BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular
seksual (PMS) yang banyak terjadi pada laki-laki yang sering berganti - ganti
pasangan. Sifilis atau yang disebut dengan ‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis
bakteri yang bernama Treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili
spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangatkecil dan dapat hidup hampir di
seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu
orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin)
maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang
ibu kepada bayinya selama masa kehamilan namun tidak dapat ditularkan melalui
handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.
Peningkatan
insidens sifilis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan demografik,
fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan
pendidikan seksual kurang tersebar luas, kontrol sifilis belum dapat berjalan
baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku (Daili, 2003). Insiden sifilis
telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus pada tahun
1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis
primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466
kasus dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and Prevention.Sebagian
besar dari peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria yang
berhubungan seks dengan pria lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada
wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang dilaporkan di selatan Amerika
Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi penurunan selama
sepuluh tahun terakhir. Di Indonesia kasus sifilis pada kelompok resiko tinggi
cenderung mengalami peningkatan 10% sedangkan kelompok resiko rendah meningkat
2% sifilis juga merupakan faktor terjadinya infeksi HIV, sehingga peningkatan
kasus sifilis dapat memungkinkan terjadinya peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS
(Farida, 2002).
Sifilis
dan HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme. Namun
ternyata dalam penyebarannya sangat dipengaruhi oleh pola perilaku. Jadi bisa
dikatakan bahwa sifilis dan HIV/AIDS juga merupakan penyakit perilaku (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2002). Menurut Soekidjo (2003) model Perilaku Kesehatan
berdasarkan Lawrence Green (1980), menyatakan bahwa kesehatan itu dipengaruhi
oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor
perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: 1) faktor
presdisposisi (predisposing factors), 2) faktor pendukung (enabling factors),
3) faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya sifilis cukup banyak.
Namun pada abad modern seperti
sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis sehingga penderita sifilis dapat
berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama penderita melakukan
kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak dapat
dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis
mencoba memberikan pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai dari
definisi, tanda terkena penyakit sifilis (gejala), diagnosis, dan khususnya
cara penularannya yaitu dengan kontak langsung.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pengertian Sifilis?
2.
Bagaimana Epidemologi Sifilis?
3.
Bagaimana Etiologi
Sifilis?
4.
Bagaimana Patofisiologi Sifilis?
5.
Bagaimana Faktor predisposisi Sifilis?
6.
Bagaimana Klasifikasi Sifilis?
7.
Bagaimana Gejala Klinis?
8.
Bagaimana Pemeriksaan Penunjang?
9.
Bagaimana Penatalaksanaan Sifilis?
10.
Bagaimana Program diet pada Sifilis?
11.
Bagaimana Komplikasi Sifilis?
12.
Bagaimana Penatalaksanaan Sifilis?
13.
Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan Sifilis.
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan umum penulisan
Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan Sifilis.
2.
Tujuan khusus penulisan
1.
Memahami Pengertian Sifilis?
2.
Memahami Epidemologi Sifilis?
3.
Memahami
Etiologi Sifilis?
4.
Memahami Patofisiologi Sifilis?
5.
Memahami Faktor predisposisi Sifilis?
6.
Memahami Klasifikasi Sifilis?
7.
Memahami Gejala Klinis?
8.
Memahami Pemeriksaan Penunjang?
9.
Memahami Penatalaksanaan Sifilis?
10.
Memahami Program diet pada Sifilis?
11.
Memahami Komplikasi Sifilis?
12.
Memahami Penatalaksanaan Sifilis?
13.
Memahami Asuhan keperawatan pada pasien dengan Sifilis.
1.4 Manfaat
1.
Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sifilis.
2.
Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sifilis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut
ditularkan melalui hubungan seksual,penyakit ini bersifat laten atau dapat
kambuh lagi sewaktu waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit
ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat
menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput
lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi
janin.(Soedarto,1990).
Sifilis adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit
menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. penyakit
ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh
dapat menyerupai banyak penyakit. Mempunyai masa laten dan dapat ditularkan
dari ibu ke janin.
2.2 Epidemologi
Asal penyakit sifilis ini tidak jelas.Sebelum tahun 1492 belum
dieknal di Eropa.Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli.Pada abad ke-18 baru
diketahui bahwa penularan sifilis melalui hubungan seksual.Pada abad ke-15
terjadi wabah di eropa.Sesudah tahun 1860,morbilitas sifilis menurun
cepat.Selama perang dunia II,kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada
tahun 1946,kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di indonesia
adalah 0,61%.Penderita yang terbanyak adalah laten,disusul sifilis stadium 1
yang jarang,dan yang langkah ialah sifilis stadum II.
2.3 Etiologi
Etiologi dari penyakit sifilis, antara lain: Penyebab sifilis
ditemukan oleh SCHAUDINN dan HOFMAN ialah
Treponema palidum yang termasuk
ordo, Spirochaetaceae dan genus
Treponema bentuknya spiral panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri
atas 8-24 lekukan. Geraknya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti
gerakan pembuka botol membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif
terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar
badan. Diluar badan kuman tersebut mudah mati sedangkan dalam darah untuk
transfusi dapat hidup sampai 72 jam.
2.4 Patofisiologi
Bakteri Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh manusia
mengalami kontak, organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau
suatu lesi kulit dalam beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah
dengan memberikan manifestasi infeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP
merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari
30% dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak
diobati, penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga
dapat mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan
sumsun tulang belakang mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri
parenchymatos neurosifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi
dari sifilis menunjukkan tanda-tanda endotelialarteritis. Endotelialarteritis
disebabkan oleh peningkatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh
dengan jaringan parut.
2.5 Faktor Predisposisi
a.
Hubungan
seksual yang bebas ( Genitogenital,Orogenital maupun Anogenital )
b.
Sering berganti
pasangan
c.
Melakukan
hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepi yang aman.
d.
Melakukan
hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis
e.
Janin yang
orang tuanya menderita sifilis.
f.
Kurangnya
kebersihan diri.
g.
Virulensi kuman
yang tinggi.
h.
Kontak langsung
dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus,antara lain:
a.
Sifilis Stadium
1 : Terjadi efek primer berupa papul,tidak nyeri(indolen).Sekitar 3 minggu
kemudian terjadi penjalaranke kelenjar ingunial medial.Timbul lesi pada lesi pada alat kelamin,ekstragenital seperti
bibir,lidah,tonsil,puting susu,jari dan anus,misalnya pada penularan
ekstrakoital.
b.
Sifilis Stadium
II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala,subfebris,anoreksia,nyeri pada
tulang ,leher,timbul macula,papula,pustul,dan rupia.Kelainan selaput lendir dan
limfadenitis yang generalisata.
c.
Sifilis Stadium
III : Terjadi guma setelah 3-7 tahun setelah infeksi.Guma dapat timbul pada
semua jaringan dan organ,membentuk nekrosis sentral juga ditemukan di organ
dalam,yaitu lambung,paru-paru ,dll. Nodus di bawah kulit 9dapat berskuma).tidak
nyeri.
d.
Sifilis
Kongenital :
1)
Sifilis
Kongenital Dini: Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi
dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret
hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen.
2)
Sifilis
Koegenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia7-9 tahun dengan
adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi hutchinson, paresis,
perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
3)
Sifilis Stigma
: Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi Hutchinson, gigi
molar pertama berbentuk murbai dan penonjoan tulang frontal kepala (frontal
bossing)
e.
Sifilis
Kardiovaskular : Umumnya bermanifestasi selama 10-20 tahun setelah infeksi. Biasanya
disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh
insufisiensi aorta atau ancureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal.
f.
neurosifilis:
1)
neurosifilis
asimtomatik: pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan
saraf pusat, pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel,
protein total dan tes serologis reaktif.
2)
nerosifilis
meningovaskuler: adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni kerusakan
pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia, pemeriksaan sumsum tulang
belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
3)
neurosifilis
parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis: gejala dan tanda
paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan parekimatosa,
gejala tabes dorsalis, yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan
kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.
2.7 Gejala Klinis
a.
sifilis primer: berlangsung
selama 10-90 hari sesudah infeksi ditandai oleh chanere sifilis dan adenitis
regional, papula tidak nyeri tidak tampak pada tempat sesudah masuknya
treponema pallidum, papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri
pada tepi menonjol yang disebut chancre, infeksinya sebagai lesi primer akan
terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras dan terutama
terdapat didaerah genetalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yan
tidak nyeri, chancre biasanya genitalia berisi treponema pallidum yang hidup
dan sangat menular, chencre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat
masuknya sifilis primer, chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalm
4-6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringann parut, penderita yang tidak
diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
b.
sifilis sekunder: terjadi
sifilis sekunder, 2-10 minggu setelah chancre sembuh, mafestasi sifilis
sekunder terkait dengan spikoreketa dan meliputi ruam, mukola papuler non
pruritus, yang dapat terjadidiseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan
telapak kaki:lesi postuler juga dapat berkembang pada daerah lembab dan sekitar
anus vagina, terjadi ondilomata lata (pla seperi veruka, abu-abu putih sampai
eritomatosa), dan palk putih disebut (mukous
patkes) dapat ditemukan membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis
sekunder adalah seperti flu seperti demam ringan nyeri kepala, malaise,
anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan atralgia
serta limfadenofati menyeluruh sering ada, manifestasi ginjal, hati, dan
matadapat juga ditemukan, meningitis terjadi 30% penderita, sifilis sekunder di
manifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrosipinal
(CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukan gejala neurologis sifilis laten.
c.
relapsing sifilis: kekambuhan
penyakit sifilis terjadi pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya, pada
waktu terjadi kekambuhan gejala-gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin
juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis
Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif, gejala yang timbul kembali sama
dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder, relapsing sifilis yang ada
terdiri dari:
a)
sifilis laten: fase tenang
yang terdapat antara hilangnya gejala klinis sifilis sekunder dan tersier, ini
berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal), tidak terjadi
kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin
bergejala, sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun petama
sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut,
sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS
positif.
b)
sifilis tersier:
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun-tahun sejak sesudah gejala sekunder
menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi
penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa,
pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma
selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi
aneurisme aorta, insufiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf
pusat (neurosifilis).
c)
Sifilis kongenital : Sifilis
kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis
kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan
tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan anak lahir mati, infantille
congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan
sesudah dewasa. Pada infantil konginetal sifilis bayi mempunyai lesi-lesi
mukokutan. Kondiluma, pelunakan tulang-tulang panjang, paralisis dan rinitis
yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau
dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat
misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan
syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan
gigi, saddel-nose, saber shin (tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan
kadang-kadang gigi Hutehinson dapat
dijumpai. Prognosissifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi
kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa
disembuhkan. (Soedarto, 1990).
2.8 Pemeriksaan Fisik
1.
Pemeriksaan
fisik: keadaan umum, kesadaran, status gizi, TB, Bb, suhu, TD, nadi, respirasi
2.
Pemeriksaan
sistematik: kepala (mata, hidung, telinga, gigi, dan mulut), leher (terdapat
perbesaran tyroid atau tidak) tengkuk, dada, (inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi) genitalia, ekstermitas atas dan bawah.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemerikrsaan
klinik, serologi atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap
(darkfield microscope). Pada kasus tidak bergejala dianosis di dasarkan pada
uji serologis treponema dan non protonema, uji protonema seperti Veneral desease Research Laboratory
(VDRL). Untuk mengetahui anti bodi dalam tubuh terhadap masuknya treponema
pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cebderung berkolerasi dengan aktifitas
penyakitsehingga sangat membantu dalam skrening, titer naik bila penyakit aktif
(gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup.kelainan
sifilis primer yaitu chanere harus dibedakan dari berbagai penyakit yang
ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale,
limgranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan (kanker).
a.
Pemeriksaan
laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah rutin).
1.
Pemeriksaan T
palidum
Cara
pemeriksaan adalah: mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
pergerakannya dengan microscope lapangan gelap. Pemeriksaan dilakiukan 3 hari
berturut-turut jikapada hasil pada hari 1 dan 2 negatif sementara itu lesi
dikompres dengan larutan garam saal bila negatif bukan selalu berarti
diagnosisnya bukan sifilis.mungkin kumannya terlalu sedikit.
2.
Pemeriksaan TTS
TSS
atau serologic test for sifilis, TTS dibagi menjadi 2:
a.
Test non
treponemal: pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolopin
yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol,karena itu test ini dapat
memberi reaksi biologik semu(RBS) atau biologic fase positif(BFP).
Contoh
test non treponemal:
1.
Test fiksasi
komplemin: wasseman(WR)kolmer
2.
Test flokulasi:
VDRL (venera; desease research laboratories) kahn ,RPR(Rapid Plasma Reagin)
b.
Tes treponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau
ekstratnya an dapat digolongkan menjadi 4 kelompok:
1.
Tes
immobilisasi: TPI (Treponemal pallidum immobization test)
2.
Test fiksasi
komplement: RPCF(reiter Protein komplement fixation test)
3.
Test
imunofluoresen: FTA-Abs(Fluoreent treponemal anti body test)
4.
Test
hemoglutisasi: TPHA(Treponemal pallidum Haemoglutination)
b.
Pemeriksaan
yang lain.
Sinar
rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang terdapat pada
sifilis kongenital.juga pada sifilis kardiovaskuler,misalnya untuk melihat
aneorisma aorta, pada neorosifilis,test koloida mas sudah tidak dipakai lagi
karena tidak khas,pemriksaan jumlah sel dan proteiin total pada likuor
serebossifinalis hanya menunjukkan adanya tanda inflamasi pada susunan saraf
pusat yang tidak selalu berarti terdapat neosifilis. Harga normal adalah 0-3
sel/mm3,jika linfosit melibihi 5/mm3 berarti ada perdangan.
1.
Histopatolgi
Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel
endotelterutama terdiri atas infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel
linfoid dan sel-sel plasma
2.
Imunolgi
Pada
percobaan kelinci yang disuntik dengan T.pallidium secara intradermal,yang
sebelumnya telah diberi serum penderita sifilis menunjukkan ada antibody.
2.10
Penatalaksanaan
a.
penatalaksanaan
medis : penderita sifilis diberi
antibiotik penisilin (paling efektif), bagi yang alergi penisilin diberikan
tetrasiklin 4x500 ml/hr, atau eritomisin 4x500 mg/hr, atau doksisiklin 2x100
mg/hr. Lama pengobatan selama 15 hari pagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium
laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin
memiliki tingkat absorpsi lebih baik dari tertrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan
tetrasiklin hanya 60-80%.
1.
sifilis primer
dan sekunder
a. penilaian pensatin G
dosis 4,8juta unit IM (2,4juta unit /kali) dan diberikan 1x seminggu
b. penisilin prokain dalam
aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari
c. penisilin prokain + 2%
alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4juta unit/kali sebanyak
2 kali seminggu
2.
sifilis laten
a.
penisilin
pensatin G dosis total 7,2 juta unit
b.
penisilin G
prokain dalam aqua dengan dosis total 12juta unit (600.000 sehari).
c.
penisilin
prokain +2% alumunium monostearat,dosis total 7,2 juta unit(diberikan 1,2 juta
unit/kali,dua kali seminggu).
3.
sifilis III
a)
a)penisilin
benzatin G dosis total 9,6 juta unit
b)
b)penisilin G
prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)
c)
penisiln
prokain = 2 % alumunium monosterat,dosis total 9,6 juta unit(diberikan 1,2 juta
unit/kali, dua kali semingu).
4.
untuk pasien
sifilis I dan II yang elergi terhadap penisilin,dapat diberikan:
a.
tatrasiklin 500
mg/oral,4x sehari selama 15 hari
b.
eritromisin 500/
oral, 4x sehari selama 15 hari.
5.
untuk pasien
sifilis laten lanjut (>1 thn) yang elergi terhadap penisilin, dapat
diberikan:
a.
tatrasiklin 500
mg/oral,4x sehari selama 30hari
b.
eritromisin
500/ oral, 4x sehari selama 30 hari.
“obat ini tidak
boleh diberikan kepada wanita hamil, menyesuai, dan anak–anak.
b.
Penatalaksanaan
keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal – hal
sebagai berikut:
1)
Bahaya PMS dan
komplikain
2)
Pentingnya
mamatuhi pengobatan yang diberikan
3)
Cara penularan
PMS dan penobatan untuk pasangan seks tetapnya
4)
Hindari
hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari lagi
5)
Pentingnya
personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6)
Cara –cara
mnghindari PMS di masa mendatang.
2.11
Program Diet
1)
kebutuhan zat
gizi di tambah 10-25% dari kebutuhan minimum
2)
2)Ps diberikan
porsi makanan kecil tetapi serin.
3)
3)konsumsi
protein brkualitas tinggi dan mudah di cerna.
4)
4)sayuran dan
buah-buah jus.
5)
5)susu endah
lemak dansudah dipasteurisasi setiap hari(susu sapinatau kedelai).
6)
6)hindari
makanan di awetkan atau beragi.
7)
makanan bebas
dari pastisida atau zat kimia.
8)
Rendah serat,
makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan.
9)
Rendah laktosa
dan lemak jika pasien diare.
10)
Hindari rokok,
kafein dan alcohol.
2.12
Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh
tubuh.sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat
menyebabkan gangguan selama hamil. pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan
di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
a.
Benjolan kecil
atau tumor: atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini
dilakukan pengobata, gummas biasanya menyebabkan beberapa.
b.
Masalah
Neurologi: Pada stadium laten sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada
nervous system seperti:
1)
Stroke
2)
Infeksi dan
inflamasi membran dan cairan dan sekitar otak dan spinl cord(meningitis)
3)
Koordinasi otot
yang buruk
4)
Nambnes( mati
rasa)
5)
Paralysis
6)
Deafness or
visual problems
7)
Personality
changes
8)
Demintia
c.
masalah
kardiovaskular: ini semua dapat meliputi bulging (anecurysm) dan inflamasi
aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga apat menyebabkan
valvular heart desease. Seperti aortic valve stenosis.
d.
Infeksi HIV
Orang
dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya
mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV.
Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah
untuk masuk HIV ke aliran darah selama aktivitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
a.
Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji
antara lain nama pasien, alamat pasien, umur
pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai dewasa,
tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari
pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan
persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
3.1.2
Riwayat
Kesehatan
a.
Keluhan Utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian). Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak
atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
b. Riwayat
penyakit Sekarang
(riwayat
penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).
Apakah ada
gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau
asam. Apakah nyeri saat BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri
perut bagian bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan
seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi,
kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil)
c. Riwayat
penyakit keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama
diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik
bersifat genetis maupun tidak).
Apakah ada anggota keluarga yang
juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif
lainnya
d. Riwayat
penyakit dahulu
(riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). Apakah klien ada riwayat
terkena penyakit menular seksual.
Faktor resiko (pasien sendiri bukan
pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam satu bulan terakhir,
hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau
lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kulit :
biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
b. Kepala dan Leher
1) Kepala : Biasanya terdapat nyeri
kepala
2) Mata : Pada sifilis kongenital
terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
3) Hidung : Pada stadium III dapat
merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.
4) Telinga : Pada sifilis kengenital dapat
menyebabkan ketulian.
5) Mulut : Pada sifilis kongenital,
gigi Hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri bentuknya seperti obeng).
6) Leher : Pada stadium II biasanya
terdapat nyeri leher.
c.
Sistem Pernafasan : kelelahan terus menerus, kaku kuduk, malaise. Tanda (kelemahan,
perubahan tanda-tanda vital)
d. Sistem kardiovaskuler : Kemungkinan
adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik sebelumnya.
e. Sistem penceranaan : Biasanya
terjadi anorexia pada stadium II.
f. Sistem musculoskeletal : Pada neurosifilis
terjadi athaxia.
g. Sistem Neurologis : Biasanya terjadi
parathesia.
h. Sistem perkemihan : penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluat nanah.
Tanda : kencing bercampur nanah, nyeri pada saat kencing.
i.
Sistem
Reproduksi : Biasanya terjadi impotensi.
3.1.4
Pengkajian
11 Fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan manajemen
kesehatan
a. Tanyakan pada klien bagaimana
pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi
klien?
b. Kaji apakah klien merokok atau minum
alkohol?
c. Apakah klien mengetahui tanda dan
gejala penyakitnya?
2. Pola nutrisi metabolik
a. Tanyakan kepada klien bagaimana pola
makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit?
b. Apakah ada perubahan pola makan
klien?
c. Kaji apa makanan kesukaan klien?
d. Kaji riwayat alergi makanan maupun
obat-obatan tertentu.
e. Biasanya klien mengalami gejala:
anoreksia, nausea
f. Tanda: vomiting
3. Pola eliminasi
a. Kaji bagaimana pola miksi dan
defekasi klien apakah mengalami gangguan?
b. Kaji apakah klien menggunakan alat
bantu untuk eliminasi nya?
c. Apakah klien
merasakan nyeri saat BAK dan BAB?
d. Apakah penyakit
ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan BAB?
e. Biasanya klien mengalami gejala:
penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluar Nanah.
f. Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri
pada saat kencing.
4. Pola aktivas latihan
a. Kaji bagaimana klien melakukan
aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi pembedahan, apakah klien dapat
melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?
b. Apakah aktivitas terganggu karena
penyakit yang dihadapinya?
c. Biasanya klien mengalami gejala:
kelelahan terus- menerus, kaku kuduk, malaise.
d. Tanda: kelemahan, perubahan tanda-
tanda vital (tekanan darah kadang-kadang naik)
5. Pola istirahat tidur
a. Kaji perubahan pola tidur klien,
berapa lama klien tidur dalam sehari?
b. Apakah klien mengalami gangguan
dalam tidur, seperti nyeri ?
6. Pola kognitif persepsi
a. Kaji tingkat kesadaran klien, apakah
klien mengalami gangguan pada panca indra?
b. Bagaimana kemampuan berkomunikasi,
memahami serta berinteraksi klien terhadap orang lain?
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
a. Kaji bagaimana klien memandang
dirinya dengan penyakit yang dideritanya apakah klien merasa rendah diri ?
b. Apakah sering merasa marah, cemas,
takut, depresi, karena penyakit yang dideritanya?
c. Apakah klien merasa kurang percaya
diri karena penyakitnya?
8. Pola peran hubungan
a. Kaji bagaimana peran fungsi klien
dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan
sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
b. Biasanya klien akan kurang
percaya diri bergaul dengan masyarakat
9. Pola reproduksi dan seksualitas
a. Kaji apakah ada masalah hubungan
dengan pasangan?
b. Apakah ada perubahan kepuasan pada
seksualitas klien
c. Kaji pasien, apakah saat berhubungan
memakai alat pelindung?
d. Apakah klien mengganti-ganti
pasangannya?
e. Biasanya pada pemeriksaan alat
kelamin bagian luar ditemukan:
1) Ulkus genital: sakit bila disentuh,
tepi luka jelas atau tepi mengantong
Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka kelenjar lipat paha
Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka kelenjar lipat paha
2) Kutil Genital: vulva vagina, anus.
3) Keputihan tidak biasa jumlah banyak
atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada
daging atau kutil pada alat kelamin
10. Pola koping dan toleransi stress
a. Kaji apa yang biasa dilakukan klien
saat ada masalah?
b. Apakah klien menggunakan obat-obatan
untuk menghilangkan stres?
c. Biasanya klien akan mengalami stres
dan depresi karena penyakitnya, takut tidak diterima dalam masyarakat.
11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Kaji bagaimana pengaruh agama
terhadap klien menghadapi penyakitnya?
b. Apakah ada pantangan agama dalam
proses penyembuhan klien?Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien
menghadapi pembedahan?
1.
Nyeri akut b.d
kerusakan jaringan sekunder.
2.
Hipertermi b.d
respon sistemik ulkus mole
3.
Gangguan integritas
jaringan kulit b.d adanya ulkus pada genitalia.
4.
Resiko tinggi
infeksi b.d ulkus merah pada penis dan anus serta demam subfebris
5.
Kurang
pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan infeksi
berulang.
3.3 Intervensi Keperawatan
No
Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 8 jam diharapkan nyeri berkurang/hilang,
dengan kriteria hasil :
1.
Pasien tidak
mengeluh nyeri
2.
Skala nyeri
0-1 (0-4)
3.
Pasien tidak
gelisah
|
1. Kaji tanda-tanda vital; (TD, N, RR)
2. Kaji keluhan, lokasi, intensitas, frekuensi
dan waktu terjadinya nyeri (PQRST)
3. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak
aktif dan pasif
4. Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri
5.
Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage,
6.
Jelaskan dan
bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive
|
1. Tanda-tanda vital dapat menunjukkan tingkat
perkembangan pasien
2. mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi
dan tanda-tanda perkembangan atau resolusi komplikasi
3. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri
4. Pernyataan memungkingkan pengungkapan emosi
dan dapat meningkatkan mekanisme koping
5. Memfokuskan kembali perhatian rasa control
yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis
6. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurai nyeri.
|
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 12 jam, diharapkan suhu tubuh rentang
normal, dengan kriteria hasil :
1.Suhu
tubuh normal (36-37 C)
2.Kulit
tidak panas, tidak kemerahan.
3.Turgor
kulit elastic
4.Mukosa
bibir lembab
|
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola)
2. Berikan kompres hangat
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000
cc/hari.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang tipis dan mudah menyerap keringat
5. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena
dan antipretik
|
1. Suhu 38,9-41 derajat C menunjukkan proses
infeksius
2. Membantu mengurangi demam
3. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi
4. Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh
5. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang tinggi. Antipiretik untuk menurunkan panas tubuh
pasien.
|
|
Setlah
dilakukan asuhan keperawatan 1-2 minggu, diharapkan integritas kulit membaik
secara optimal, dengan kriteria hasi :
1.
Pertumbuhan
jaringan meningkat
2.
Keadaan luka
membaik
3.
Luka menutup
4.
Mencapai
penyembuhan luka tepat waktu
|
1. Kaji kerusakan kulit yang terjadi pada klien
2. Catat ukuran atau warna, kedalam luka dan
kondisi sekitar luka.
3. Lakukan perawatan luka dengan Teknik steril
4. Bersihkan area perianal dengan
membersihkan feses menggunakan air.
5. Tingkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan pasien untuk menjaga
kebersihan kulit dengan cara mandi sehari 2 kali
8.
Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotika topical
|
1. Menjadi data dasar untuk memberikan
informasi intervensi perawatan luka, alkat apa yang akan dipakai dan jenis
larutan apa yang akan digunakan.
2. Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan
dan petunjuk tentang sirkulasi
3. Perawtan luka dengan teknik steril dapat Mengurangi
kontaminasi kuman langsung ke area luka.
4. Mencegah meserasi dan menjaga
perianal tetap kering
5.
Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan
jaringan
6. Menjaga kebersihan kulit dan
mencegah komplikasi
8.
Mencegah atau mengontrol infeksi
|
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan infeksi berkurang
atau hilang teratasi, dengan kriteria hasil :
1.
Tidak ada
tanda-tanda infeksi
2.
Tidak ada
drainase purulent
3.
Suhu tubuh
normal
|
1.
Kaji TTV
terutama suhu.
2.
Kaji adanya
tanda-tanda infeksi
3.
Observasi
daerah kulit yang mengalami kerusakan,cacat karekteristik drainase dan adanya
inflamasi.
4.
Berikan
perawatan dengan teknik antiseptic dan aseptic, pertahankan cuci tangan yang
efektif.
5.
Kolaborasi
dalam pemberian antibiotic.
|
1.
Suhu
meningkat menunjukan terjadinya infeksi
2.
Untuk
mengetahui terjadinya infeksi sehingga dapat di tangani
3.
Deteksi dini pengembangan
infeksi memungkinkan melakukan tindakan pencegahan komplikasi.
4.
Cuci tangan
merupakan cara pertama untuk menghindari infeksi nosocomial
5.
Dapat
mencegah penyebaran/melindungi ps dari proses infeksi lain.
|
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selam 1x24 jam/menit, diharapkan terpenuhinya
pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit, dengan kriteria hasil :
1.
Mengungkapkan pengertian tentang
proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan penularan.
2.
Mengenal perubahan gaya
hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya penularan
|
1.
Beritahukan pasien/orang terdekat
mengenai dosis, aturan, dan efek pengobatan, pembatasan aaktivitas seksual
yang dapat dilakukan.
2.
Jelaskan tentang cara menurunkan
penularan dari penyakit sifilis
3.
Jelaskan tentang pentingnya
pengobatan antibiotik.
4.
Meningkatkan cara hidup sehat
seperti intake makanan yang baik, keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, serta monitor status kesehatan dan adanya infeksi.
5.
Beritahu pasien bahwa mereka
dapat menulari orang lain.
6.
Identifikasi sumber-sumber
pendungkung yang memungkinkan untuk mempertahankan perawatan dirumah yang
dibutuhkan.
|
1.
Informasi dibutuhkan untuk
meningkatkan perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan
dan mencegah penularan. Pasien harus sangat disarankan untuk menghindari
kontak seksual sementara sampai ulkus sudah kering karena mereka sangat
menular dan menyebabkan wabah masyarakat.
2.
Sifilis adalah penyakit menular.
Pada beberapa fasilitas perawatan kesehatan harus dapat meyakinkan bahwa
semua pasien yang didiagnosis dilaporkan pada depertemen lokal atau Negara
untuk meyakinkan adanya tindak lanjut. Departemen kesehatan masyarakat
bertangung jawab untuk mewawancarai pasien untuk menentukan kontak seksual, maka
kontak seksual dapat di catat dan
dapat dilakukan penyaringan. Lesi sifilis primer dan sekunder sangat menular.
Sarung tangan digunakan saat melakukan kontak langsung dengan lesi dan tangan
harus dicuci setelah sarung tangan dilepas. Isolasi pada ruangan khsusus
tidak diperlukan.
3. Pemberian
antibiotic dirumah dibutuhkan untuk mengurangi invasi bakteri pada kulit.
4. Menigkatkan
sistem imun dan pertahanan terhadap infeksi.
5. Dengan
mengetahui kondisi ini, maka perlu diperhatikan tindakan higenis rutin seperti
pemakaian alat pribadi.
6. Keterbatasan
aktivitas dapat menganggu kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
|
3.4 Implementasi
Keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi yang ada.
3.4 Evaluasi
keperawatan
Evaluasi yang diharapkan setelah mendapat
intervensi keperawatan, meliputi:
1. Menurunkan
keluhan nyeri.
2. Terjadi
peningkatan intergitas jaringan kulit.
3. Suhu
tubuh dalam rentang normal.
4. Terpenuhinya
informasi pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi.
5. Pasien
tidak mengelami komplikasi ke organ genetalia lain.
6. Terpenuhinya
kepatuhan pasien terhadap program terapi.
7. Terjadinya
peningkatan gambaran diri.
8. Terjadi
penurunan kecemasan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit
tersebut ditularkan melalui hubungan seksual,penyakit ini bersifat laten atau
dapat kambuh lagi sewaktu waktu selain itu bisa bersifat akut dan
kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak
dini.Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan
menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat
menginfeksi janin.(Soedarto,1990)
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum.Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. penyakit ini sangat kronik,bersifat sistemik dan
menyerang hampir semua alat tubuh dapat menyerupai banyak penyakit.mempunyai
masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemerikrsaan
klinik, serologi atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap
(darkfield microscope). Pada kasus tidak bergejala dianosis di dasarkan pada
uji serologis treponema dan non protonema, uji protonema seperti Veneral desease Research Laboratory
(VDRL). Untuk mengetahui anti bodi dalam tubuh terhadap masuknya treponema
pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cebderung berkolerasi dengan aktifitas
penyakitsehingga sangat membantu dalam skrening, titer naik bila penyakit aktif
(gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup.kelainan
sifilis primer yaitu chanere harus dibedakan dari berbagai penyakit yang
ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale,
limgranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan (kanker).
5.2 Saran
1.
Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien
tentang penyakitnya untuk mencegah penularan dan mempercepat penyembuhan.
2.
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada
pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya
komplikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Muttaqin,
Arif & Sari, Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Salemba Medika. Jakarta.
Reportasee.com | Portal Berita Dalam dan Luar Negeri Menyuguhkan Informasi Seputar Berita Internasional, Nasional, Regional, Lokal, Peristiwa, Hukum, Kriminal, Ekonomi, Politik, Pemerintahan, Sosial, Budaya, Pendidikan, Wisata, Kuliner dan Hiburan.
BalasHapusWasir atau Ambeien yang Perlu Anda Tahu | Gejala wasir dapat berbeda pada sebagian orang seperti halnya menyerupai kondisi masalah medis yang lain, selalu di anjurkan bagi Anda untuk berkonsultasi pada dokter.
Sifilis atau Raja Singa yang Perlu Anda Tahu | Sifilis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak sehat.
Website Resmi De-nature.co.id Distributor Agen Penjual Produk Obat Herbal De Nature Indonesia Asli CV. DE NATURE INDONESIA Kabupaten Cilacap Pimpinan Bpk. Awan Ukaya Herbal CV. De Nature Indonesia Asli
___ ____???????
___??????????
___?????????????
___????????????
__?????????????
_?????????????
_?????????????
_??CLICK HERE????
??????????????????????
???????? CLICK HERE ??????
??????????????????????????
_??????__????????????????
___????____?????????????
___????_____??????????
___????_____??????????
____????____??????????
_____???____?????????
______???__??????????
_______??????????????
________??????????????
_______???????????????????
_______????? CLICK HERE ??????
_______?????????????????????????
_______???????????????????????????
________??????????____?????????????
_________????????_______???????????
_________????????_____???????????
_________???????____??????????
_________???????_??????????
________???????????????
________????????????
________??????????
_______?????????
_______??????
______??????
______??????
______??????
______?????
______?????
_______????
_______????
_______????
______??????
_____????????
_______|_?????
_______|__??????
Reply Delete