayoritas
penduduk bersuku Jawad an beragama Islam. Berdasarkan hasil wawancara,
penghasilan rata-rata kepala keluarga perbulan Rp. 900.000-1.500.000.
3.2 Pengkajian
3.2.1
DATA INTI
Di Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung
Anyar Surabaya terdapat 47 orang Ibu menyusui
Umur :
21-25 tahun = 8 orang
26-30
tahun = 19 orang
31-35
tahun = 14 orang
36-40
tahun = 6 orang
Pekerjaan :
Sebagian besar Ibu menyusui bekerja sebagai karyawan kantor, pemerintahan dan
sebagian kecil sebagai Ibu rumah tangga dan kepala keluarganya hampir
seluruhnya bekerja sebagai karyawan kantor dan pegawai pemerintahan.
Agama :
Mayoritas Islam.
Data Statistik :
Berdasarkan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dalam praktek
perawatan komunitas pada Ibu menyusui terdapat :
1.
Ibu
menyusui dengan Puting rata 4 orang,
2.
Ibu menyusui dengan Puting lecet 3 orang,
3.
Ibu menyusui dengan Infeksi payudara (mastitis)
7 orang.
3.2.2
DATA SUBSISTEM
ELEMEN
|
DESKRIPSI
|
Perumahan dan Lingkungan
|
Bangunan : Mayoritas rumah milik sendiri
dengan tipe permanen dan lantai rumah terbuat dari tegel. Rata-rata di tiap
rumah terdapat jendel, di buka setiap hari dan pencahayaan di dalam rumah
terang.
Halaman : Mayoritas keluarga tidak memiliki
halaman karena jarak rumah berdekatan dan bahkan bersatu, adapun letak
halaman di depan di manfaatkan sebagai taman.
|
Lingkungan Terbuka
|
Di Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung
Anyar Surabaya tidak terlalu banyak tempat terbuka karena jarak rumah yang
berdekatan dan juga tidak banyak tanaman maupun pepohonan.
|
Kebiasaan
|
Setiap
hari, baik pagi, sore, maupun malam sebagian besar warga bekerja sebagai
karyawan swasta perusahaan dan pegawai pemerintahan dengan system Dinas/shift.
Pada umumnya Di Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya
mempunyai tempat berkumpul di taman umum. Sebagian besar Ibu menyusui yang
bekerja sebagai karyawan swasta perusahaan tetap bekerja sehingga sangat
sedikit waktu untuk menyusui anak mereka dan pada Ibu menyusui yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga banyak terjadi masalah karena cara menyusui yang
salah.
|
Transportasi
|
Di wilayah ini warga menggunakan kendaraan
pribadi, angkutan umum,becak dan jalan kaki.
|
Fasilitas Umum
|
Terdapat 1 Bidan Praktik, 1 Posyandu, 1
puskesmas, 1 TK, 1 SDN Rungkut, 1 Masjid, 1 WC umum, dan pemakaman umum.
|
Ekonomi
|
Berdasarkan
hasil wawancara, penghasilan rata-rata kepala keluarga perbulan Rp.
900.000-1.500.000.
|
Suku Bangsa
|
Mayoritas penduduk bersuku Jawa
|
Toko/Warung/Pusat Belanja
|
Terdapat beberapa Toko Sembako yang di miliki
oleh warga yang bisa di capai dengan berjalan kaki.
|
3.2.3
TABULASI
Dari
data menunjukkan Ibu menyusui yang mengalami Puting rata 8,51%, Puting lecet
6,38%, Infeksi payudara (mastitis) 14,89% dari jumlah ibu menyusui sebesar 47
orang.
3.2.4
ANALISA DATA
Dari
hasil pendataan, maka data-data yang ada di analisa sebagai berikut :
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
1.
Sebagian besar Ibu menyusui yang bekerja
sebagai karyawan swasta perusahaan tetap bekerja sehingga sangat sedikit
waktu untuk menyusui anak mereka.
2.
Ibu menyusui yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga banyak terjadi masalah karena cara menyusui yang salah.
3.
Ibu menyusui dengan usia dewasa muda 21-25
tahun = 8 orang.
4.
Keluhan Ibu menyusui :
a.
Ibu menyusui dengan Puting rata 4 orang,
b.
Ibu menyusui dengan Puting lecet 3 orang,
c.
Ibu menyusui dengan Infeksi payudara
(mastitis) 7 orang.
|
Kurangnya
pengetahuan tentang cara yang benar dan pentingnya menyusui.
|
Resiko
tinggi gangguan kesehatan Ibu menyusui.
|
2.
|
1.
Sebagian besar Ibu menyusui yang bekerja
sebagai karyawan swasta perusahaan tetap bekerja sehingga sangat sedikit
waktu untuk menyusui anak mereka.
2.
Ibu menyusui yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga banyak terjadi masalah karena cara menyusui yang salah.
|
Kurangnya
pengetahuan orang tua tentan tumbuh kembang, ASI eksklusif, dan kebutuhan
gizi.
|
Resiko
tumbuh kembang balita tidak optimal
|
3.
|
1.
Ibu menyusui dengan Infeksi payudara
(mastitis) 7 orang.
2.
Sebagian besar Ibu menyusui yang bekerja
sebagai karyawan swasta perusahaan tetap bekerja sehingga sangat sedikit
waktu untuk menyusui anak mereka.
|
Tingginya
angka ibu nifas yang tidak menyusui anak.
|
Resiko
terjadinya peningkatan penyakit mastitis.
|
4.2.5
Penapisan Masalah
Dari
hasil analisa data, di dapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah
untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
Diagnosa
keperawatan komunita
|
Pentingnya
penyelesaian masalah
1.
rendah
2.
sedang
3.
tinggi
|
Perubahan
(+) untuk penyelesaian di komunitas
0 :
tidak ada
1 :
rendah
2 :
sedang
3 :
tinggi
|
Penyelesaian
untuk peningkatan kualitas hidup
0 :
tidak ada
1 :
rendah
2 :
sedang
3 :
tinggi
|
Total
score
|
1.
Resiko tinggi gangguan kesehatan Ibu
menyusui.
|
2
|
3
|
3
|
8
|
2.
Resiko tumbuh kembang balita tidak optimal.
|
3
|
3
|
2
|
8
|
3.
Resiko terjadinya peningkatan penyakit
mastitis.
|
1
|
2
|
3
|
6
|
3.2.6
Prioritas Masalah Keperawatan
Berdasarkan
scoring diatas, maka prioritas masalah keperawatan komunitas di Kelurahan
Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya adalah sebagai berikut :
Nomor
Prioritas
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Jumlah
|
1
|
Resiko
tinggi gangguan kesehatan Ibu menyusui.
|
8
|
2
|
Resiko
tumbuh kembang balita tidak optimal.
|
8
|
3
|
Resiko
terjadinya peningkatan penyakit mastitis.
|
6
|
3.2.7 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas
Dari
hasil anaisa data, maka telah di dapatkan diagnose keperawatan komunitas sesuai
prioritas. Dari diagnose tersebut dapat dilakukan perencanaa
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Rencana
Tindakan
|
Sasaran
|
Metode
|
Waktu
|
Tempat
|
PJ
|
Sumber
dana
|
1.
Resiko tinggi
gangguan kesehatan Ibu menyusui
|
Tujuan
Umum : Ibu menyusui terhindar dari gangguan kesehatan.
Tujuan
Khusus : Ibu menyusui mengetahui cara meningkatkatkan kesehatan.
|
1.
Pembentukan
dan pembekalan Posyandu Ibu hamil dan Ibu nifas.
2.
Penyuluhan
tentang pentingnya memeriksakan kesehatan.
|
Warga
Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya.
|
1. Bekerjasama dengan Kader dan warga serta ibu menyusui dalam
pembentukan Posyandu.
2. Ceramah, tanya jawab, diskusi.
|
|
Puskesmas
Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya.
|
Mariatul
Sarli
|
Mahasiswa
|
3.
Resiko tumbuh
kembang balita tidak optimal.
|
Setelah
dilakukan keperawatan diharapkan warga Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan
Gunung Anyar Surabaya dapat mengetahui tentang tumbuh kembang dan kebutuhan
gizi balita.
|
1.
Penyuluhan
tentang gizi balita sehat dan PMT.
2.
Penyuluhan KB
(Keluarga Berencana)
3.
Pendidikan
kesehatan tentang deteksi dini tumbang balita.
4.
Pendidikan
kesehatan tentang ASI eksklusif dan demostrasi cara menyusui yang benar.
|
Ibu
dan balita Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya
|
1.
Bekerjasama
dengan kader untuk melakukan persiapan posyandu.
2.
Komunikasi
3.
Informasi
4.
Edukasi
|
|
Balai
Posyandu Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya
|
Khoirus
Romli
Lukman
Mariatul
|
Mahasiswa
|
4.
Resiko
terjadinya peningkatan penyakit mastitis.
|
1.
Tujuan Umum :
Menekan peningkatan terjadinya penyakit mastitis.
2.
Tujuan Khusus
:
1) Ibu menyusui mengetahui cara menghindari penyakit mastitis.
2) Ibu menyusui mengetahui cara menyusui yang benar
|
1.
Penyuluhan
tentang Penyakit mastitis
2.
Demonstrasikan
cara menyusui yang benar.
3.
Pemberian
informasi mengenai bahaya dan pencetus mastitis
|
1.
Warga
Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya.
2.
Ibu-ibu hamil
dan menyusui
|
1. Komunikasi dan informasi
2. Ceramah, tanya jawab, diskusi.
3. Praktek langsung
|
|
Balai
posyandu Kelurahan Rungkut Tengah Kecamatan Gunung Anyar Surabaya.
|
Mahmudi
Musdzalifah
Mulyatati
|
Mahasiswa
|
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan paling cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air susu ibu mengandung antibodi bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A yang relative tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti poliomyelitis dalam darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh faksin virus poliomyelitis hidup yang telah di encerkan.
ASI adalah satu-satunya dari semua jenis susu yang trersedia dan paling cocok di konsumsi oleh bayi, oleh karena susu tersebut, secara unik, telah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Air susu ibu mengandung antibodi bakterial dan viral termasuk konsentransi antibodi secretorik Ig A yang relative tinggi. Bayi yang mendapatkan ASI, yang mempunyai titer anti poliomyelitis dalam darah, mereka, secara relative akan kebal terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh faksin virus poliomyelitis hidup yang telah di encerkan.
Peradangan payudara adalah suatu hal
yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil, malahan dalam praktek
sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis
(Prawiroharjo,1999). Pada mastitis biasnya selalu dikeluhkan masalah payudara
membesar, keras, nyeri, kulit merah, dan membisul (abses) dan yang pada
ahkirnya pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nana bercampur dengan
air susu, dapat di sertai dengan suhu badan naik, mengigil. Jika sudah di
temukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI jangan dihentikan, tetapi
sesering mungkin di berikan.
1.2 Saran
1.
Tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan
yang baik di lingkungan komonitas pada ibu menyusui yang terkena mastitis
2.
Dengan adanya makalah ini kita dapat, kita
dapat lebih memahami tentang konsep keperawatan ibu menyusui yang terkena
mastitis.
Dartar Pustaka
Iqbal, Wahit Mubarak, dkk. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep
dan Aplikasi Buku 2. Salemba Medika. Jakarta.
http/www.academia,edu/laporan pendahuluan dana skep mastitis.
http/www. 1001askep.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar