LEUKEMIA
A.
Pengertian
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal,
jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia. Trombisitopeni dan di akhiri
dengan kematian. IKA Jilid 1 hal: 465 dalam Huda, Amin Nurarif & Kusuma H.
Sifat khas
leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang belakang, mengantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, serta invasi organ
nonhematologis, seperti : Meninges, traktus, gastrointestinal, ginjal, dan
kulit.
Leukemia sering
diklasifikasikan sesuai jalur sel yang terlibat, seperti limfostik atau
mielostik, dan sesuai maturitas sel gans tersebut, seperti akut (sel imatur)
atau kronis (sel terdeferensiasi).Penyebanya tidak di ketahui, tetapi cukup
banyak bukti adanya pengaruh genetic dan pathogenesis virus.Kerusakan sumsum
tulang, akibat panjanan radiasi atau bahan kimia (benzene) dapat menyebabkan
leukemia.
B.
Etiologi
Faktor penyebab
ALL tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena interaksi sejumlah factor berikut
ini :
1.
Neoplasia,
2.
Infeksi,
3.
Radiasi,
4.
Keturuanan,
5.
Zat
kimia,
6.
Mutasi
gen.
C.
Klasifikasi dan Klinis Leukemia
LEUKEMIA
AKUT
|
LEUKEMIA
KRONIS
|
||
Tipe
|
Klinis
|
Tipe
|
Klinis
|
LLA
|
Leukemia
limfostik (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling
sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak disbanding
perempuan, dan puncak insedeni pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun, ALL
jarang terjadi.
|
LLK
|
Leukemia
limfotik kronis (CLL ) cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama
mengenal individu antara usia 50 sampai 70 tahun.
|
LMA
|
Leukemia
mielogeneus akut (AML) mengenai sistem sel hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit, granulostit ( basofil,
neutrofil, eosinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena; insedeni meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfostik yang paling sering terjadi.
|
LMK
|
Leukemia
mielogeneus kronis (CML) juga di masukan dalam keganasan sel sistem meiloid.
Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih tambah ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom philadeplia ditemukan pada pada 90 sampai 95% klien dengan CML. CML
jarang menyerang individu insendenya meningkat sesuai usia.
|
D.
Patofisiologi
ALL meningkat dari sel batang limfoid
tunggal dengan kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan
didalam sumsung tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan limfoid yang
berbeda dalam sumsung tulang, mulai dari yang premature hingga hamper menjadi
sel normal.
Derajat
kematangan merupakan petunjuk untuk menjukan atau meramalkan kelanjutannya.
Pada pemeriksaan darah tepi, ditemukan
sel mudah limfoblas dan biasanya dan biasanya terdapat leukositosis,
kadang-kadang keukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil sering kali rendah,
demikian pula kadar hemogoblin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsung tulang
biasanya menunjukan sel-sel blast yang dominan.Pematangan limfosit B dimulai
dari sistem sel pluripoten, kemudian sistem sel lomfoid, per-B, early B, sel B
intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid, dan sel plasma.Limfosit T juga
berasal dari sistem sel pluripoten, berkembang menjadi sistem sel limfotid, sel
timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, serta menjadi sel limfosit T
helper dan limfosit T supersor.
Peningkatan
produksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali.Sakit
tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat,
yaitu sakit kepalah, muntah-muntah,kejang,dan ganguan penglihatan.
E.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Rontgen
dada dan blopsi kelenjer limfa: menunjukkan tingkat kesulitan tertentu.
2.
One
marrow biopsy: indikasi 60-90% adalah blast sel dengan precursor eritroid,sel
mutur, dan penurunan megakariosit.
F.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Count
blood cells: indikasi normositik anemia
normokromik.
2.
Hemoglobin:
bisa kurang dari 10 gr%.
3.
Retikulosit: menurun / rendah.
4.
Jumlah
keeping darah :sangat rendah (<50.000/ mm).
5.
White
blood cells:> 50.000/ cm dengan peningkatan immatur WBC (kiri ke kanan).
6.
Serun
/urine uric acid :meningkat.
7.
Serum
zinc: menurun.
G.
Penatalaksanaan
Terapi ALL telah mengalami kemajuan ,sekitar 60 % anak mencapai
ketahanan hidup sampai lima tahun. Bentuk terapi pertama adalah kemoterapi
dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan spiraginase sebagai
terapi awal dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan prednisone
untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kranios pinal dan injeksi
intrateralotot kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada system saraf
pusat.
1.
Acute mylogenous leukemia.
§ Memberikan anthraycline ( idarubicin atau daunorubicin) plus
cytrabine.
§ Kombinasi: daunorubicin, vincristine, prednisone, asparaginase.
§ Memberikan transfuse keping darah .
§ Memberikan filgrastim untuk neutropenia.
§ Memberikan antibiotic untuk infeksi.
§ Transplantasi sumsung tulang.
·
Memberikan
imunosupersif untuk menghindari penolakan pecangkokan.
2.
Chronic myelogenous leukemia
§ Memberikan signal
transduction inhibitor
·
Imatinib
·
Interferon
·
Buslfan
·
Hydroxyurea
3.
Choronic lymphocytic leukemia
§ Memberikan alklating agnesis
·
Cyclophospamide
·
Chlorambucil
4.
Memberikan
antienoplastic
§ Vincristine
§ Prednisone
§ Doxorubicin
5.
Monoclonal antibody targeted therapy
§ Alemtuzumab
§ Kombinasi dari fludarabine dan rituxumab
6.
Transfuse
jika anemia hemolitik atau pendanrahan
§ Sel darah merah
§ Semua darah
§ Keeping darah
7.
Transplantasi
sumsung tulang
8.
Diet
tinggi protein
H.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas / biodata klien
1.
Nama Pasien :
Anak.E
2.
Umur :
4 Tahun
3.
Jenis Kelamin :
Perempuan
4.
Pekerjaan :
-
5.
Pendidikan :
TK
6.
Alamat :
Pumpungan
7.
Agama :
Islam
8.
Tanggal masuk Rumah Sakit : 02/02/2010 Pukul 09.30 WIT
9.
Tanggal Pengkajian :
08/02/2010 Pukul 09.30 WIT
10. No. Registrasi : 007675
11. Diagnosa Medis : Leukemia
12. Rumah Sakit : R.S.U A
13. Ruangan :
R.A (Ruangan Anak)
Keluarga :
1.
Nama :
Tn. U
2.
Jenis Kelamin :
Laki-laki
3.
Hubungan dengan klien :
Ayah
4.
Pekerjaan :
Wiraswasta
5.
Alamat :
Rumah Tiga
6.
Agama :
Islam
b. Keluhan Utama
Pada anak-anak prasekolah keluhan
yang muncul tiba-tiba adalah demam, lesu, nafsu makan berkurang (anemia), dan
kencendrungan terjadi pendarahan.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien
sering mengalami Pilek tidak
sembuh-sembuh, pucat, lesu, mudah terstimulasi, demam dan anorexia, berat badan
menurun, ptechiae, memar tanpa sebab, nyeri pada tulang dan persendian, nyeri
abdomen
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat keluarga yang terpapar
oleh bahan kimia (benzene dan arsen); infeksi virus (Epstein barr, HTLV-1);
Kelainan kromosom dan pengurangan obat-obatan seperti phenylbutazone dan
chlorampphenicol; serta teerdapat radiasi maupun kemoterapi.
3. Psikososial
Merasa kehilangan kemampuan dan
harapan, cemas terhadap lingkungan baru, serta kehilangan teman.
Depresi
mengingkari,kecemasan,takut,cepat terangsang,perubahan mood, dan tampak
bingung.
d. Pemeriksaan Fisik
1.
B1(Breathing)
Anak mudah mengalami kelelahan serta
sesak saat beraktivitas ringan.dapat ditemukan adanya dispnea, takipnea,
batuk,crackles, ronki, dan penurunan suaranan suara napas.
2. B2 ( Bleeding )
Penderita
ALL mudah mengalami pendarahan spontan yang tidak terkontrol dengan trauma
minimal, gangguan visual akibat perdarahan
retina,demam,lebam,purpura,perdarahan gusi, dan epistaksi. Keluhan berdebar,
takikardi, suara murmur jantung, kulit dan makosa pucat, deficit saraf cranial,
terkadang ada pendarahan serebral.
3. B3(Brain)
Keluhan nyeri abdominal, sakit kepala , nyeri
persedian, dada terasa lemas, kram pada otot, meringis, kelemahan, dan hanya
berpusat pada diri sendiri.
a. Neurosensori
Perunan
kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan
konsentrasi, pusing, kesemutan, terlinga berdenging, dan hehilangan rasa
(baal).
b. Pola kognitif dan pesepsi
Anak
penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
(somnolen),iritabilitas otot sering kejang,ada keluhan sakit kepala, serta
disorientasi karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan
saraf pusat.
c. Pola mekanisme koping dan stress
Anak
berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahanan tubuh yang sangat rendah.dalaqm
pengkajian dapat ditemukan adanya depresi, penarikan diri, cemas, takut, marah,
dan iritabilitas juga ditemukan perubahan suasana hati dan bingung.
4. B4 (BLander)
Pada
inspeksi didapatkan adanya abses perianal serta hematuria.
5. B5 (Bowel)
Anak
sering mengalami penurunan nafsu makan, anorekia, muntah, perubahan sensasi
rasa, penurunan berat badan dan gangguan meneian, serta faringitis. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan adanya
distensi abdomen, penurunan bising usus,pembesaran limpa,pembesaran hepar akibat
invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus,
stomatitis, ulserasi oral, dan adanya pembesaran gusi ( bias menjadi indikasi
terhadap acute monolytic leukemia).
a.
Pola Eliminasi
Anak kadang mengalami diare,
penegangan pada perineal, nyeri abdomen , serta ditemukan darah segar dan fases
berwarna ter, darah dalam urine, serta penurunan urine output.
6. B6 (BONE)
Berikut ini akan menjelaskan dampak
ALL terhadap pola tidur, pola latihan,
dan aktivitas.
a.
PolaTidur dan Istirahat
Anak memperlihatkan penurunan
aktivitas dan lebih banyak waktu yang telah di habiskan untuk tidur/istirahat
karna mudah mengalami kelelahan.
b.
Pola Latihan
Anak penderita ALL sering di temukan mengalami penurunan koordinasi
dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang. Anak sering dalam
keadaan umum lemah, rewel, dan ketidakmampuan melaksanakan aktivitas rutin
seperti berpakaian, mandi, makan, dan toileting secara mandiri.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan penurunan
tonus otot, kesadaran somnolen, keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi),
adanya murmur , kulit pucat, membrane mukosa pucat, serta penurunan fungsi
saraf kranial dengan atau disertai tanda-tanda pendarahan serebral.
c. Aktivitas
Lesu, lemah, terasa payah, merasa
tidak kuat melakukan aktivitas sehari-hari kontraksi, otot lemah, klien ingin
tidur terus, dan tampak bingung.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Actual/resiko
tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah
merah, meningkatkan jumlah limfosit imatur,dan imuno supresi.
b.
Aktual/resiko
tinggi terhadap penurunan volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran
berlebihan seperti muntah, perdarahan , diare , dan penurunan intake cairan.
c.
Nyeri
akut yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian
agen antileukemia.
d.
Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energy,
peningkatan laju metabolic akibat produksi leukosit yang berlebihan, serta ketidakseimbangan
suplai oksigen kebutuhan.
e.
Koping
individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran dari yang salah, dan
perubahan peran.
f.
Kecemasan
individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis penyakit.
3.
Intervensi
Rencana intervensi pada pasien ini,
bertujuan agar klien tidak mengalami infeksi ,syok hipovolemiteratasi, tidak
ada nyeri, dan peningkatannya kemampuan teraktivitas.
a.
Actual/risiko
tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan maturitas sel.
Rencana intervensi pada pasien ini, bertujuan agar klien tidak mengalami
infeksi, syok hipovolemiteratasi, tidak ada nyeri dan meningkatnya kemampuan
teraktivitas.
Tujuan dalamwaktu 1 x 24 jam tidak terjadi infeksi.
Kriteria: klien dan keluarga mampu mengindentifikasi factor risiko
yang dapat dikurangi serta mampu menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji dan jetak
factor yang meningkatkanrisikoinfeksi.
|
Menjadi data
dasarmeminimalkanrisikoinfeksi.
|
Lakukantindakanuntukmencegahpemanjanganpadasumberyangberisiko.
·
Pertahananisolasiprotektifsesuaikebijakaninstitusional
·
Pertahananteknikmencaritangan.
·
berihigiene
yang baik.
·
Batasipengunjung.
·
Gunakan
protocol rawatmulut.
|
Kewaspadaanmeminimalkanpemajananklienterhadapbakteri,virus,dan
pathogen jamur.baikindogenmaupuneksogen.
|
Laporkanbilaadaperubahantanda
vital.
|
Perubahantanda
– tanda vital merupakantandadiniterjadinyasepsis
,terutamabilaterjadipeningkatansuhutubuh.
|
Jelaskan alas
an kawaspadaandanpatangan
|
Pengertiankliendaoatmemperbaikikepatuhandanmengurangi
factor risiko
|
Yakinkan
klien dan keluarganya bahwa peningkatan kerentanan pada infeksi hanya
sementara.
|
Granulositopenia
dapat menetap 6-12 minggu. Pengertian tentang sifat sementara
granulositopenia dapat membantu mencegah kecemasan klien dan keluarganya.
|
Minimalkan
prosedur invasif.
|
Prosedur
tertentu dapat menyebabkan trauma jaringan, meningkatkan keruntutan infeksi.
|
Dapatkan
kultur sputum, urine, diare, darah, dan sekresi tubuh abnormal sesuai anjuran.
|
Kultur dapat
mengonfirmasikan infeksi dan mengidentifikasi organisme penyebab.
|
b.
Aktual/resiko
tinggi penurunan volume cairan, hipovolemi dan syok yang berhubungan dengan
pengeluaran cairan berlebih sekunder dari diare, muntah-muntah, perdarahan dan diaphoresis.
Tujuan dalam waktu 1 x 24 jam gangguan volume dan syok hipovolemi
teratasi.
Kriteria klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap, turger
kulit normal, tanda-tanda vital dalam batas normal, CRT <3 detik, urine
>600 ml/hari, Laboratorium, nilai hematocrit dan protein serum meningkat,
BUN/kreatinin menurun.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau status
cairan (turgor kulit, membran mukosa, dan keluaran urine)
|
Jumlah dan
tipe cairan mengganti ditentukan dari keadaan status cairan.
Penurunan
volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat
pada produksi urine <300 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok
kardiogenik.
|
Kaji
sumber-sumber kehilangan cairan.
|
Kehilangan
cairan bisa berasal dari faktor ginjal dan di luar ginjal.
Penyakit yang mendasari terjadinya kekurangan volume
cairan ini juga harus diatasi. Perdarahan harus dikendalikan. Muntah dapat
diatasi dengan obat-obat antiemetik dan diare dengan antidiare.
|
Auskultasi
TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau
berdiri bila memungkinkan.
|
Hipotensi
dapat terjadi pada hipovelemi yang memberikan manifestasi sudah terlibatnya
sistem kardiovaskular untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah
|
Kaji warna
kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
|
Mengetahui
adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer.
|
Timbang berat
badan setiap hari.
|
Sebagai
ukuran keadekuatan volume cairan. Intake yang lebih besar dari output dapat
diindikasikan menjadi renal obstruksi.
|
Pantau
frekuensi jantung dan irama.
|
Perubahan
frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia.
|
Kolaborasi
·
Pertahankan
pemberian cairan secara intravena
|
Jalur yang
paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan perawat dalam
melaksanakan kontrol intake dan output cairan.
|
·
Pemberian
kortikosteroid.
|
Efek
kortikosteroid yang menahan cairan dapat menurunkan bertambahnya cairan yang
keluar.
|
·
Monitor
hasil pemeriksaan diagnostik; platelet, Hb/Hct, dan bekuan darah.
|
Bila platelet
<20.000/mm (akibat pengaruh sekunder obat neoplastic), klien cenderung
mengalami perdarahan. Penurunan Hb/Hct berindikasi terhadap perdarahan.
|
c.
Nyeri
akut yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian
agen antileukimia, peningkatan produksi asam laktat jaringan lokal.
Tujuan dalam waktu 1 x 24
jam terdapat penurunan respons nyeri.
Kriteria : secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri,
secara obyektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks,
dan tidak terjadi penurunan perfusi pariferi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat
karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan penyebarannya.
|
Variasi
penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
|
Lakukan
manajemen nyeri keperawatan;
1. Atur
posisi fisiologis.
|
Posisi
fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami
nyeri sekunder dan iskemia.
|
2. Istirahatkan klien.
|
Istirahat
menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer sehingga akan menurunkan deman oksigen
jaringan.
|
3. Manajemen lingkungan:lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
|
Lingkungan
tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal san pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada di ruangan.
|
4. Ajarkan
teknik relaksasi pernapasan dalam.
|
Meningkatkan
asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan.
|
5. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
|
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menurunka stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan enkefeliang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirim ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
|
6. Lakukan manajemen sentuhan.
|
Manajemen
sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
|
Kolaborasi pemberian terapi
·
Analgetik
|
Digunakan
untuk mengurangi nyeri sehubungan dengan hematoma otot yang besar dan
perdarahan sendi analgetika oran non-oploid di berika untuk menghindari
ketergantungan terhadap narkotika pada nyeri kronis.
|
·
Kemoterapi
|
Bentuk terapi
utama adalah kemoterapi dengan kombinasi vincristine, prednisone,
daunorubicin, dan asperaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan
kombinasi mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk
pemliharaan.
|
·
Radiasi
|
Radiasi untuk
daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada sistem saraf pusat.
|
d.
Introleransi
aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energi,
peningkatan laju metabolik akibat produksi leokosit yang berlebihan , ketidak
seimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
Tujuan:
aktivitas klien sehari-hari klien terpenuhi dari menigkatnya kemampuan
beraktivitas.
Kriteria.Klien
menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama
mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
CaTat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah
selama dan sesudah aktivitas.
|
Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan
oksigen miokardium.
|
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat.
|
Menurunkan
kerja miokardium/konsumsi oksigen.
|
Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen,
misalnya mengejan saat defekasi.
|
Dengan mengejan dapat mengakibatkan brikardi, menurunkan curah
jantung, dan takikardi serta peningkatan TB.
|
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat akivitas, contoh
bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat 1 jam setelah
makan.
|
Aktivitas yang mau memberikan control jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.
|
Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.
|
Untuk mengurangi beban jantung.
|
Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.
|
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran vena balik.
|
Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
|
Untuk mengetahui fungsi jantung, bila di kaitkan dengan aktivitas
|
Berikan waktu istirahat di antara waktu aktivitas
|
Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak
terlalu memaksa kerja jantung.
|
Selama aktivitas kaji FKG,dispenea,sianosis,kerja dan frekuensi
napas serta keluhan subyektif
|
Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
|
e.
Koping
individu atau kelurga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit,gambari diri yang salah perubahan
peran
Tujuan:dalam waktu 1x24 jam klien atau keluarga mampu mengembangkan
koping yang positif
Kriteria:klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan,mampu
menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi,mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi,mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
INTEVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derjat ketidakmampuan.
|
Menentukan
bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan
intervensi.
|
Identifikasi
arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien.
|
Beberapa
klien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan
sedikit penyesuaian diri,sedangkan yang lain mempunyai kesulitan
membandingkan mengenal dan mengatur kekurangan.
|
Anjurkan
klien untuk mengekspresikan perasaan,termasuk permusuhan dan kemarahan.
|
Menunjukkan
penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan
perasaan tersebut.
|
Catat ketika
klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan
inilah kematian.
|
Mendukung
penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh
juga kemampuan yang menunjukkkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan
emosional.
|
Berikan
informasi status kesehatan pada klien dan keluarga.
|
Klien
dengan hemofilia sering memerlukan bantuan dalam menghadapi kondisi
kronis,keterbatasan ruang kehidupan dan kenyataan bahwa kondisi tersebut
merupakan penyakit yang akan di turunkan ke generasi berikutnya.
|
Dukung
mekanisme koping efektif.
|
Sejak
masa kanak-kanak,klien dibantu menerima dirinya sendiri dan penyakitnya serta
mengidentifikasi aspek positif dari kehidupan mereka.mereka harus di dorong
untuk merasa bararti dan tetap mandiri dengan mencegah trauma yang dapat
menyebabkan episode perdarahan akut dan mengganggu kegiatan normal.
|
Hindari
faktor peningkatan stres emosional.
|
Perawat
harus mengetahui pengaruh stres tersebut secara profesional dan personal
serta menggali semua sumber dukungan untuk mereka sendiri begitu juga untuk
klien dan keluarganya.
|
Bantu
dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
|
Membantu
meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
|
Anjurkan
orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak-banyaknya
hal-hal untuk dirinya.
|
Menghidupkan
kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta
mengaruhi proses rehabilitasi.
|
Dukung
perilaku atau uasaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi.
|
Klien
dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu
masa mendatang.
|
Dukung
penggunaan alat-alat yang dapat mengadaptasikan klien,tongkat,alat bantu
jalan,dan tas panjang untuk kateter.
|
Meningkatkan
kemandirian untuk membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi
untuk lebih aktif dalam kegiatan social.
|
Pantau
gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi,lethargi,dan menarik diri.
|
Dapat
mengindikasikan terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
stroke dimana memerlukan intervesi dan evaluasi lebih lanjut.
|
Kolaborasi:rujuk
pada ahli neuropsikologi dnan konseling bila indikasi.
|
Dapat
memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
|
f.
Cemas
yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian,ancaman,atau perubahan
kesehatan
Tujuan:dalam
waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang.
Kriteria:kien
mengatakan kecemasan berkurang mengenai perasaannya,dapat mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang mempengaruhinya,kooperatif terhadap tindakan,wahjah
rileks.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan,dampingi klien,dan
lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.
|
Reaksi verbal /nonverbal
dapat menunjukkan rasa agitasi,marah dan gelisah.
|
Hindari konfrontasi.
|
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,menurunkan kerja sama,dan
mungkin memperlambat kesembuhan.
|
Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan,beri
lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
|
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
|
Tingkatkan
kontrol sensasi pasien klien.
|
Kontrol sensasi klien(dalam menurunkan ketakutan)dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan klien,menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping(pertahanan diri),yang positif,membantu latihan
relaksasidan teknik-teknik pengalihan,serta memberikan respon balik yang
positif.
|
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan akitivitas yang
diharapkan.
|
Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
|
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
|
Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
|
Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat.
|
Memberi waktu
untuk mengekspresikan perasaan,menghilangkan cemas,dan perilaku adaptasi
Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani
aktivitas serta pengalihan (misalnyamembaca)akan menurunkan perasaan
terisolasi.
|
Kolaborasi:
berikan anti cemas sesuai indikasi
|
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
|
4.
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah
pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil
yang efektif.Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya.Dengan demikian tujuan dari rencana yang
telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004
hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a.
Anak
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b.
Berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c.
Anak
tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d.
Anak
menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e.
Membran
mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f.
Masukan
nutrisi adekuat
g.
Anak
beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h.
Kulit
tetap bersih dan utuh
i.
Anak
mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode
ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j.
Anak
dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan
perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
k.
Keluarga
tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada
tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Digiulio
M, Jackson D.Keperawatan Medical Bedah. Rapha
publishing.Edisi 1. 2014.
Huda
A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA.MediAction Publishing.Edisi
Revisi Jilid 2. 2013.
Muttaqin A. Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika. 2012.