Senin, 22 September 2014

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT



PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT

A.    Pengertian
      Pendidikan kesehatan suatu proses prubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis yang didalam nya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat”
           Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).

B.     Tujuan
1.      Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat,serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
2.      Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3.      Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
4.      Untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan social sehingga produktif secara ekonomi maupun social.
                 
C.    Model pendidikan kesehatan masyarakat
Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain :
  1. Administrasi Kesehatan Masyarakat.
  2. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
  3. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
  4. Kesehatan Lingkungan.
  5. Gizi Masyarakat.
  6. Kesehatan Kerja.
  7. Epidemiologi.
D.    Tahap – tahap
Kegiatan pendidikan kesehatan harus melalui tahap-tahap. Hanlon (1964) seperti yang dikutip Azwar (1983) mengemukakan tahap-tahap sebagai berikut :
1.      Tahap Sensitisasi
Memberikan informasi dan kesadaran pada masyarakat terhadap adnya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan.
2.      Tahap Publisitas
Tahap ini adalah kelanjutan dari sensitisasi. Bentuk kegiatan misalnya press release dikeluarkan Depkes untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan kesehatan yang diberikan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti macam pelayanan puskesmas, polindes dan pustu dll.
3.      Tahap Edukasi
Untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarah kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut.


4.      Tahap Motivasi
Perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar-benar dapat merubah perilaku sehari-harinya seusai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendikakan kesehatan sebelumnya.

Metode pendidikan kesehatan

Penyampaian pendidikan kesehatan harus menggunakan cara tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan agar dicapai suatu hasil yang optimal. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.
  • Metode pendidikan individual.

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Bentuk pendekatan antara lain:


  • Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu penyelesaiannya.

  • Interview (wawancara)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
  • Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan metode antara lain (a) Ceramah: metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (b) Seminar : metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli dari beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dmasyarakat.

Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game)

  • Metode pendidikan massa (public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Tanpa membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social, tingkat pendidikan dan sebagainya.

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya mengguanakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode antara lain ceramah umum (public spesking), pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan-tulisan di majalah atau Koran dan bill board yang di pasang di pnggir jalan, spanduk poster dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2005)
  • Penggunaan alat bantu atau media
Media pendidikan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan, alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalm menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Disebut media pendidikan kesehatan karena alat- alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat dan klien (Notoatmodjo, 2003).

Salah satu tujuan menggunakan alat bantu yaitu menimbulkan minat, mencapai sasaran yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, untuk mempermudah penyampaian, penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui dan menegakkan pengertian yang diperoleh (Notoatmodjo, 2003).

Menurut para ahli, indera indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga), antara lain:
Alat bantu melihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan)pada waktu terjadinya pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk. (1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan sebagainya. (2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan: (a) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya. (b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya.

Alat-alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara dan sebagainya.

Alat bantu lihat-dengar, seperti televise dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA) (Notoatmodjo, 2003).