MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DIABETES MELITUS
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Tujuan 2
1.2.1
Tujuan Umum 2
1.2.2
Tujuan khusus 2
1.3
Manfaat 2
BAB II TUJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes Melitus 3
2.2 Etiologi 3
2.3 Patofisiologi 5
2.4 WOC Diabetes
Melitus 6
2.5 Manifestasi
Klinik 7
2.6 Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
7
2.7 Komplikasi 8
2.8 Penatalaksanaan 8
2.9 Prognosis 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES
MELITUS
3.1 Pengkajian 11
3.2 Review Of
Sistem Pada Klien 14
3.3 Diagnosis
Keperawatan 15
3.4 Intervensi 15
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan 18
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit diabetes militus (DM) sudah
sejak lama dikenal, orang mesir pada tahu 1552 SM, sudah mengenal penyakit yang
ditandai dengan sering kencing dalam jumlah banyak, penurunan berat badan cepat
dan rasa sakit. Pada tahun 200 SM seorang india Sushrutha, menaamai penyakit
ini dengan kencing madu dan tahun 200 SM penyakit ini pertama kali disebut
Diabetes Militus (DIABETES = mengalir terus, Melitus = manis ).
Jumlah penderita DM di Indonesiaa
diprediksi akan teru meningkat, hal ini terkait dengan usia harapan hidup
semakin meningkat, diet kuraang sehat, kegemukan serta gaya hidup modern
seperti kurangnya beraktifitas atau berolahraga karna kesibukaan dan tuntutan
penyelesaian pekerjaan
Berdasarka hasil penelitian WHO
paada tahun 2001 jumlah penderita DM di I ndonesia mencapai 17 Juta orang atau
8,6% dari 220 Juta populasi penduduk negri ini dan menurut penelitian
Departemen Kesehatan pada tahun 2001 penyakit DM mempunyai urutan keempat dunia
setelah India, Cina dan Amerika serikat. Pada tahuun 2001 tercatat 7,5% penduduk
jawa dan bali baik pria maupun wanita menderita DM (Wikipedia Indonesia).
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan
memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengkajian Diabetes Mellitus.
2. Menyusun diagnosa Diabetes Mellitus.
3. Menyusun intervensi Diabetes Mellitus.
1.3
Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa
mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus, serta mampu mengimplementasikannya dalam
proses keperawatan.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan
abnormalitas metabilsme karbohidrat, lemak dan protein, yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan
neuropati.(Yuliana elin, 2009)
Diabetes
Militus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronik yang ditandai
peningkatan glukosa (hiperglikemia), disebabkan karena ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk
memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolism
dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadi glukosa
tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan gula darah sementara sel
menjadi kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan fungsi
sel.
Diabetes
Militus (DM) adalah kelompok penyakit metabolic dikarakterisasikan dengan
tingginya tingkat glukosa didalam darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat
ddefek sekresi, kerja insulin, atau keduanya (American diabetes association
(ADA) expert committee on the diagnosis and klasification of diabetes mellitus,
2003, dikutip dari e-book Smeltzer, S, & Bare, 2005).
Diabetes
Militus adalah penyakit kornik, progresif yang dikarakteristikan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein awal terjadinya hiperglikemia (kadar gula yaanng tinggi dalam darah)
(Black dan Hawk, 2009).
Menurut
Suyono, 2007, Diabetes Militus adaalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan karna glukosa darah
akiibat kekuranga insulin baik absolute maupun relative.
1.
Kriteria DM
Menurut
Association Diabetes American (ADA) tahun 1997, untuk mentukan diagnose dan criteria
DM, memenuhi 2 diantaraa 3 kriteria sebagaai berikut :
a.
Adanya
tanda dan gejala DM ditambah kadar gulaa daraah acak atau pun random lebih atau
sama dengan 200 mg/dl.
b.
Gula
darah puasa atau fasting blood sugar (FBS) lebih besar atau sama dengan 126 mg/dl
(;puasa sekurang kurangnya 8 jam.
c.
Hasil
Glukose Toleran Test (GTT) lebih besar atau sama dengan 200 mg/dl, 2 jam
sesudah beban.
Sedangkan pre Diabetes Melitus
a.
Impaired
glucose tolerance (IGT) Jika hsil pemeriksaan 2 jam sesudah beban glukosa . 140
s.d , 200mg/dl.
b.
Impaired
fasting glukose (IFG) jika hasil pemeriksaan darah puasa . 110 s.d 126 mg/dl
2.
Kadar Glukosa Darah dalam mengdiagnosis DM
Kadar glukosa darah (mg/dl)
|
Bukan DM
|
Belum pasti
DM
|
DM
|
|
Sewaktu
|
Plasma vena
Darah kapiler
|
<100 mg/dl
<90 mg/dl
|
100-199mg/dl
90-199 mg/dl
|
>200 mg/dl
>200 mg/dl
|
Puasa
|
Plasma vena
Darah kapiler
|
<100 mg/dl
<90 mg/dl
|
100-125 mg/dl
90-99 mg/dl
|
>125 mg/dl
>100 mg/dl
|
Sumber :
Perkeni, 2006
2.2 Etiologi
dan faktor resiko
Penyebab
penyakit ini belum diketahui secara lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan
faktor resiko penyakit DM diantaranya :
a.
Riwayat
keturunan dengan diabetes, misalnya pada DM tipe 1 diturunkan sebagai sifat
heterogen, multigenik. Kembar identik mempunyai resiko 20-50%, sementara
saudara kandung beresiko 6% dan anak beresiko 5% (black,2009).
b.
Lingkungan
seperti virus (cytomegalovirus, mumps,rubella) yang dapat memicu terjadi autoimun dan menghancurkan sel
– sel beta pankreas, obat – obatan dan zat kimia seperti alloxan,
streptozotocin, pentamidine).
c.
Usia
diatas 45 tahun.
d.
Obesitas,
berat badan lebih dari atau sama dengan 20% berat badan ideal.
e.
Etnik,
banyak terjadi pada orang amerika keturunan afrika, asie.
f.
Hipertensi,
tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg.
g.
HDL
kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trigiserida lebih dari 250
mg/dl.
h.
Riwayat
gestasional DM (Smeltzer, 2004).
i.
Kebiasaan
diet.
j.
Kurang
olah raga.
k.
Wanita
dengan hirsutisme atau penyakit policistik ovari.
2.3
Patofisiologi
Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang kronik dan bersifat
sistemik dengan karakteristik peningkatan gula darah atau glukosa atau
hiperglikemia yang disebabkan menurunnya sekresi atau aktivitas dari insulin
sehingga mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan sangat dibutuhkan
untuk kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang
dikonsumsi. Makanan yang masuk sebagian digunakan untuk kebutuhan energi dan
sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen dihati dan jaringan lainnya dengan
bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau
langerhans pankreas yang kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk.
Pada orang dewasa rata – rata diproduksi 40-50 unit , untuk mempertahankan gula
darah tetap stabil antara 70-120 mg/dl.
Insulin
disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau langerhans pankreas.
Insulin merupakan hormon anabolik, hormon yang dapat membantu memidahkan
glukosa dari darah ke otot, hati dan sel lemak. Pada diabetes terjadi
berkurangnya insulin atau tidak adanya insulin berakibat pada gangguan tiga
metabolisme yaitu : menurunnya penggunaan glukosa, miningkatnya mobilisasi
lemak dan meningkat penggunaan protein.
Pada DM tipe 2
masalah utuma adalah berhubungan reseitensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Retensi insulin menunjuikan penurunan sensitifitas jaringan pada
insulin menunjukkan penurunan sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya
insulin mengikat reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian
reaksi meliputi metabolisme glukosa. Pada DM tipe 2 reaksi intraseluler
dikurangi, sehingga menyebabkan efektivitas insulin menurun dalam menstimulasi
penyerapan glukosa oleh jaringan dan padaa pengaturan pembebasan oleh hati.
Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama retensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada DM tipe 2 tidak diketahui, meskipun faktor genetik
berperan utama
Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah penumpukan glukosa dalam darah, peningkatan
sejumlah insulin harus disekresi dalam mengatur kadar glukosa darah dalam batas
normal atau sediikit lebih tinggi kadarnya. Namun, jika sel beta tidak dapat
menjaga dengan meninkatkan lebutuhan insulin, megakibatkan kadar glukosa
meningkat, dan DM tipe 2 berkembang.
a.
Menurunnya
penggunaan glukosa
Pada diabetes sel – sel membutuhkan insulin untuk membawa glukosa
hanya sekitar 25% untuk energi. Kecuali jarinngan saraf, eritrosit dan sel –
sel usus, hati dan tubulus ginjal tidak membutuhkan insulin untuk transport
glukosa (M Black, 2009). Sel – sel lain seperti, jaringan adipose, otot jantung
membutuhkan insulin untuk transport glukosa. Tanpa adekuatnya jumlah insulin,
banyak glukosa tidak dapat digunakan. Dengan tidak adekuatnya insulin malka
gula darah menjadi tinggi (hiperglikemia), karena hati tidak dapat menyimpan
glukosa menjadi glikogen. Supaya terjadi keseimbangan agar gula darah kembali menjadi
normal maka tubuh mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak glukosa
berada dalam urin (glukosuria), disisi lain pengeluaran glukosa melalui urin
menyebabkan diuretik osmotik dan meningkatnya jumlah air yang dikeluarkan, hal
ini beresiko tarjadi defisit volume caira (Black, 2009).
b.
Menngkatnya
mobilisasi lemak
Pada diabetes tipe 1 lebih berat dibandingkan pada tipe 2,
mobilisasi lemak yang dipecah untuk energi terjadi jika cadangan glukosa tidak
ada. Hasil metabolisme lemak adalah keton. Keton akan terkumpul didalam darah,
dikeluarkan lewat ginjal dan paru. Derajat keton dapat d ukur dari darah urin.
Jika kadarnya tinggi, indikasi diabetes tidak terkontrol.
Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan memproduksi
ion hidrogen sehingga Ph menjadi turun dan asidosis metabolik dapat terjadi.
Padaa saat keton dikeluarkan, sodium juga ikut keluar sehingga sodium menjadi
rendah dan bekembang menjadi asidosis. Sekresi keton juga mengakibatkan tekanan
osmotik sehingga meningkatkan kehilangan cairan. Jika lemak sebaagai sumber
energi utama, maka lipid tubuh dapat meningkat, resiko atherosklerosis juga
meningkat.
Meskipun gangguan sekresi
insulin dikarakteristikan pada DM tipe 2, terdapat sediaan insulin yang cukup
untuk mencegh terpecahnyaa lemak dan terkumpulnya produksi ketone tubuh. Karena
itu tipe DKA (Diabetik Ketoacidosis) tidak terjadi pada DM tipe 2. Tidak
kontrolnya DM tipe 2 dapat saja, terjadi menyebabkan masalah akut seperti HHNS
(Hyperglycemic Hyperosmolar Nonketotic Syndrome).
c.
Meningkatnya
penggunaan protein kurangnya insulin berpengaruh pada pembungan protein. Pada
keadaan normal insulin berfungsi menstimulasi sintesis protein, jika terjadi
ketidakseimbangan , asam amono dikonversi menjadi glukosa di hati sehingga
kadar glukosa menjadi tinggi.
2.4
Web Of Coution (WOC)
2.5
Manifestasi Klinik
1.
Sering
kencing / miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil (poliura)
Adnya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa di keluarkan oleh
ginjal bersama urin karna keterbatasan kemampuan reabsorsi dari tubulus ginjal.
Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka di operlukan banyak air. Sehingga
frekuensi miksi menjadi meningkat.
2.
Meningkatnya
rasa haus (polidipsi)
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi, hal
ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
3.
Peningkatan
rasa lapar (polipagia)
Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi
menyebabkan cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
4.
Penurunan
berat badan
Penurunan berat badan di sebabkan karna banyaknya kehilangan
cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot.
5.
Kelainan
pada mata, penglihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah
menjadi lambat, sirkulasi kevaskuler menjadi tidak lancer , termasuk pada mata
yang merusak retina serta kekurangan pada lensa.
6.
Kulit
gatal, infeksi kulit, gatalgatal
disekitar penis dan vegina peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan
pula pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang
kulit.
7.
Ketinuria
Ketika glukosa tidak lagi di gunakan untuk energi, maka di gunakan
asam lemak untuk energy, asam lemak akan di pecah menjadi keton yang kemudian
berada pada darah dan di keluarkan melalui ginjal.
8.
Kelemahan
dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanyakelaparan sel, kehilangan potassium
menjadi akibat pasien mudah lelah dan
letih.
9.
Terkadang
tanpa gejal
Pada keadaan tertentu, tubuh dapat beradaptasi dengan
peningkatan glukosa darah.
2.6
Pemeriksaan diagnostik
Untuk
menentukan penyakit DM, disamping di kaji tanda dan gejala yang dialami pasien
juga yang penting adalah di lakukan test diagnostic diantaranya:
a.
Pemeriksaan
gula darah puasa atau fasting blood sugar (FBS)
Tujuan : Mentukan
jumlah glukosa darah pada saat puasa.
Pembatasan : Tidak makan
selama 12 jam sebelum test biasanya 08.00 pagi sampai 20.00, minum boleh.
Prosedur : Darah
diambil dari vena dan dkirim kelaboratorium.
Hasil : Normal : 80 – 120 mg/100 ml serum
Abnormal : 140 mg/100 ml atau
lebih
b.
Pemeriksaan
gula darah postprandial
Tujuan : Menentukan
gula darah setelah makan
Pembatasan : tidak ada
Prosedur : Pasien di beri
makan kira-kira 100 gr karbohidrat, 2 jam kemudian diambil darah venanya
Hasil :
Normal :
kurang dari 120 mg/100 ml serum
Abnormal : lebih dari 200 mg/100 ml atau lebih,
indikasi DM
c.
Pemeriksaan
toleransi glukosa oral/oral glukosa tolerance test( TTGO)
Tujuan : menetukan
toleransi terhadap respon pemberian glukosa
Pembatasan : pasien tidak
makan selama 12 jam sebelum test dan selama test, boleh minum air putuh, tidak
merokok, ngopi atau minum teh selama
pemeriksaan (untuk mengukur respon tubuh terhadap karbohidrat ), sedikit
aktivitas, kurangi stress keadaan banyak
aktivitas dan sters menstimulasi
epinephrine dan kortisol dan berpengaruh terhadap peningakatan gula darah
melalui peningkatan glukogeogenesis)
Prosedur : Pasien di
beri makan tinggi karbohidrat sebelum test, kemudian puasa selam 12 jam, ambil darah
puasa dan urin untuk pemeriksaan. Berikan 100 gr glukosa di tambah juice lemon
melalui mulut, periksa darah dan urine ½, 1,3,4 dan 5 jam setelah pemberian
glukosa.
Hasil : Normal
: puncaknya jam pertama setelah pemberian 140mg/dl dan kembali normal 2
atau 3 jam kemudian
Abnormal : peningkatan glukosa pada jam pertama
tidak kembali setelah 2 atau 3 jam, urine positif glukosa.
d.
Pemeriksaan
glukosa urine
Pemeriksaan ini kurang akurat karena pemeriksaan ini banyak di
pengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti aspirin,
vitamin C dan beberapa antibiotic, adanya kelainan ginjal dan pada lansia diman
ambang ginjal meningkat. Adanya glukosuria menunjukkan bahwa ambang ginjal
terhadap glukosa terganggu.
e.
Pemeriksaan
kotone urine
Badan kotone merupakan produk smpingan prose pemecahan lemak, dan
senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton yang besar padurin
akan merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan. Adanya ketonuria
menunjukkan adanya ketoasidosis.
f.
Pemeriksaan
kolestrol dan kadar serum trikliserida, dapat meningkat karena ketidkadekuatan
control glikemik.
g.
Pemeriksaan
hemoglobin glikat (HbA1c)
Pemeriksaan
lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah adalah glykosylated
hemoglobin (HbA1c). Test ini mengukur
presentasi glukosa yang melekat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini menunjukkan
kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai dengan usia
eritrosit. HbA1c di gunakan untuk mengkaji control glukosa jangka panjang,
sehingga dapat memprediksi resiko komlikasi. Hasil HbA1c tidak berubah karena
pengaruh kebiasaan makan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbA1c dilakukan untuk diagnosis dan pada
interval tertentu untuk mengevaluasi penatalaksanaan DM, direkomendasika
dilakuakan 2 kali dalam setahun bagi pasien DM. kadar yang direkomendasikan
oleh ADA adalah :< 7%(ADA,2003 dalam black & hawks,2005; ignativicius
& workman,2006.
2.7
Komplikasi
Pasien
dengan DM beresiko terjadi komlikasi baik bersifat akut maupun kronis
diantaranya:
1.
Komplikasi
akut
a.
koma
hiperglikemia di sebabkan kadar gula sangant tinggi biasanya terjadi pada
NIDOM.
b.
Ketoasidosis
atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolism lemak dan protein terutama
terjadi pada IDDM.
c.
Koma
hipokglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.
2.
Komplikasi
kronis
1)
Mikroangiopati
( kerusakan pada sarf-sarf perifer)
Pada pembuluh darah yang
mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:
a.
Retinopati diabetika ( kerusakan saraf retina
di mata) sehingga mengakibtkan kebutaan.
b.
Neuropati
diabetika ( kerusakan sarfa-saraf perifer mengakibatkan baal/gangguan sensoris
pada organ tubuh.
c.
Nefropati
diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal ) dapat mengakibatkan gagal ginjal.
2)
Makroangiopati
a.
Kelainan
pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infrak maupun gangguan fungsi
jantung karena arteriskelosis.
b.
Penyakit
vaskuler perifer.
c.
Gangguan
system pembuluh darah otak atau stroke
3)
Gangrene
diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang tidak sembuh-sembuh.
4)
Disfungsi
erektil diabetika.
Angka kematian dan kesakitan dari diabetes terjadi akibat
komplikasi seperti karena:
a.
Hiperglikemia
atau hipoglikemia
b.
Meningkatnya
resiko infeksi
c.
Komlikasi
mikrovaskuler seperti retinopat, nefropati
d.
Komplikasi
neuropatik
e.
Komplikasi
makrovaskuler seperti penyakit jantunng koroner, stroke.
2.8
Penatalaksanaan
Tujuan
penatalaksanaan pasien dengan DM adalah :
a.
Menormalkan
fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah
b.
Mencegah
komlikasi vaskuler dan neurophati
c.
Mencegah
terjadinya hipoglikemia dan katoasidosis
Prinsip
penatalaksanaan pasien DM adalah mrngontral gula darah dalam rentang normal.
Untuk mengontrol gula darah, ada lima faktor penting yang harus di lakukan
yaitu:
a.
Asupan
makanan atau mangemen diet
b.
Latihan
fisik atau exercise
c.
Obat-obatan
penurun gula darah
d.
Pendidikan
kesehatan
e.
Monitoring
Perencanaan
penatalaksanaan DM bersifat individual arinya perlu dipertimbangkan
kebutuhan terhadap umur pasien, gaya hidup kebutuhan nutrisi, kematangan,
tingkat aktivitas, pekerjaan dan kemampuan pasien dalam mengontrol gula darah
secara mandiri.
1.
Managemen diet DM
Control
nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan pasien DM. Tujuan yang
paling penting dalam managemen nutrisi dan diet adalah mengontrol total
kebutuhan kalori tubuh, intake yang di butuhkan mencapai kadar serum lipid
normal komposisi nutrisi pada diet DMadalah kebutuhan kalori, karbohidrat,
lemak protein dan serat.
Untuk
menentukan status gizi di pakai rumus body mass index (BMI)
Ataun indeks massa tubuh (IMT)
yaitu:
·
|
·
BB
normal = IMT 18,5 – 22,9
·
BB lebih = IMT
> 23
·
BB
dengan resiko = IMT 23-24,9
·
Obes
I = IMT 25 -29,9
·
Obes
II = IMT > 30,0
a.
Kebutuhan
kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan (kurus,
ideal,obesitas), jenis kelamin, usia, aktifitas fisik. Untuk menentukan jumlah
kalori di pakai rumus broca yaitu :
Berat badan idaman = (TB(cm)-100)-10%
Ketentuan :
·
Berat
badan kurang = < 90% BB idaman
·
Berat
badan normal = 90-110% TB idaman
·
Berat
badan lebih =110 -120% TB idaman
·
Gemuk
= >120 % BB idaman
Misalnya untuk pasien kurus
kalori sekitar 2300-2500 kalori, berat badan ideal antara 1700-2100 kalori dan gemuk antara 1300-1500 kalori
(kartini sukarji dalam sidar tawan S, 2007 ) .
b.
Kebutuhan
karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori
tubuh, yaitu sekitar 50%-60%
c.
Kebutuhan
protein
Untuk adekuatnya cadangan protein, di perlukan kira-kira 10 % -20%
dari kebutuhan kalori atau 0.8 g/kg/hari.
d.
Kebutuhan
lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari totalkalori, sebaiknya dari
lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.
e.
Kebutuhan
serat
Serat di butuhkan sekitar 20=35 g perhari dari berbagai bahan
makanan atau rata-rata 25 g /hari
2.
Latihan fisik/excersice
Latihan fisik
bagi penderita DM sangat di butuhkan, karna pada saat latiahan fisik energi
yang di pakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Latihan fisik bertujuan :
a.
Menurunkan
gula darah dengan meningkatkan metabolism karbohidrat
b.
Menurunkan
berat badan dan mempertahankan berat badan normal
c.
Meningkatkan
sensitifitas insulin
d.
Meningkatkan
kadar HDL .(high density lipoprotein) dan menurunkan kadar tringliserida
e.
Menurunkan
tekanan darah
Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan
aerobic, jalan ,lari, bersepeda , berenang. Yang perlu di perhatikan dalam
latihan fisik pasien DM adalah frekuensi ,intensitas, durasi waktu dan jenis
latihan. Misalnya pada olah raga sebaiknya secara teratur 3x/mg, denagn
intensitas 60-70 % heart maximum (220- umur), lamanya 20-45 menit
3.
Obat-obatan
a.
Obat
antidiabetik oral atau oral hypoglikemik agent (OH) Efektif pada DM tipe II
jika managemen nutrisi latiahn gagal
Jenis obat
–obatan antidiabetik oral diantaranya :
1)
Sulfonylurea
: bekerja dengan merangsang beta sel pangkreas untuk melepaskan cadangan
insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini adalah glibenklamid , Tolbutamid ,
klorpropamid
2)
Biguanida
: bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di usus, misalnya mitformin
,glikophage.
b.
Pemberian
hormone insulin
Pasien dengan DM tipe satu tidak mampu memproduksi insulin dalam
tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin. Beberapa dengan DM
tipe II yang tidak tergantung pada insulin tetapi memerlukan sebagai
pendukungnya sebagai pendukung untuk menurunkan glukosa darah dalam
mempertahankan kehidupan.
Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke
dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa.
Berdasarkan daya kerjanya insulin di bedakan menjadi :
1.
Insulin
dengan masa kerja pendek (2-4 jam ) seperti regular insulin, actrapid
2.
Insulin
dengan masa menengah (6-12 jam 0 seperti NPH ( Neutral Protamine Hagedorn )
insulin, lente insulin
3.
Insulin
dengan masa kerja panjang (18-24 jam ) seperti protamine zinc insulin dan
ultralente insulin
4.
Insulin
campuran yaitu kerja cepat dan mencegah, misalnya 70% NHP, 30 % regular.
Absoprpsi dan durasi dari insulin bervariasi tergantung pada tempat
penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen diabsorpsi lebih cepat sehingga
durasinya lebih pendek dibandingkan pada lengan atau bokong.
a.
Dosis insulin ditentukan berdasarkan pada
1)
Kebutuhan
pasien. Kebutuhan insulin meningkat pada keadaan sakit yang serius/ parah,
injeksi, menialini operasi dan masa pubertas.
2)
Respon
pasien terhadap injeksi insulin. Penberian insulin biasanya dimulai antara 0.5
dan 1 unit/ Kg BB/ hari.
b.
Komplikasi pemberian insulin
Pemberian
terapi insulin dapat menyebabkan satu atau lebih komplikasi diantaranya :
1.
Hipoglikemia
Terjadi apabila kadarglukosa darah dibawah 60 mg/ 100 ml, karena
kelebihan dosis insulinatau terlambat makan sementara pasien sudah diberikan
insulin, aktivatas yang kelebihan. Kelebihan pemberian dosis biasanya terjadi
akibat kesalahan menggunakanalat suntik insulin dengan ukuran 40 U/ml atau
100U/ ml. Pada keadaan hipoglikemia pasien biasanya mengalami gangguan
kesadaran, takhikardia, keringat dingin, berkunang-kunang, lemas.
2.
Hipertropi
atau atropi jaringan
Hipetropi jaringan meliputi penebalan dari jaringan subkutan pada tempat
injeksi. Jaringan atropi terjadi dengan hilangnya lemak pada area injeksi.
3.
Alergi
insulin baik reaksi alergi setempat maupun reaksi alergi sistemik. Reaksi
alergi setempat biasanya terjadi pada tahap permulaan pemberian terapi insulin
1-2 jam setelah pemberian. Reaksi setempat
ditandai adanya kemerahan, pembengkakan, nyeri tekan pada durasi 2-4 cm
dilokasi penyuntikan. Reaksi alergi sistematik jarang terjadi, merupakan reaksi
anapilaktik yang merupkan keadaan emergensi.
4.
Resisten
insulin. Merupakan keadaan dimana pasien membutuhkan insulin lebih dari 100
unit per hari. Keadaan ini di sebabkan antibody yang menangkap molekul insulin
tidak actif. Pada keadaan ini pasti.
c.
Tanaman
yang digunakan sebagai obat
1)
Buncis
a)
Nama
:
1)
Nama
daerah : Kacang Buncis.
2)
Nama
asing : Bai Fan Dou, French bean.
b)
Uraian
tanaman
Buncis bisa di tanam sebagai tanaman sayur yang tumbuh baik pada
iklim kering dengan ketinggian 1000-1500 m di atas permukaan laut.
Semak menahun, termasuk jenis tanaman kacang-kacangan yang
batangnya tumbuh membelit, berambut halus panjang 0,3-3 m. Daun majemuk menjari
dengan 3 anak daun. Helaian anak daun bentuknya bulat telur, ujung runcing,
pangkal membulat, kedua permukaan berambut, panjang 4,5-16 cm, lebar 2,5-11 cm.
Bunga 1-2 pasang tersusun dalam tandan yang keluar dari ketiak daun. Mahkota
bunga berbentuk kupu-kupu , warnanya putih, menjadi kuning ungu. Buahnya buah
polong, panjang berbentuk garis, lurus atau bengkok. Ukuran bervariasi,
mempunyai 4-5 biji yang bentuknya persegi panjang, warnanya putih, hitam, dan
kuning.
Buah muda dapat di lalap atau di sayur, bila tua menjadi keras dan
berserat. Perbanyakan dengan biji.
c)
Sifat
Kimiawi dan efek farmakologis
Manis, netral. Peluruh kencing, menurunkan kadar gula darah
(hipoglikemi) dan menurunkan kadar lemak darah. Digunakan untuk pengobatan
darah tinggi, busung air, beri-beri, diabetes mellitus, dan hyperlipidemia.
d)
Kandungan
Kimia
Biji mengandung glucoprotein, tripsin inhibitor, hemaglutinin,
stigmasterol, sitosterol, campesterol, allantoin, dan inositol.
Kulit biji mengandung leucopelargonidin, leucocyanidin, cyaniding.
Dalam 100 g buncis mentah, terdapat 3 g karbohidrat, 1 g protein,
0,1 g lemak, 200 IU vitamin A, 25 mg vitamin B, 18 mg vitamin C, dan mengandung
17 kalori.
e)
Bagian
tanaman yang dipakai
Biji atau buah muda (semen phaseoli vulgaris)
f)
Dosis
dan cara pemakaian
120 g biji di rebus lalu di minum.
Catatan :
1)
Buah
muda mengandung bermacam zat nutrisi dan glucoside, bekerja meningkatkan fungsi
Limpa dan memperbanyak air kencing (peluruh kencing) serta mempunyai khasiat
anti kanker.
2)
Rebusan
polong berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah.
3)
Buncis
termasuk sayuran berserat yang dibatasi pemakaiannya. Pemakaian yang dianjurkan
adalah 50-200 g setiap kali makan. Bila kadar asam urat di dalam darah tinggi,
hindari makan buncis karena akan menimbulkan rematik gout.
2)
Pare
a)
Nama
:
1) Nama daerah : Pare, paria, pare pahit.
2) Nama asing : Ku gua, karela, karvel.
1. Uraian tanaman
Tanaman ini banyak di temukan di daerah tropis, tumbuh liar atau
dibudidayakan, kadang ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. Pare
dapat tumbuh baik di dataran rendah dan tidak memerlukan banyak sinar matahari.
Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk
spiral, banyak bercabang, baunya tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5
m, yang muda berambut rapat. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak berseling,
bentuknya bulat panjang, berbagi menjari 5-7. Pangkal berbentuk jantung,
warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar sampai berlekuk menyirip. Bunga tunggal,
bertangkai panjang, warnanya kuning, berkelamin dua dalam satu pohon. Buah
bulat memanjang berbintil-bintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm dengan 8-10
rusuk memanjang, rasanya pahit. Buah mentah warnanya hijau, bila masak menjadi
oranye yang pecah dengan tiga katup. Biji banyak, cokelat kekuningan, bentuknya
pipih memanjang, keras.
Daun dan buah muda dimakan sebagai lalap mentah atau setelah
dikukus terlebih dahulu, dimasak sebagai sayuran, tumis, sambal goring,
gado-gado, dan sebagainya. Tanaman ini juga dapat di gunakan untuk membunuh
serangga.
2. Sifat kimiawi dan efek farmakologi
Rasa pahit, sifatnya dingin. Anti radang. Masuk meridian jantung,
hati, dan paru. Buah berkhasiat sebagai peluruh dahak, pembersih darah,
menambah nafsu makan, penurunan panas, penyegar badan. Selain berguna untuk
menurunkan kadar glukosa darah, buah pare juga digunakan untuk pengobatan
batuk, radang tenggorok, radang mata merah, rematik gout, sariawan, demam,
malaria, infeksi cacing gelang, haus karena panas dalam, pingsan karena demam,
malaria, nyeri sewaktu haid. Buah yang digiling halus digunakan untuk pemakaian
setempat pada luka bakar, bisul, abses, di gigit serangga, biang keringat, dan
melancarkan ASI. Biji berkhasiat antikanker.
3. Kandungan kimia
Buah mengandung keratin, hydroxytryptamine, vitamin A, B, dan C.
Biji mengandung momordisin.
4. Bagian tanaman yang dipakai
Buah. Biji, bunga dan akar juga berkhasiat obat.
5. Dosis dan cara pemakaian
200 g buah pare segar di-juice atau di rebus, airnya diminum.
4. Pendidikan kesehatan
Hal penting yang harus
dilakukan pada pasien dengan DM adalah pendidikan kesehatan. Beberapa hal yang
penting yang perlu disampaikan pada pasien DM adalah :
a.
Penyakit
DM yang meliputi pengertian tanda dan gejala, penyebab,patofisologi dan test
diagnosis
b.
Diet
atau menagemen diet pada pasien DM
c.
Aktivitas
sehari-hari termasuk latihan dan olah raga.
d.
Pencegah
terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan hipoglikemia, pencegah
terjadi gangren pada kaki dengan latihan senam kami.
e.
Pemberian
obat-obatan DM dan cara injeksi insulin.
f.
Cara
minitoring dan pengukuran glukosa darah-darah secara mandiri.
5. Monitoring glukosa darah
Pasien
dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
serta yang paling adalah bagaimana meninitor glukosa darah secara mandiri.
Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri dengan menggunakan
glukometer. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan glukosa darah dalam
keadaan stabil.
Cara pengukuran glukosa darah secara mandiri yaitu :
1.
Siapkan
alat glucometer, sesuaikan antara glucometer dengan kode strip pereaksi khusus.
2.
Pastikan
kode pada glucometer sama dengan kode strip pereaksi khusus.
3.
Lakukan
pengembalian darah dengan cara menusukkan stik pada ujung jari sehingga darah
akan keluar.
4.
Tempelkan
darah yang sudah ada pada ujung jari
pada strip yang sudah siap pada glucometer.
5.
Biarkan
darah dalam strip selama 45 – 60 detik sesuai dengan ketentuan pabrik
glucometer.
6.
Hasil
gula darah dapat dilihat pada layar monitor glucometer.
Pengukuran
glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu atau pengukuran gula sewaktu
yaitu pasien tanpa melakukan puasa, pengukuran 2 jam setelah makan dan
pengukuran pada saat puasa.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien :
a.
Nama
: Suami / Istri / Orangtua
b.
Umur :
Nama :
c.
Jenis
kelamin : Pekerjaan :
d.
Agama : Alamat :
e.
Suku/bangsa :
f.
Bahasa : Penanggung
jawab :
g.
Pendidikan : Nama :
h.
Pekerjaan : Alamat :
i.
Status :
j.
Alamat :
3.1.2
Keluhan utama pasien saat ini
a.
Nutrisi
: peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau peningkatan berat
badan, banyak minum dan perasaan haus.
b.
Eliminasi
: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih, diare.
c.
Neurosensori
: nyeri kepala, parasthesia, kesemutirn pada ekstreinitas, penglihatan kabur,
gangguan penglihatan.
d.
Integumen
: gatal pada kulit, gatal pada
sekitar penis dan vagina, luka gangreng.
e.
Muskuluskeletal
: kelemahan dan keletihan.
f.
Fungsi
seksual : ketidakmampuan ereksi. (impoten), regiditas, penurunan libido,
kesulitan orgasme pada wanita.
3.1.3
Riwayat
penyakit sekarang :
a.
Sejak
kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit diabetes militus dan apakah sudah dilakukan untuk
mengatasi gejala tersebut.
b. Apakah pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg.
c. Apakah pernah mengalami penyakit pankreas seperti pankreatitis,
neoplasma, trauma/panreatectomy, penyakit infeksi seperti kongenital rubella,
infeksi citomegalovirus serta sindrom genetik diabetes seperti Sindrom Down.
d. Penggunaan obat-obatan atau zat kimia seperti glukokortikoid, hormon
tiroid, dilantin, nicotinic acid.
e. Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau hiperlipidemia kolesterol atau
tringkiserida lebih dari 150 mg/dI.
f. Perubahan bola makan, minum dan eliminasi urin.
g. Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit DM.
h. Adakah riwayat luka yang lama sembuh.
i.
Penggunaan
obat DM sebelumnya.
3.1.4
Riwayat
penyakit dahulu :
a.
Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan
diabetes gestasional.
b.
Riwayat ISK berulang.
c.
Penggunaan obat-obat seperti steroid,
dimetik (tiazid), dilantin dan penoborbital.
d.
Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat
berlebihan.
3.1.5
Riwayat penyakit keluarga :
Adanya riwayat
anggota keluarga yang menderita DM.
3.1.6
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan integumen
Ø
Kulit kering dan kasar
Ø Ga al-gatal pada
kulit dan sekitar alat kelamin
Ø Luka gangren
b. Muskuloskeletal
Ø Kelemahan otot
Ø Nyeri tulang
Ø Kelainan bentuk tulang
Ø Adanya kesemutan, paresthesia dan kram
ektreminta
Ø Osteomilitis
c. Sistem persarafan
Ø Menurunnya kesadaran
Ø Kehilangan memori, iritabilitas
Ø Paresthesi pada jari-jari tangan dan kaki
Ø Neuropati pada ekstreritas
Ø Penurunan sensasi dengan pemeriksaan
monofilament
Ø Penurunan reflex tendon dalam
d. Sistem pernapasan
Ø Napas bau keton
Ø Perubahan pola napas
e.
Sistem
kardiovaskuler
Ø Hipotensi atau hipertensi
Ø Takhikardia, palpitasi
f.
Gastro
intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
g.
Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising usus hiper aktif).
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising usus hiper aktif).
h.
Reproduksi/sexualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
3.2
Diagnosa
1.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
produksi insulin.
2.
Resiko
ketikseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemi dan polyuria.
3.
Resiko
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer,
defisit fungsi motorik neuropati otonomik.
4.
Resiko
tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru terpapar DM,
pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang diabetes dan pengobatannya.
3.3
Intervensi
1.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
produksi insulin.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
Ø Pasien mengungkapkan tidak ada mual dan nafsu makan baik
Ø Berat badan pasien dalam rentang ideal
Ø Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, indeks masa Tubuh (BMI)
Ø Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Ø Nilai HB dalam batas normal
Ø Kadar glukosa tubuh dalam retang toleransi
Data yang mungkin muncul
Ø Mual dan tidak nafsu makan
Ø Intake kalori kurang dari kebutuhan tubuh
Ø Berat badan 10 sampai 20 % di bawah berat badan ideal
Ø Hiperglikemia
Ø Hb kurang dari Normal
Intervensi keperawatan
|
Rasional
|
1.
Kaji
status nutrisi pasien
|
Menentukan kebutuhan nutrisi Pasien
|
2. Timbang berat berat
pasien dan lakukan secara berkala 3 hail sekali atau sesuai indikasi
|
Berat badan indikator status nutrisi pasien. Dapat menentukan
Basal Massa Indeks dan merencanakan terapi nutrisi.
|
2.
Ukur
Boddy massa Indeks pasien
|
Kebutuhan nutrisi tubuh ditentukan juga oleh BMI
|
3.
Identifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pasien
|
Banyak faktor yang mempengaruhi status nutrisi sehingga perlu
diketahui penyebab kurang nutrisi dan merencanakan pemenuhan nutrisi
|
4.
Monitoring
gula darah pasien scam periodik sesuai
indikasi
|
Perubahan kadar gula darah
dapat terjadi setiap saat serta dapat menentukan perencanaan
kebutuhan kalori
|
6. Monitor nilai
laboratorium yang terkait dengan status nutrisi seperti albumin HB,
Transfering, Elektrolit
|
Penurunan albumin ndikasi penurunan protein, penurunan Hb
indikasi penurunan eritrosit, darah, penurunan transferring indikasi
penurunan serum protein. Kadar otassium dan sodium menurun pada malnutrisi.
|
7.
Monitor
kadar serum lipid seperti, kolesterol total, low density lipoprotein (LDL)
kolesterol, high density lipoprotrin (HDL) kolesterol dan tringliserida.
|
Peningkatan kadar lemak dapat meningkatkan resiko penyakit
jantung dan stroke.
|
8. Kaji pengetahuan pasien
dan keluarga tentang diet diabetic.
|
Pasien DM rentan terjadi komplikasi sehingga pasien dan keluarga
harus memahami komplikasi akut dan kronik.
|
9. Kaji pola makan dan
aktivitas pasien.
|
Aktivitas latihan yang rutin membantu menurunkan komplikasi
penyakit jantung
dan menurunkan kadar gula darah
|
10.
Konsultasikan
dengan ahli diet untuk mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan nutrisi
pasien
|
Bagaimanapun juga ahli gizi lebih kompeten dalam penentukan dan
merencanakan kebutuhan
nutrisi pasien.
|
11.
Libatkan
pasien dan keluarga dalam merencanakan kebutuhan nutrisi
|
Keluarga dan pasien merupakan subjek dan yang dapat menentukan
sesuai dengan sumber yang dimiliki dan memberikan keyakinan rencana program
nutrisi dapat di laksanakan
|
12.
Laksanakan
program terapi seperti pemberian obat anti diabetik atau insulin
|
Pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dan peningkatan status pasien
|
13.
Monitoring
tanda-tanda adanya hipoglikemia
|
Pembenan obat antidiabetik atau insulin dapat menimbulkan
hipoglikemia
|
14.
Berikan
pendidikan kesehatan tentang diet DM, obat-obatan dan resiko tidak mentaati
apa yang sudah di ajarkan.
|
Pasien komperatif dalam program pemulihan status nutrisi
|
15. Berikan dukungan
yang positif jika pasien mampu melaksanakan program nutrisi dengan benar
|
Memberikan ,motivasi dan percaya diri pasien untuk tetap
melaksanakan program diet
|
2.
Resiko
ketikseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemi dan polyuria.
Tujuan : Pasien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan.
Kriteria Hasil :
Ø Pola BAK normal
Ø Tidak ada tabda-tanda dehidrasi
Ø Konsentrasi urine normal
Ø Berat badan pasien stabil atau tidak ada penurunan berat badan
Ø Intake cairan 1500-3000 ml perhari
Ø Kadar gula darah dalam rentan toleransi
Data yang mungkin muncul
Ø Pasien sering BAK
Ø Pasien sering haus dan minum
Ø Konsentrasi urine meningkat
Ø Penurunan berat badan
Ø Kulit keying, turgor Wit kurang
Ø Kadar gula darah meningkat
Ø Menurunan tekanan darah
Ø Peningkatan nadi
Intervensi keperawatan
|
Rasional
|
1.
Kaji
pola eliminasi urin pasien, Konsentrasi urin, keadaan turgor kulit pasien
|
Menentukan status cairan tubuh
|
2.
Timbang
berat badan pasien setiap hari
|
Penurunan berat badan mudah sekali terjadi pada pasien dengan
kehilangan cairan.
|
3.
Monitor
intake dan output cairan pasien
|
Menentukan kebutuhan dan keseimbangan cairan tubuh Defisit Volume
cairan menunjukkan penurunan filtrasi glomerulus dan aliran darah ke ginjal
yang dapat mengakibatkan Gliguria atau anuria
|
5. monitoring tanda vital
|
Kekurangan cairan dapat menurunkan tekanan darah, sinus
takikardia dapat terjadi pada hipovolemia
|
6. monitor keadaan albumin
dan elektrolit
|
Penurunan albumin indikasi penurunan protein penurunan HB
indikasi penurunan eritrosit darah penurunan trabnsferrring indikasi
penurunan serum protein, kadar potasium dan sodium menurun pada malnutrisi
|
7. Laksanakan program
pengobatan pemberian insulin atau obat antidiabetik
|
Menurunkan kadar gula darah sehingga efektif dalam mengatasi
poiluria.
|
3. Resiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer, defisit fungsi
motorik neuropati otonomik.
Tujuan : pasen dapat
,mempertahankan integritas kulit.
Krteria Hasil :
Ø Keadaan jaringan kulit utuh
Ø Neuropati tidak ada
Ø Tidak terjadi luka atau ulkus diabetikus
Ø Vaskularisasi perifer baik
Ø Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Ø Kebersihan kulit baik, keadaan kuku baik dan utuh
Ø Keadaan kaki utuh
Data
Yang Mungkin Muncul
Ø Neuropati prefier
Ø Vaskularisasi prefier kurang
Ø Gangguan fungsi motorik
Ø Adanya tanda kaki Charcot
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1.
Kaji
penampilan keadaan dari kebersihan
kaki pasien
|
Kaki merupakan bagian tubuh yang sering mengalami gangguan
integritas kulit pada pasien DM
|
2.
Kaji
keadaan kuku pasien
|
Pasien DM sering mengalami gangguan imunitas sehingga infeksi
jamur mudah terjadi termasuk pada kuku
|
3.
Kaji
integritas kulit pasien, catat warna kulit ada atau tidaknya ulserasi,
dermatitis
|
Autonomic neuropati menyebabkan kulit menjadi kering, kulit mudah
pecah serta terjadi infeksi
|
4.
Kaji
keadaan dan bentuk kaki apakah ada bentuk kaki chorcot, cacat adanya
pembentukan kalus
|
Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot dan atropi sehingga
terjadi perubahan bentuk kaki. Tekanan pada kaki yang berlebihan menimbulkan
kalus yang akan mudah menjadi luka
|
5.
Kaji
status sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulpasi ultrasound dopler.
|
Pasien DM mudah menimbulkan arteriosklerosis sehingga terjadi
penurunan suplai darah ke kaki
|
6.
Kaji
adanya edema
|
Keadaan edema mempermudah terjadinya luka
|
7.
Kaji
keadaan sensasi dengan menggunakan monofilament
|
Gangguan sensasi merupakan resiko tinggi terjadi luka
|
8.
Anjurkan
kepada pasien untuk menjaga kebersihan kulit
|
Mengurangi resiko infeksi dan terjadi perlukan
|
9.
Anjurkan
pasien untuk menjaga kelembaban kulit kaki dengan menggunakan lotion
|
Kulit kaki yang kering beresiko terjadi luka
|
10.
Anjurkan
pasien untuk melakukan latihan senam kaki DM
|
Meningkatkan sirkulasi dan terjadi perlukan
|
11.
Anjurkan
pasien untuk menggunakan alas kaki yang lebih lembut atau sepatu yang tidak keras
|
Mengurangi trauma dan terjadi perlukan
|
12.
Intruksikan
kapada pasien untuk menghindari resiko terjadi trauma seperti penggunaan
kompres hangat, minum minuman yang panas
|
Mengurangi resiko trauma karena gangguan sensasi neuropati
|
4. Resiko tidak efektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan
baru terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang diabetes dan
pengobatannya.
Tujuan
: Pasien dapat memperlihatkan kemampuan untuk mempertahankan gula
darah dalam rentang toleransi dan dapat memunjukkan pengetahuan tentang
perawatan diri pada pasien DM.
Kriteria
Hasil :
Ø Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala DM
Ø Pasien memahami penyebab dan perjalanan penyakit DM
Ø Pasien memahami kriteria penyakit DM
Ø Pasien memahami resiko atau komplikasi yang mungkin terjadi pada
pasien DM
Ø Pasien memahami cara pengukuran gula darah
Ø Pasien mengerti terapi yang di berikan
Ø Pasien memahami perawatan pasien dengan DM
Data yang mungkin muncul
Ø Pasien pertama kali mengalami DM
Ø Pasien mengatakan tidak mengetahui penyakit DM, pengobatan dan
perawatannya.
Ø Pasien mengalami komplikasi penyakit DM.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1. Kaji latar belakang pendidikan
pasien dan pengetahuan pasien tentang penyakit DM.
|
·
Memahami
dan mengukur kemampuan apa saja yang harus di sampaikan kepada pasien.
|
2. Kaji factor resiko penyakit DM
yang dialami pasien.
|
·
Informasi
awal yang penting untuk perencanaan intervensi lebih lanjut.
|
3. Kaji komplikasi yang mungkin
timbul pada pasien DM seperti hipertensi, penyakit jantung, ginjal, stroke,
gangguan penglihtan dan gangguan seksual.
|
·
Informasi
adanya komplikasi pada pasien DM merupakan indicator pasien mengalami DM pada
masa yang lama.
|
4. Kaji adanya neuropati sensorik,
neuropati motoric dan otonom.
|
·
Mengetahui
resiko terjadinya luka diabetic.
|
5. Eksplorasi pengetahuan pasien
tanda dan gejala DM, penyebab, pengobatan, cara pengukuran gula darah.
|
·
Menggali
kemampuan pasien dalam mengenal tanda dan gejala, pengobatan dan cara
pengukuran gula darah.
|
6. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga tanda dan gejala DM, penyebab, pengobatan, cara pengukuran gula
darah.
|
·
Memberikan
informasi yang jelas kepada pasien.
|
7. Jelaskan kepada pasien tentang
aktivitas atau olahraga pada pasien DM.
|
·
Latihan
dapat menurunkan kadar HbA 1c, meningkatkan sensivitas insulin, menurunkan
resiko penyakit jantung dan ,e,pertahankan berat badan.
|
8. Jelaskan tentang diet pasien DM.
|
·
Diet
dapat membantu menurunkan dan mengatur kadar glukosa darah.
|
9. Jelaskan tentang obat-obatan DM.
|
·
Dosis
obat dan resiko pemberian obat antidiabetes penting disampaikan kepada pasien
agar lebih kooperatif dalam perawatan dan gula darah dapat terkontrol.
|
10. Ajarkan kepada pasien cara
mengukur gula darah secara mandiri.
|
·
Pasien
DM harus dapat mengontrol gula darah secara mandiri sehingga dapat
mengantisipasi resiko komplikasi.
|
11. Ajarkan kepada pasien cara
penanggulangan resiko komplikasi seperti resiko terjadinya luka.
|
·
Pasien
terhindar dari resiko komplikasi.
|
12. Lakukan evaluasi tentang diet, latihan,
pemberian obat.
|
·
Mengetahui
kesehatan pasien terhadap program yang sudah di lakukan.
|
3.4
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah
pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil
yang efektif.Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya.Dengan demikian tujuan dari rencana yang
telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
3.5
Evaluasi
Evaluasi
adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor
kulit, normal.
2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai
laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Infeksi tidak terjadi.
4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah.
5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi,
efek prosedur dan proses pengobatan.
BAB
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Kasus
Ny. K berusia 56 tahun dirawat di Melati Rs. Islam Surabaya dengan keluhan masuk Nyeri seperti ditusuk-tusuk pada daerah kaki. Klien selain mempunyai DM juga mempunyai
Hipertensi. Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x sehari
dengan BAK 8-50x sehari selama sakit BAB 1x dengan konsistensi padat, BAK 6-8x
perhari. Sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktifitas normal.
Makan/minum, mandi tarleting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, berpindah.
Pada pemeriksaan didapatkan TD=160/80 mmhg, Nadi=84x/menit, RR=18x/menit, T=360C.
4.2 Pengertian
4.2.1 Identitas pasien
Nama : Ny. K
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status
perkawinan : Janda
Pendidikan : SMP/SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ketintang barat -
Surabaya
Tanggal masuk : 18 April 2015
No. Register : 6118182
Dx. Medis : Diabetes Mellitus
Identitas
penanggung jawab
Nama
: Tn. M
Umur
: 30 tahun
Jenis
kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Pegawai Negeri
Hubungan dengan
pasien : Anak
Tanggal
pengkajian : 20-4-2015 jam 10.00.
4.2.2 Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
pada daerah kaki.
2.
Riwayat penyakit sekarang
Klien
selain mempunyai DM juga mempunyai Hipertensi.
3.
Riwayat penyakit dahulu
Klien
mengatakan sudah mempunyai riwayat DM-nya 5 tahun yang lalu sudah berulang kali
di rawat di RS sebanyak 4x.
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga
pasien ada yang mempunyai penyakit keturunan DM, HT.
4.2.3 Pengkajian pola fungsional Gordon
1.
Pola persepsi kesehatan
Pasien
mengatakan kesehatan sangat penting, jika pasien sakit pasien selalu membeli
obat dan periksa ke dokter.
2.
Pola Nutrisi & metabolisme
Sebelum sakit
pasien makan 2-3x sehari, pasien minum 6-7 gelas. Selama sakit keluarga
mengatakan setiap kali makan habis ½ porsi. Pasien minum 3-5 gelas.
3.
Pola Eliminasi
Keluarga pasien
mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1x sehari dengan BAK 8-50x sehari selama
sakit BAB 1x dengan konsistensi padat, BAK 6-8x perhari.
4.
Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
pasien mengatakan dapat beraktifitas normal. Makan/minum, mandi tarleting,
berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, berpindah.
5.
Pola istirahat
Sebelum sakit
pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur siang selama 2 jam.
Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun tidur
siang hanya 1-2 jam.
6.
Pola persepsi dan kognitif
Pasien dapat
berkomunikasi dengan baik & lancar. Pasien mengatakan nyeri pada ke 2
kakinya pasien diskontinuitas jaringan.
Q : seperti
ditusuk-tusuk
R : ke 2
kakinya
S : skala 3
T : saat pasien
aktifitas
7.
Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien selama
dirawat di RS tidak dapat melakukan aktifitas, pasien tidak menyukai keadaannya
saat ini, pasien sebagai nenek bagi ke-3 cucunya. Pasien berharap dapat sembuh
dan dapat menjalankan aktifitasnya.
8.
Pola peran & hubungan
Pasien berperan
sebagai nenek dari ke-3 cucunya selama di RS selalu ditunggui cucu &
anaknya hubungan keluarga sangat baik.
9.
Pola seksualitas
Pasien berjenis
kelamin wanita / perempuan & sudah menikah mempunyai 6 anak.
10.
Pola koping dan toleransi terhadap stress terhadap penyakitnya
Apabila pasien
ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya / perawat.
11.
Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama
Islam. Pasien sering berdoa & bertawakal pada Tuhan YME.
4.2.4 Pemeriksaan Fisik
1.
RC
: Baik
2.
Kesadaran : Composmentis
3.
TIK TD : 160/80 mmHg
N
: 84 x/mnt
S : 365
0C
Rr
: 18 x/mnt
4. BB
dahulu : 43 kg
BB
sekarang : 38 kg
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Kepala : Bentuk mesochepalu warna Rambut hitam
keputihan, panjang
b.
Mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, pengelihatan jelas tidak menggunakan alat bantu
c.
Telinga: Simetris, bersih, tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran
d.
Hidung : Tidak ada perdarahan hidung, tidak ada
septum pelasiosi
e.
Muka: Mukosa mulus kering, bibir kering,
dehidrasi, tidak ada perdarahan pada rongga mulut
f.
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar teroid,
kekauan leher tidak ada
g.
Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk,
tidak ada sesak nafas
h.
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen,
tidak asites, tidak ada luka memar
i.
Ekstremitas : Tangan kanan terpasang infus, ke
2 kaki nyeri, berjalan dengan bantuan keluarga
j.
Genetalica: Bersih tidak ada kelainan
dibuktikan tidak terpasang kateter
4.2.5 Px. Penunjang Tgl 18-4.2-2007
1.
|
Hematologi
|
Hasil
|
Normal
|
Satuan
|
-
Hemoglobin
-
Leusosit
-
Trombosit
-
Hematokrit
-
Sosinosil
-
Basofil
-
N. Segmen
-
Limfosit
-
Damnosit
-
LED
-
Eritrosit
-
MCV
-
MCH
-
MCHO
|
10,9
10,400
384.000
32-6
3
1
70
20
6
-
3,55
92
31
33
|
12-16
4.000-11.000
150.000-450.000
35-55
0-5
0-2
36-66
22-40
2-8
0-15
4.00-6,20
80-100
26-34
31-35
|
G/dl
/mm3
/mm3
%
%
%
%
%
%
mm/jam
juta/mm3
um3
pg
g/dl
|
Kimia darah
19-4-2007
|
|||
-
GDS
-
Ureum
-
Creatinin
-
Uric Acid
-
Cholesterol
-
Trigliserid
|
383
21
0,6
2.0
148
85
|
80-150
10-50
0,6-1,13
3,4-7
133-200
30-150
|
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
|
Kimia darah
20-4-2007
|
|||
Gula darah puasa
Gula darah 2 jam PP
|
186
371
|
75-115
75-115
|
mg/dl
mg/dl
|
2. Diit DM 1700 kalori
3. Therapy
: Catapres 2-2,5 mg
Merislan 3-1
tab
Amoryz 1-1 tab
Primperan 3-3
tab
Ins RS 20 tts
4.3 Pengelompokkan Data
a. Data
Subjektif
-
Pasien mengeluh nyeri di kedua kakinya
-
Pasien mengatakan bahwa kencingnya banyak
-
Pasien mengatakan pandangan kabur
-
Pasien mengatakan lemas
-
Pasien mengatakan belum mengerti diit Dx DM
b. Data
Objektif
-
Peningkatan output urin, 8-10 sehari
-
Membran mukosa kering dan bibir kering, dehidrasi
-
Hiperglisemi GD I : 186 mg/dl, GD II : 371 mg/dl
-
Terpasang infus RL 20 + pm di tangan kanan
-
Pasien lemah
-
Diit 1700 kalori
-
Pasien sering menanyakan tentang diit DM
-
Ketika ditanya penatalaksanaan diit DM, pasien tidak mengerti
-
Ekspresi wajah tampah menahan nyeri
4.4 Analisa Data
a)
S : DS : PS mengatakan nyeri di kedua kakinya
DO : ekspresi wajah tampak menahan nyeri
E
: proses perapuhan tulang
P
: nyeri
b) S
: DS : pasien mengatakan bahwa kencingnya banyak
DO : peningkatan output urin 8-10 x/hari, membran mukosa kering, bibir kering,
dehidrasi
c) S
: DS : -
DO : GDI :186 mg/dl dan GD II 371 mg/dl
E
: hiperglikemia
P
: resiko tinggi infeksi
d) S
: DS : pasien mengatakan pandangan kabur
DO : GD I 186 mg/dl dan GD II 371 mg/dl
E
: ketidakseimbangan glukosa
P
: resiko tinggi perubahan persepsi sensori
e) S
: DS : -
DO : pasien merasa lemas, terpasang infus di tangan kanan, aktivitas pasien
dibantu
E
: penurunan produksi metabolisme
P
: kelemahan
f) S
: DS : pasien mengatakan belum mengerti tentang diit DM
DO : pasien tidak mengerti
E
: kurang pemahaman tentang diit DM
P
: kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diit DM
4.5 Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan proses perapuhan tulang
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin
4.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemia
5.
Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi
6.
Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa
7.
Kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diit DM berhubungan dengan
kurangnya pemahaman terhadap diit DM
4.6. Intervensi
Pada tanggal
20-04-2015
Hari/ tgl
|
No.Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Senin
20/4 /15
|
1.
|
Tujuan
: setelah dilakukan perawatan 2 x 24 jam nyeri berkurang
KH
: ekspresi wajah tenang, pasien tidakmengeluh nyeri lagi
|
-
Kaji tingkat nyeri pada pasien
-
Ajarkan teknik relaksasi
-
Ukur tanda-tanda vital
-
Kolaborasikan pemberian analgesik
-
Batasi aktivitas pasien
|
2.
|
Tujuan
: kebutuhan volume cairan terpenuhi setelah dilakukan perawatan 2 x 24 jam
KH
: output seimbang dengan intake membran mukosa
|
-
Kaji adanya riwayat muntah dan kencing banyak
-
Monitor nadi perifer, turgor kulit mukosa
-
Monitor intake dan output
|
|
lembab,
turgor kulit baik
|
-
Kolaborasikan pemberian cairan IV sesuai indikasi
|
||
3.
|
Tujuan
: infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
KH
: tanda-tanda tidak ada peradangan, suhu tubuh 36,5-37,50C
|
-
Observasi tanda-tanda infeksi
-
Anjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
-
Pelihara tindakan antiseptik dalam melakukan tindakan intensif misal
perawatan infus
-
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
|
4.7 Implementasi
Hari/ tgl
|
No. Dx
|
Implementasi
|
Respon
|
Paraf
|
Senin
20/4/15
10.00
12.45
|
1.
|
-
Mengukur tanda-tanda vital
T : 160/80 mmHg, S : 36,50C, N :
84 x/mnt, RR : 18 x/mnt
-
Mengajarkan teknik relaksasi
-
Nafas panjang untuk mengurangi rasa nyeri
-
Memberikan obat per oral
|
S
: pasien mengatakan senang
|
|
Selasa
21/4/15
10.30
|
-
Mengkaji TTV
T : 160/90
mmHg, S : 36,50C, N : 84 x/mnt, RR : 20 x/mnt
-
Mempertahankan teknik relaksasi nafas panjang
-
Mempertahankan posisi senyaman mungkin yaitu semi fowler
|
S
: pasien mengatakan sudah tidak lagi nyeri
Pasien jika nyeri bisa mengantisipasi
O
: ekspresi wajah tenang
|
||
Senin
20/4/15
10.30
|
2.
|
-
Mengganti cairan infus pada pasien th/RL 20 tpm
|
O
: pasien diam saja
|
|
Selasa
21/4/15
10.45
|
-
Mengkaji lagi adanya kencing yang banyak
-
Mempertahankan cairan yang sesuai indikasi RL 20 tpm
|
B
: pasien mengatakan bahwa hari ini 6x/hari
O
: obat masuk, cairan infus lancar
|
||
Senin
20/4/15
11.00
Selasa
21/4/15
|
3.
|
-
Melakukan tindakan perawatan infus dengan teknik aseptik dan antiseptik
-
Menganjurkan cuci tangan setiap habis melakukan perawatan
-
Membantu merubah posisi semi fowler
-
Mempertahankan therapy
|
O
: balutan bersih tidak terjadi infeksi
O
: pasien bila telah melakukan aktivitas selalu cuci tangan
O
: obat sudah masuk, tidak ada reaksi alergi
|
4.8 Evaluasi
Hari/
Tgl
|
No.
Dx
|
Implementasi
|
Paraf
|
Selasa
21/4/15
10.30
|
1.
|
S : pasien sudah tidak
mengeluh nyeri, pasien mengatakan bisa mengantisipasi rasa nyeri
O : ekspresi wajah tenang
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
|
|
2.
|
S : pasien mengatakan
kencing 6 x/hari
O : turgor kulit kurang,
pasien minum ± 8 gelas/hari
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
|
||
3.
|
S : -
O : tanda-tanda infeksi
tidak ada/terjadi, S : 36,50C, keadaan balutan infus kering dan
bersih
A : masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
|
BAB 5
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Sebagai suatu gangguan kesehatan,
diabetes memberikan beban besar sebagai masalah kesehatan dengan melihat bahwa:
1. Gejala-gejala DM sendiri cukup
banyak dan berat, masing-masing gangguan cukup member tantangan dalam
mengatasinya. Mengahadapi gangguan perasaan lapar saja, misalnya suatu bentuk
gangguan yang cukup berat dihadapi oleh setiap pasien, dimana keinginan untuk
menahan diri tidak makan.
2. DM merupakan penyakit yang mudah “kerja
sama” dengan penyakit lain. Jika DM melakukan kerjasama antar sesame kelompok
“high blood sugar” maka mereka dapat membentuk suatu “segitiga raja penyakit”.
3. Jika DM memasuki tahap komplikasi,
komplikasi DM dimasuki semua jalur sistem tubuh manusia.
Secara umum, DM merupakan beban
kesehatan masyarakat yang cukup berat mengingat bahwa:
1. Diabetes tidak bisa disembuhkan,
hanya bisa dikendalikan atau dicegat (diperlambat). DM akan merupakan bagian
keseharian seumur hidup seorang penderita.
2. Rentan terhadap komplikasi, keadaan
lanjut. Keadaan lanjut ini bisa menjadi karena pasien merasa tidak sakit,
sehingga melalaikan pengobatan dan perawatan. Selain itu tentu terlambat
mengunjungi dokter untuk melakukan diagnosis dan pengobatan.
3. Komplikasi DM berat dan dapat menyebabkan
kematian.
1.2
Saran
Mahasiswa sebaiknya mengetahui segala hal yang berkaitan dengan
diabetes mellitus seperti sejarah ditemukannya penyakit ini, hingga
perkembangannya sampai sekarang. Begitu pula dengan gejala, cara pencegahan dan
cara mengobatinya, penting diketahui mengingat diabetes adalah termasuk sepuluh
besar penyakit yang menyebabkan kematian. Sehingga mahasiswa diharapkan mampu
menyampaikannya kepada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA.MediAction
Publishing.Edisi Revisi Jilid 1. 2013.
Dalimartha S. RAMUAN TRADISIONAL UNTUK PENGOBATAN
DIABETES MELLITUS. Penebar Swadaya. 2006.