HEMOFILIA
A. Pengertian
Hemofilia adalah pernyakit perdarahan akibat
kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked
recessive pada kromosom X (Xh). Huda, Amin Nurarif & Kusuma H.
(2013).
Hemofilia merupakan suatu kelainan genetika
(bersifat menurun, bukan penyakit menular) pada darah yang disebabkan tubuh
kurang memproduksi salah satu protein yang sangat diperlukan dalam proses
pembekuan darah, yang disebut faktor pembekuan darah. Seperti diketahui bahwa
faktor pembekuan darah sangat berperan penting dalam proses penyembuhan luka
disaat terjadi perdarahan. Dengan ketiadaan faktor pembekuan darah ini,
perdarahan yang terjadi sulit dihentikan. Permana (2011).
B. Etiologi
Mutasi
genetik yang didapat (acquired) atau diturunkan (herediter)
1.
Hemofilia A disebabkan karena faktor pembekuan VIII
(AHG)
2.
Hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX
(Plasma Tromboplastic Antecendent)
Hemofilia A maupun B dapat dibedakan
menjadi 3 :
1.
Berat (kadar factor VIII atau IX < 1%)
2.
Sedang (kadar factor VIII atau IX antara 1%-5%)
3.
Ringan (kadar factor VIII atau IX antara 5%-30%)
C. Klasifikasi
Hemofilia diketahui ada 3 macam namun, saat ini yang
dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan secara sex-linked recessive yaitu :
1.
Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defisiensi
atau disfungsi faktor pembekuan VIII (F VIIIc).
2.
Hemofilia B (critmas disease) akibat defisiensi atau
disfungsi F IX (faktor Christmas).
Sedangkan hemofilia C merupakan penyakit perdarahan
akibat kekurangan faktor XI yang diturunkan secara autosomal recessive pada
kromosom 4q32q35.
D. Patofisiologi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital
karena kekurangan faktor pembekuan VIII ( hemofilia A ) atau faktor IX (
hemofilia B atau penyakit Christmas ).
Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang di
turunkan kongenital yang oleh gen resesif X- Linked dari pihak ibu. Faktor VIII
dan IX plasma kurang dari 1 %. Hemofilia sedang terjadi bila konsentrasi plasma
antara 1 % dan 5 % dan hemofilia ringan terjadi bila konsentrasi plasma antara
5 % dan 25 % dari kadar normal.
Kecacatan dasar dari hemofilia A adalah defisiensi
faktor VIII antihemophilic factor ( AHF ). AHF diproduksi oleh hati dan
merupakan utama dalam pembebtukan tromboplastin pada pembekuan darah tahap I.
AHF yang ditemukan dalam darah lebih sedikit, yang dapat memperberat penyakit.
Trombosit yang melekat pada kolagen yang terbuka dari pembuluh yang cedera,
mengkerut dan melepaskan ADP serta faktor 3 trombosit, yang sangat penting
untuk mengawali sistem pembekuan, sehingga untaian fibrin memendek dan
mendekatkan pinggir – pinggir pembuli darah yang cidera dan menutup daerah
tersebut. Setelah pembekuan terjadi diikuti dengan sistem fibrinolitik yang
mengandung antitrombin yang merupakan protein yang mengaktifkan fibrin dan
memantau mempertahankan darah dalam keadaan cair.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Uji skining untuk koagulasi darah.
·
Jumlah trombosit ( normal 150.000 – 450.000 per mm3
darah ).
·
Masa protombin ( normal memerlukan waktu 11 – 13
detik ).
·
Masa tromboplastin parsial ( meningkat, mengukur
keadekuatan faktor koagulasi intrinsik ).
·
Fungsional terhadap faktor VIII dan IX ( memastikan
diagnosis )
·
Masa pembekuan trombin ( normalnya 10 – 13 detik ).
2.
Biopsi hati : digunakan untuk memperoleh jaringan
untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
3.
Uji fungsi faal hati
Digunakan
untuk mendeteksi adanya penyakit hati .Misalnya, serum glutamic – piruvic
trasaminase (SPGT ), serum glutamic – oxaloacetic transaminase (SGOT),fosfatase
alkali, bilirubin.
F.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Hemofilia
A
·
Defisiensi
factor VIII
·
PTT
(Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
·
PT
(Prothrombin Time/ waktu protombin) memanjang
·
TGT
(Thromboplastin Generation Test) / diferential APTT dengan plasma abnormal
·
Jumlah
trombosit dan waktu perdarahan normal
2.
Hemofilia
B
·
Defisiensi
factor IX
·
PTT
(Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
·
PT
(Prothrombin Time) / waktu protombin dan waktu perdarahan normal
·
TGT
(Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan serum abnormal
G.
Penatalaksanaan
Penanganan
masalah ini sangat sulit dan kadang tidak berhasil, tetapi penatalaksanaan
biasa dapat dilakukan, meliputi :
a.
Pemberian
kosentrat faktor VIII dan IX
Di masa lalu,
satu-satunya penanganan untuk hemofilia adalah plasma segar beku, yang harus
diberikan dalam jumlah besar, sehingga klien akan mengalami kelebihan cairan.
Kosentrat diberikan apabila kllien mengalami pendarahan aktiv atau sebagai
upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi atau pembedahan. Klien dan keluarganya
harus diajar cara memberikan kosentrat dirumah, setiap kali ada pendarahan.
Beberapa kllien membentuk antibodi terhadap kosentrat,sehingga kadar faktor
tersebut dapat dinaikkan.
b.
Asam
tranexamic
Asam tranexamic adalah
penghambat enzim fibrinilotik. Obat ini dapat memperlambat kelarutan bekuan
darah yang sedang terbentuk,dan dapat digunakan setelah pembedahan mulut klien
dengan hemofilia.
H.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas
IDENTITAS
KLIEN
Nama Pasien : Anak.R No.Reg. :
10630470
Umur : 12 Tahun Tgl.
MRS : 12-02-2015
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa :
Hemofilia A
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Pendidikan : SD
Alamat : Pumpungan
Penanggung : Askes/ Astek/
Jamsostek/ JPS/ Sendiri
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.S Agama : Islam
Umur : 36 tahun Pekerjaan : -
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD (tamat)
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Pumpungan
Hubungan dengan klien : Ibu kandung
b.
Keluhan Utama
Pada
pasien Hemofilia ini biasanya pasien mengeluh :
1)
Perdarahan lama ( pada sirkumsisi )
2)
Epitaksis
3)
Memar, khususnya pada ekstremitas bawah ketika anak
mulai berjalan dan terbentur pada sesuatu.
4)
Bengkak yang nyeri, sendi terasa hangat akibat
perdarahan jaringan lunak dan hemoragi pada sendi
5)
Pada hemofilia C biasanya perdarahan spontan
6)
Perdarahan sistem GI track dan SS.
c.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah
klien mengalami salah satu atau beberapa dari keluhan utama.
d.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah
dulu klien mengalami perdarahan yang tidak henti-hentinya serta apakah klien
mempunyai penyakit menular atau menurun seperti DERMATITIS, Hipertensi, TBC.
e.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga
klien ada yang menderita hemofilia pada laki-laki atau carrier pada wanita.
f.
Kaji Tingkat Pertumbuhan Anak
Pada
pasien hemofilia ini biasanya pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terlewati
dengan sempurna
g.
ADL (Activity Daily Life)
1)
Pola Nutrisi
Anoreksia,
menghindari anak tidak terlewati dengan sempurna
2)
Pola Eliminasi
Hematuria,
feses hitam
3)
Pola personal hygiene
Kurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan dini
4)
Pola aktivitas
Kelemahan
dan adanya pengawasan ketat dalam beraktivitas
5)
Pola istirahat tidur terganggu arena nyeri
Kebutuhan
untuk tidur terganggu karena nyeri.
h.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kelemahan
2) BB : menurun
3) Wajah : Wajah mengekspresikan nyeri
4) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan
mukosa mulu
5) Hidung : epitaksis
6) Thorak/ dada : Adanya tarikan intercostanalis dan bagaimana
suara paru
7) Suara jantung pekak
8) Adanya kardiomegali
9) Abdomen adanya hepatomegali
10) Anus dan genetalia
§
Eliminasi urin menurun
§
Eliminasi alvi feses hitam
11) Ekstremitas
Hemartrosis memar khususnya pada
ekstremitas bawah.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan
kekakuan ekstremitas akibat adanya hematom.
b.
Aktual / resiko tinggi trauma yang berhubungan
dengan hambatan mobilisasi fisik, kelainan proses pembekuan darah,
ketidaktahuan manajemen penurunan resiko trauma.
c.
Koping individu atau keluarga tidak efektif yang
berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan
peran.
d.
Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan
dengan prognosis penyakit.
3.
Intervensi
1.
Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan
kekuatan ekstremitas akibat adanya hematom.
Tujuan : dalam waktu 3 × 24 jam terdapat penurunan
respons nyeri dada.
Kriteria :
secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara obyektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
pefusi periferi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Catat karakteristik nyeri, lokasi,
intensitas, serta lama dan penyebarannya.
|
Variasi
penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temen pengkajian.
|
Lakukan
manajemen nyeri keperawatan:
1. Atur posisi
fisiologis.
|
Posisi
fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami
nyeri sekunder dari iskemia.
|
2. Istirahatkan
klien.
|
Istirahat akan
menurunkan kebutuhan O2 ke jaringan yang mengalami nyeri sekunder
dari iskemia.
|
3. Manajemen lingkungan: lingkungan
tenang dan batasi pengunjung.
|
Lingkungan
tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan O2 ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada diruangan.
|
4. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan
dalam.
|
Meningkatkan
asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan.
|
5. Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri.
|
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat membelok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri, sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
|
6.
Beri kompres es / kompres dingin.
|
Pemberian
kompres dingin secara lokal efektif diberikan setelah terjadi trauma jaringan
dan menurunkan respon nyeri dari efek vasokontriksi.
|
7.
Lakukan manajemen sentuhan.
|
Manajemen
sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatka aliran darah dan dengan
otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri.
|
Kolaborasi
pemberian terapi:
·
Analtesik.
|
Digunakan
untuk mengurangi nyeri sehubungan hematom otot yang besar dan perdarahan
sendi analgetika oral non-opioid diberikan untuk menghindari ketergantungan
terhadap narkotika pada nyeri kronis.
|
·
Pemberian konsentrat faktor VIII dan
IX
|
Konsentrat
diberikan apabila klien mengalami perdarahan aktif atau sebagai upaya
pencegahan sebelum pencabutan gigi atau pembedahan. Klien dan keluarganya
harus cara memberikan konsentrat di rumah, setiap kali ada tanda perdarahan.
Beberapa klien membentuk antibodi terhadap konsentrat, sehingga kadar faktor
tersebut tidak dapat dinaikkan.
|
·
Asam Tranexamic
|
Asam
aminokaproat adalah penghambat enzim fibrinolitik. Obat ini dapat
memperlambat kelarutan bekuan darah yang sedang terbentuk dan dapat digunakan
setelah pembedahan mulut klien dengan hemofilia.
|
2.
Aktual / resiko tinggi trauma yang berhubungan
dengan hambatan mobilitas fisik, kelainan proses pembekuan darah, keterbatasan
informasi, dan ketidaktahuan cara/manajemen aktivitas.
Tujuan :
dalam waktu 2 × 24 jam resiko trauma tidak terjadi.
Kriteria :
klien dan keluarga mau berpartsipasi terhadap pencegahan trauma, mengenal
faktor-faktor yang potensial meningkatkan resiko trauma, mengenal manjemen
aktivitas.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
kemampuan mobilisasi, catat faktor yang potensial meningkatkan cidera
|
Menjadi
data dasar dan meminimalkan resiko cidera.
|
Kaji
adanya tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan.
|
Deteksi
seperti hipoksia pada organ vital, gelisah, cemas, pucat, kulit dingin,
lembab, nyeri dada, dan penurunan curah urine.
|
Ajarkan
manajemen aktivitas.
|
·
Klien didorong untuk bergerak perlahan
dan mencegah stres pada sendi yang terkena.
·
Kompres panas harus dihindari selama
episode perdarahan, karena dapat mengakibatkan perdarahan lebih lanjut.
·
Pemberian alat bantu. Bidai, tongkat,
atau kruk sangat berguna untuk memindahkan beban tubuh pada sendi yang sangat
nyeri. Bidai harus terpasang dengan tepat untuk menhindari tekanan pada
permukaan tubuh yang dapat mengakibatkan cidera jaringan dan perdarahan.
|
Ajarkan cara pemantauan dan pencegahan
komplikasi.
|
Pemantauan dan pencegahan komplikasi
pada kliem hemofilia sangat penting diketahui klien atau orang tua dengan
tujuan menurunkannya. Pemantauan dan pencegahan komplikasi tersebut,
meliputi:
· Monitor tekanan
darah, denyut nadi, respirasi, tekanan vena sentral dan tekanan arteri
pulmonal harus dipantau, begitu juga hemoglobin dan hematokrit, waktu
perdarahan dan pembekuan, serta angka trombosit.
· Monitor adanya
perdarahan dari kulit, membran mukosa dan luka, serta adanya perdarahan
internal.
· Istirahat selama
terjadinya episode perdarahan.
· Kompres dingin
diberikan pada tempat perdarahan.
· Obat parenteral
diberikan dengan jarum ukuran kecil untuk mengurangi trauma dan resiko
perdarahan.
· Lingkungan dijaga
agar bebas dari rintangan yang dapat menyebabkan jatuh, klien dipindah dan
digeser dengan sangat hati-hati.
· Darah dan komponen
darah diberikan sesuai kebutuhan dan diusahakan untu mencegah terjadinya
komplikasi.
|
Lakukan pencegahan perdarahan.
|
Pencegahan perdarahan pada klien
hemofilia sangat penting diketahui klien atau orang tua dengan tujuan
menurunkannya. Pencegahan tersebut, meliputi hal-hal berikut.
· Klien dan keluarganya
diberi informasi mengenai resiko perdarahan dan usaha pengamanan yang perlu.
· Anjurkan untuk
mengubah lingkungan rumah sedemikian rupa, sehingga dapat mencegah terjadinya
trauma fisik.
· Mencukur harus
dilakukan dengan cukur listrik dan menggosok gigi dengan sikat yang lembut
untuk menjaga kebersihan mulut.
· Hindari mengeluarkan
ingus dengan kuat, batuk, dan mengejan saat buang air besar harus dihindari.
· Pemberian laxantia.
· Hindari pemberian
aspirin atau obat yang mengandung aspirin harus dihindari.
· Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, tetapi dengan keamanan yang baik.
· Olahraga tanpa kontak
seperti berenang, mendaki gunung, dan golf merupakan aktivitas yang dapat
diterima, sementara olahraga dengan kontak harus dihindari.
· Berikan latihan
penguatan tungkai untuk rehabilitasi setelah hemartosis akut.
· Jelaskan pentingnya
kontrol yang teratur dan pemeriksaan laboratorium.
|
Kolaborasi pemberian obat antibiotika.
|
Antibiotik bersifat bakteriosida /
baktiostatika untuk membunuh / menghambat perkembangan kuman.
|
Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera
jaringan (peradangan lokal / sistemik, seperti peningkatan nyreri, edema, dan
demam).
|
Menilai perkembangan masalah klien.
|
3.
Koping individu atau keluarga tidak efektif yang
berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan
peran.
Tujuan :
dalam waktu 1 × 24 jam klien atau keluarga mampu mengembangkan koping yang
positif.
Kriteria :
klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu menyatakan atau
mengkomunikasikan dengan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan
yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi,
mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negatif.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji perubahan dari gangguan persepsi
dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.
|
Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
|
Identifikasi arti dari kehilangan atau
disfungsi pada klien.
|
Beberapa klien dapat menerima dan
mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri,
sedangkan yang lain mempunyai kesulitan membandingkan mengenal dan mengatur
kekurangan.
|
Anjurkan klien untuk mengekspresikan
perasaan termasuk, permusuhan dan kemarahan.
|
Menunjukkan penerimaan, membantu klien
untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
|
Catat ketika klien menyatakan
terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
|
Mendukung penolakam terhadap bagian
tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
|
Berikan informasi status kesehatan
pada klien dan keluarga.
|
Klien dengan hemofilia sering
memerlukan bantuan dalam menghadapi kondisi kronis, keterbatasan ruang
kehidupan, dan kenyataan bahwa kondisi tersebut merupakan penyakit yang akan
diturunkan ke genarasi berikutnya.
|
Dukung mekanisme koping efektif.
|
Sejak masa kanak-kanak, klien dibantu
untuk menerima dirinya sendiri dan penyakitnya serta mengidentifikasi aspek positif dari
kehidupan mereka. Mereka harus didorong untuk merasa berarti dan tetap
mandiri dengan mencegah trauma yang dapat menyebabkan episode perdarahan akut
dan mengganggu kegiatan normal.
|
Hindari faktor peningkatan stres
emosional.
|
Perawat harus mengetahui pengaruh
stres tersebut secara profesional dan personal serta menggali semua sumber
dukungan untuk mereka sendiri begitu juga untuk klien dan keluarganya.
|
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik
dan memperbaiki kebiasaan.
|
Membantu meningkatkan perasaan harga
diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
|
Anjurkan orang yang terdekat untuk
mengizinkan klien untuk melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya.
|
Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses
rehabilitasi.
|
Dukung perilaku atau usaha seperti
peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
|
Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
|
Dukung penggunaan alat-alat yang dapat
mengadaptasikan klien, tongkat, alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter.
|
Meningkatkan kemandirian untuk
membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif
dalam kegiatan sosial.
|
Monitor gangguan tidur peningkatan
kesulitan konsentrasi, lethargi, dan rendah diri.
|
Dapat mengindikasikan terjadinya
depresi umumnya terjadi sebagai pengatuh dari stroke di mana memerlukan
intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
|
Kolaborasi : rujuk para ahli
neuropsikologi dan konseling bila da indikasi.
|
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
penting untuk perkembangan perasaan.
|
4.
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan
kematian, ancaman atau perubahan kesehatan.
Tujuan :
dalam waktu 1 × 24 jam kecemasan klien berkurang.
Kriteria :
klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, koorperatif
terhadap tindakan, wajah rileks.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tanda verbal dan non verbal
kecemasan, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila menunjukka perilaku
merusak.
|
Reaksi verbal / non verbal dapat
menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah.
|
Hindari konfrontasi.
|
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.
|
Mulai melakukan tindakan untuk
mengurangi kecemasan.beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
|
Mengurangi rangsangan eksternal yang
tidak perlu.
|
Tingkatkan kontrol sensasi klien.
|
Kontrol sensasi klien (dan dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri)
yang positif, membantu latihan relaksasi, dan teknik-teknik pengalihan dan
memberikan respons balik yang positif.
|
Orientasikan klien terhadap prosedur
rutin dan aktivitas yang diharapkan.
|
Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
|
Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan ansietasnya.
|
Dapat menghilangkan ketegangan
terhadap kekhawatiran yang tidaj diekspresikan.
|
Berikan privasi untuk klien dan orang
terdekat.
|
Memberi waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman-teman yang
dipilih klien melayani aktivitas dan penglihatan (misalnya, membaca) akan
menurunkan perasaan terisolasi.
|
Kolaborasi : berikan anticemas sesuai
indikasi, contohnya sdiazepam.
|
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan.
|
4.
Implementasi
No
|
Dx.
Kep
|
TGL/JAM
|
IMPLEMENTASI
|
1.
|
Nyeri b.d perdarahan sendi dan kekakuan
ekstremitas akibat adanya hematom.
|
1. Mencatat
karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan penyebarannya.
2. Melakukan
manajemen nyeri keperawatan:
a.
Mengatur posisi fisiologis.
b.
Mengistirahatkan klien.
c.
Memanajemen lingkungan: lingkungan
tenang dan batasi pengunjung.
d.
Mengajarkan teknik relaksasi
pernapasan dalam.
e.
Mengajarkan tehnik distraksi pada saat
nyeri.
f.
Memberi kompres es / kompres dingin.
g.
Melakukan manajemen sentuhan.
3. Melakukan kolaborasi
pemberian terapi: Analtesik., Pemberian konsentrat faktor VIII dan IX dan Asam
Tranexamic
|
|
2.
|
Aktual / resiko
tinggi trauma b.d hambatan mobilisasi fisik, kelainan proses pembekuan darah,
ketidaktahuan manajemen penurunan resiko trauma.
|
1. Mengkaji kemampuan
mobilisasi, catat faktor yang potensial meningkatkan cidera
2. Mengkaji adanya
tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan.
3. Mengajarkan
manajemen aktivitas.
4. Mengajarkan cara
pemantauan dan pencegahan komplikasi.
5. Melakukan
pencegahan perdarahan.
6. Melakukan kolaborasi
pemberian obat antibiotika.
7. Melakukan evaluasi
tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal / sistemik, seperti
peningkatan nyreri, edema, dan demam).
|
|
3.
|
Koping individu
atau keluarga tidak efektif b.d prognosis penyakit, gambaran diri yang salah,
perubahan peran.
|
1. Mengkaji perubahan dari gangguan persepsi dan
hubungan dengan derajat ketidakmampuan.
2.
Mengidentifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien.
3.
Menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan termasuk, permusuhan dan
kemarahan.
4.
Mencatat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari
dan menyatakan inilah kematian.
5.
Memberikan informasi status kesehatan pada klien dan keluarga.
6.
Member dukungan mekanisme koping efektif.
7. Menghindari faktor peningkatan stres
emosional.
8.
Membantu dan menganjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
9.
Menganjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien untuk melakukan
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya.
10.
Memberikan dukungan perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau
partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
11.
Mendukung penggunaan alat-alat yang dapat mengadaptasikan klien, tongkat,
alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter.
12.
Melakukan monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi, lethargi,
dan rendah diri.
13.
Melakukan kolaborasi : rujuk para ahli neuropsikologi dan konseling bila da
indikasi.
|
|
4.
|
Cemas b.d rasa takut
akan kematian, ancaman atau perubahan kesehatan.
|
1. Mengkaji tanda verbal dan non verbal
kecemasan, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila menunjukka perilaku merusak.
2.
Menghindari konfrontasi.
3.
Melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan.beri lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat.
4.
Meningkatkan kontrol sensasi klien.
5.
Mengorientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
6.
Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
7.
Memberikan privasi untuk klien dan orang terdekat.
8.
Melakukan kolaborasi : berikan anticemas sesuai indikasi, contohnya sdiazepam.
|
5.
Evaluasi
Hasil
yang diharapkan meliputi :
a.
Nyeri berkurang
·
Melaporkan berkurangnya nyeri setelah menelan
analgetik.
·
Memperlihatkan peningkatan kemampuan bertoleransi
dengan gerakan sendi.
·
Mempergunakan alat bantu (bila perlu) untuk
mengurangi nyeri.
b.
Melakukan upaya mencegah trauma / perdarahan
·
Menghindari trauma fisik.
·
Mengubah lingkungan rumah untuk meningkatkan
pengamanan.
·
Mematuhi janji dengan profesional layanan kesehatan.
·
Mematuhi janji menjalani pemeriksaan laboratorium.
·
Menghindari olahraga kontak.
·
Menghindari aspirin atau obat yang mengandung
aspirin.
c.
Koping menjadi efektif menghadapi kondisi kronis dan
perubahan gaya hidup
·
Mengidentifikasi aspek positif kehidupan.
·
Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan
mengenai masa depan dan perubahan gaya hidup yang harus dilakukan.
·
Berusaha mandiri.
·
Menyusun rencana khusus untuk kelanjutan asuhan
keperawatan.
d.
Tidak mengalami komplikasi
·
Tanda vital dan tekanan hemodinamika tetap normal.
·
Hasil pemeriksaan laboratorium tetap dalam batas
normal.
·
Tidak mengalami perdarahan aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Galih, Chandra
Pernama, Menikmati Hidup Bersama
Hemofilia, Metagraf, 2011.
Huda, A.N, Kusuma
H., Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA, MediAction Publising, Edisi Revisi
Jilid 1, 2013.
Muttaqin, Arif, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, Salemba Medika, 2012