SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN PENYAKIT KUSTA

Topik : Pencegahan Penyakit Kusta
Sasaran :
Komunitas
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Juni 2015
Tempat : Aula Puskesmas
Waktu / Jam : 20 Menit / 09.00 – Selesai.

I. TUJUAN
1. TIU (Tujuan Intruksional Umum) :
Setelah mengikuti penyuluhan
kesehatan selama 20 menit,
peserta mampu mengerti tentang penyakit
Kusta dan memahami cara pencegahan penyakit kusta.
2. TIK
(Tujuan Intruksional Khusus)
a. Menjelaskan tentang penyakit Kusta
b. Menjelaskan penyebab Kusta
c. Menjelaskan tanda dan gejala Kusta
d. Menjelaskan tentang pencegahan Kusta
II. MEDIA
1.
Leaflet
2.
Power point
III. METODA
1.
Ceramah
2.
Tanya Jawab
IV.
ORGANISASI KELOMPOK
1.
Penyaji : Mariatul Qibtia, Z. Said
2.
Fasilitator
I : Musdzalifah
3.
Fasilitator
II : Mulyatati
4.
Fasilitator
III : Habib Adi. S
5.
Fasilitator IV : Nafira Fitriani Bahta
6.
Observer I : Ikmal Riyandi
7.
Notulen : Katharina Beku
8.
Moderator : Husnulafifa Rumatiga
9.
Operator : Fendi. S
V. LANGKAH KEGIATAN
No.
|
Tahapan
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1.
|
Pembukaan
|
5 menit
|
1.
Moderator menyampaikan salam.
2.
Moderator
memperkenalkan nama anggotanya
3.
Moderator menyampaikan tujuan dalam kegiatan.
|
2.
|
Penyampaian materi
(isi)
|
10 menit
|
Penyaji menyampaikan
materi :
1. Menjelaskan tentang pengertian Kusta.
2. Menjelaskan penyebab Kusta.
3. Menjelaskan cara penularan Kusta.
4. Menjelaskan gejala Kusta.
5. Menjelaskan pencegahan Kusta.
|
3.
|
Tanya jawab
|
10 menit
|
1. Peserta mengajukan pertanyaan yang tidak
dimengerti.
2. Fasilitator Menjawab pertanyaan dari
peserta
|
4.
|
Penutup
|
5 menit
|
1.
Moderator melakukan evaluasi.
2.
Moderator menutup kegiatan.
|
VI. SETTING TEMPAT
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |

![]() |


![]() |
|||
|

![]() |
|||
|
|||
VII.
EVALUASI
1.
Struktur : Pada saat penyuluhan Leaflet dan Power point
telah disiapkan sebelum penyampaian
materi.
2.
Proses :
Penyuluhan berlangsung dengan baik, Peserta tertib dan sangat antusias memperhatikan pada saat penyampaian materi, penyuluhan
mulai pukul 10.30 WIB tepat.
3.
Hasil :
Peserta sudah mengerti tentang materi yang di sampaikan oleh moderator pada saat melakukan evaluasi.
VIII. RESUME
Penyuluhan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan tertib. Terbukti dengan banyaknya
peserta yang hadir pada saat penyuluhan dan memahami materi yang disampaikan
oleh penyaji. Sebagian besar peserta sudah mengetahui pengertian, gejala serta cara
pencegahan dari penyakit Kusta. Dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat menjadi tahu dan lebih waspada
serta berhati-hati dalam mewaspadai penyakit Kusta. terutama para peserta yang menghadir penyuluhan
tersebut.
IX. MATERI
1. Pengertian Kusta
Penyakit
kusta adalah penyakit menular, menahun (lama) yang disebabkan oleh kuman kusta
(Mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit, saraf tepi
dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan penyakit
keturunan, dan bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau makanan.
Penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang
kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler
obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan ukosa traktus
respiratirius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf
pusat (Djuanda Adhi,2010)
2. Penyebab
penyakit kusta
Dibandingkan
M.tuberculosis, basil tahan asam Mycobacterium leprae tidak memproduksi
eksotoksin dan enzim litik. Selain itu, kuman ini merupakan satu-satunya
mikobakteria yang belum dibiakkan in vitro. Mikobakteria ini secara primer
menyerang system saraf tepi dan terutama pada tipe lepromatosa, secara sekunder
dapat menyerang seluruh organ tubuh lain seperti kulit, mukosa mulut, mukosa
saluran nafas bagian atas, system retikuloendotelial, mata, tulang dan testis.
Reaksi imun penderita terhadap M.Leprae berupa reaksi imun humoral terutama
pada lepra bentuk lepromatosa. (Wim de jong et al. 2005)
1) Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan
kulit berupa bercak keputihan sebesar uang logam atau lebih besar, sering
timbul di pipi, punggung, pantat, paha atau lengan. Bercak tampak kering, kulit
kehilangan daya rasa sama sekali.
2) Kusta bentuk basah : bentuk menular karena
kumannya banyak terdapat di selaput lender hidung, kulit dan organ tubuh
lainnya, dapat berupa bercak kemerahan, kecil-kecil tersebar diseluruh badan
atau berupa penebalan kulit yang luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap
dan berminyak, dapat berupa benjolan merah sebesar biji jagung yang tersebar di
badan, muka dan daun telinga. Disertai rontoknya alis, menebalnya daun telinga.
3)
Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama.
Pengobatan tipe ini di masukkan kedalam jenis kusta basah.

2. Cara penularan
penyakit Kusta
a.
Penularan terjadi dari penderita kusta yang tidak
diobati ke orang lain dengan kontak lama melalui pernafasan.
b.
Kontak langsung yang lama dan erat melalui kulit.
c.
Tidak semua orang dapat tertular penyakit kusta, hanya
sebagian kecil saja (sekitar 5%) yang tertular kusta.
d.
Jadi dapat dikatakan bahwa penyakit kusta adalah
penyakit menular yang sulit menular.
e.
Kemungkinan anggota keluarga dapat tertular kalau
penderita tidak berobat oleh karena itu seluruh anggota keluarga harus
diperiksa.
3. Gejala penyakit Kusta
1) Makula
hipopigmentasi / bercak putih pada kulit
2) Hiperpigmentasi
/ perubahan warna kulit ( hitam).
3) Eritematosa
/ bercak kemerahan pada kulit.
4) Gejala
kerusakan saraf (sensorik, motoric, autonom)
5) Kerusakan
jaringan (kulit, mukosa traktusrepiartosius atas, tulang-tulang jari dan wajah).
6) Kulit
kering dan alopesia.
Bagan diagnose klinis menurut WHO (1995)
|
Kusta PB (Pausabasilar)
|
Kusta MB
(Multibasilar)
|
Lesi
kulit (macula datar, papul yang meninggi, nodus)
|
Ø 1-5
lesi
Ø Hipopigmentasi/eritema
Ø Distribusi
tidak simetris
Ø Hilangnya
sensasi yang jelas
|
Ø >
5 lesi
Ø Distribusi
lebih simetris
Ø Hilangnya
sensasi kurang jelas
|
Kerusakan
saraf (menyebabkan hilangnya sensasi/kelemahan otot yang di persarafi oleh
saraf yang terkena)
|
Ø Hanya
satu cabang saraf
|
Ø Banyak
cabang saraf
|
5. Pencegahan penyakit Kusta
Penyakit
kusta merupakan salah satu penyakit yang dapat segera ditangani dan di cegah.
Nah berikut ini adalah rekomendasi untuk mencegah penularan kusta:
1.
Segera melakukan pengobatan sejak dini secara
rutin terhadap penderita kusta, agar bakteri yang dibawa tidak dapat lagi
menularkan pada orang lain.
2.
Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan
jangka waktu yang lama
3.
Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan
lingkungan
4.
Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh,
dengan cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
5.
Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena
basil bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
6.
Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi
penderita kusta
7.
Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah
sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet
8.
Isolasi pada penderita kusta yang belum
mendapatkan pengobatan. Untuk penderita yang sudah mendapatkan pengobatan tidak
menularkan penyakitnya pada orang lain.
9.
Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah
dengan penderita kusta.
10. Melakukan
penyuluhan terhadap masyarakat mengenai mekanisme penularan kusta dan informasi
tentang ketersediaan obat-obatan yang efektif di puskesmas.
Untuk
masyarakat umum, jangan sampai mengucilkan penderita kusta, memang pada
dasarnya penyakit kusta tersebut menular akan tetapi para penderita kusta juga
memiliki hak untuk masih tetap dapat hidup bermasyarakat. Pada intinya,
penderita kusta yang telah menjalani pengobatan, sedikit kemungkinan untuk
dapat menularkan penyakitnya.
Para
penderita kusta pada umumnya mereka mengalami penurunan kepercayaan diri dan
cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Sebaiknya masyarakat dapat
mendukung para penderita kusta untuk tetap memiliki keberanian dan kepercayaan
diri hidup secara normal. Salah satu wujud kepedulian suatu kelompok masyarakat
terhadap penderita kusta, maka didirikan suatu perkampungan khusus para
penderita kusta. Perkampungan tersebut berada di Kecamatan Nganget Kabupaten
Tuban, yang perkampungannya berada di tengah-tengah hutan. Mereka di sana
mendapatkan pengobatan dan dorongan sosial, sehingga termotivasi untuk dapat
kembali hidup secara normal.
6.
Komplikasi
Neuropati
dapat menginduksi terjadinya trauma, nekrosis, infeksi sekunder, amputasi jari
dan ekstremitas. Pengobatan kortikosteroid hanya 60% memperbaiki
fungsi saraf. Kontraktur dapat menyebabkan kekakuan, yang akibatnya dapat
terjadi clawing hand and feet. Terjadinya kelemahan dari hilangnya persarafan
pada otot merupakan bukti terjadinya deformitas. Luka dapat menyebabkan
“Charcot’s joint” yang merupakan penyebab utama terjadinya deformitas.
Artritis/arthralgia dapat terjadi kira-kira 10% pada pasien dengan kusta dan
gejala persendian yang ada hubungannya dengan reaksi.
Komplikasi
pada mata yaitu keratitis yang dapat terjadi karena berbagai faktor termasuk
karena mata yang kering, insensitifitas kornea dan lagophtalmus. Keratitis dan lesi
pada bilik anterior bola mata, umumnya terjadi iritis dan menyebabkan kebutaan.
Juga dapat terjadi ektropion dan entropion, menurut penelitian resiko
kopmlikasi mata terjadi pada pasien dengan tipe MB, setelah menyelasaikan MDT
menjadi 5,6% dengan komplikasi kerusakan mata sebanyak 3,9%
7. Pengobatan
Jika hasil pemeriksaan adalah sakit kusta,
maka penderita harus minum obat secara teratur sesuai dengan petunjuk petugas
kesehatan.
1.
Obat untuk
menyembuhkan penyakit kusta dikemas dalam blister yang disebut MDT (Multi Drug
Therapy = Pengobatan lebih dari 1 macam obat)
2.
Kombinasi
obat dalam blister MDT tergantung dari tipe kusta, tipe MB harus minum obat
lebih banyak dan waktu lebih lama :
Tipe MB : obat
harus diminum sebanyak 12 blister
Tipe PB :
obat harus diminum sebanyak 6 blister
3.
Ada 4 macam blister MDT yaitu
a.
Blister untuk PB anak
b.
Blister untuk PB dewasa
c.
Blister untuk MB anak
d.
Blister untuk MB dewasa
Dosis pertama harus diminum di
puskesmas (di depan petugas), dan seterusnya obat diminum sesuai petunjuk /
arah panah yang ada di belakang blister.
10. WOC

DAFTAR PUSTAKA
Farlex, The Free Dictionary,1990.
Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA.MediAction
Publishing. Edisi Revisi Jilid 2. 2013.
Syafrudin,
Damayani Diah.A, Delmaifanis. Himpunan Penyuluhan Kesehatan (Pada Remaja,
Keluarga, Lansia dan Masyarakat). Trans Info Media. 2011. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar