PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pengertian
Pendidikan kesehatan suatu proses
prubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan
kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis yang
didalam nya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek
baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat”
Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan adalah upaya
untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,
atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara
operasional, pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan
atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).
B. Tujuan
1.
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga
dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan
sehat,serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
2.
Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3.
Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk
merubah perilaku perseorangan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
4.
Untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman
pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan social sehingga produktif
secara ekonomi maupun social.
C. Model pendidikan kesehatan
masyarakat
Namun
secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau
sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain :
- Administrasi Kesehatan Masyarakat.
- Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
- Biostatistik/Statistik Kesehatan.
- Kesehatan Lingkungan.
- Gizi Masyarakat.
- Kesehatan Kerja.
- Epidemiologi.
D. Tahap – tahap
Kegiatan pendidikan
kesehatan harus melalui tahap-tahap. Hanlon (1964) seperti yang dikutip Azwar
(1983) mengemukakan tahap-tahap sebagai berikut :
1.
Tahap Sensitisasi
Memberikan informasi
dan kesadaran pada masyarakat terhadap adnya hal-hal penting berkaitan dengan
kesehatan.
2.
Tahap Publisitas
Tahap ini adalah
kelanjutan dari sensitisasi. Bentuk kegiatan misalnya press release dikeluarkan
Depkes untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan yang
diberikan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti macam pelayanan
puskesmas, polindes dan pustu dll.
3.
Tahap Edukasi
Untuk meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap serta mengarah kepada perilaku yang diinginkan oleh
kegiatan tersebut.
4.
Tahap Motivasi
Perorangan atau
masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar-benar dapat merubah
perilaku sehari-harinya seusai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendikakan
kesehatan sebelumnya.
Metode
pendidikan kesehatan
Penyampaian pendidikan kesehatan harus menggunakan cara
tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat
bantu pendidikan disesuaikan agar dicapai suatu hasil yang optimal. Untuk
sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran
individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan
sebagainya.
- Metode pendidikan individual.
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Bentuk pendekatan antara lain:
- Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan
cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu penyelesaiannya.
- Interview (wawancara)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah
perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.
- Metode pendidikan kelompok
Dalam
memilih pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya
akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula
pada besarnya sasaran pendidikan.
Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan metode antara lain (a) Ceramah: metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (b) Seminar : metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli dari beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dmasyarakat.
Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game)
Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan metode antara lain (a) Ceramah: metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (b) Seminar : metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli dari beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dmasyarakat.
Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game)
- Metode pendidikan massa (public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
public, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Tanpa membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social, tingkat pendidikan dan
sebagainya.
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung.
Biasanya mengguanakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode antara
lain ceramah umum (public spesking), pidato-pidato diskusi tentang kesehatan
melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan-tulisan di
majalah atau Koran dan bill board yang di pasang di pnggir jalan, spanduk
poster dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2005)
- Penggunaan alat bantu atau media
Media pendidikan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan,
alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalm menyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran. Disebut media pendidikan kesehatan karena alat- alat
tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan
karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat dan klien (Notoatmodjo, 2003).
Salah satu tujuan menggunakan alat bantu yaitu menimbulkan
minat, mencapai sasaran yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk
meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, untuk mempermudah
penyampaian, penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan
orang untuk mengetahui dan menegakkan pengertian yang diperoleh (Notoatmodjo,
2003).
Menurut para ahli, indera indra yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari
pengetahuan manusia diperoleh disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25%
lainnya tersalur melalui indera lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi
atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2003).
Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan
(alat peraga), antara lain:
Alat bantu melihat (visual aids) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indera mata (penglihatan)pada waktu terjadinya pendidikan. Alat
ini ada 2 bentuk. (1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip
dan sebagainya. (2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan: (a) Dua dimensi, gambar
peta, bagan dan sebagainya. (b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan
sebagainya.
Alat-alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat dapat membantu
untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara dan
sebagainya.
Alat bantu lihat-dengar, seperti televise dan video cassette.
Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA)
(Notoatmodjo, 2003).